Dear, Re. Apakabar? Semoga dalam lindungan Rabbuna senantiasa. Maaf, ya. Belakangan aku tidak bisa menemanimu untuk bercerita seperti saat aku masih gadis. Kaupasti memaklumi tugasku sebagai seorang istri dari abah K dan ibu dari si K yang sedang berada di masa-masa terrible two. Aku sengaja membuat surat ini untuk mengganti percakapan-percakapan yang tergadai.
Dear, Re. Jodoh sudah ada yang Mengatur. Tugas kita hanya berikhtiar, selebihnya pasrahkan pada Rabbuna. Usah dengarkan komentar orang-orang. Mereka yang sering membuatmu sakit hati karena komentar yang sangat tidak elok, barangkali tidak tahu bagaimana cara yang indah untuk menunjukkan rasa peduli. Daripada waktumu habis untuk mendengarkan celotehan yang membuat rasa syukurmu akan nikmat Robbuna berkurang, lebih baik kaugunakan saja untuk berpetualang mentaddaburi alam-Nya.
Percayalah, suatu saat kauakan merindukan masa-masa berpetualang tanpa beban. Ya, konsekuensi menikah tidak sebatas melepaskan status jomblo. Kauakan paham jika masa itu tiba.
Dear, Re. Aku akan menceritakan satu tempat yang keren, dimana saat kaumengunjungi tempat itu, semangatmu akan tumbuh melesat, otakmu kembali jernih. Ya, Curug Tujuh Bidadari, air terjun yang paling kurekomendasikan untukmu. Karena apa? Aku akan menjawabnya nanti. Spesial untukmu, Re.
Contents
Disambut Alam nan Cantik sejak dalam Perjalanan
Curug Tujuh Bidadari, namanya. Aku mengunjunginya bersama tiga sahabat. Kaupasti tahu siapa mereka saat melihat foto-fotoku nanti, Re. Curug yang terletak di desa Keseneng, Kecamatan Sumowono ini akan membuatmu berdecak kagum, bahkan sebelum kamu sampai ke lokasinya, Re. Aku bahkan berulangkali menyebut nama-Nya yang begitu Agung.
Dari Salatiga, kami melewati jalan tol yang saat itu belum beroperasi. Sepanjang jalan, aku menikmati gabungan keindahan Rawa Pening, hamparan sawah dan Gunung Merbabu. Kelak, jika kaukesini menggunakan mobil, kauwajib melewati jalan tol ini. Catat, rencanakan untuk melewati tol ini saat menjelang pagi atau menjelang sore. Demi apa jika bukan demi menikmati pemandangan fajar atau senja, kauakan terkagum-kagum kehabisan kata saat menikmati semburat jingga.
Mejeng Sejenak di Jalan Menuju Curug Tujuh Bidadari :p (Dokumen Pribadi)Memasuki kawasan wisata Bandungan, kauakan disambut hamparan sawah dan ladang bunga. Dingin mulai menyapa tubuh. Jangan lupa bawa jaket, ya. Udara di kawasan wisata Bandungan ini terhitung sangat dingin. Beberapa kali aku berjumpa dengan halimun dan kabut. Mataku dimanjakan dengan hijaunya sayur dan warna-warni kembang. Percayalah, Re, aku tidak sedang di-endors saat menulis surat ini untumu.
Jalan meliuk-liuk. Lebih sering menanjak dan menikung daripada lurus seperti jalan tol. Pastikan dulu segala hal tentang kendaraanmu dalam keadaan aman, penuhi tank bahan bakar dulu. SPBU terdekat berada di dekat Gapura Kawasan Wisata Gedong Songo. Jika menyetir, matamu harus awas karena beberapa kali aku menjumpai pengendara yang menyetir sakpenak udele dewe.
Entah di tikungan keberapa setelah gerbang selamat datang di Kawasan Wisata Bandungan, ada plang penunjuk arah ke kawasan wista Curug Tujuh Bidadari. Jalan menuju Curug Tujuh Bidadari sangat halus, mobil bisa melewati jalan ini, tetapi harus bergantian jika ada yang bersisian dari lawan arah.
Sayang, papan penunjuk arahnya belum lengkap. Ada beberapa ruas simpangan yang tidak ada penunjuk arah. Tidak apa, kaubisa menggunakan Google Map, Re. Jaman digital begini, kauharus pandai-pandai memanfaatkan telepon pintarmu. Jangan manja. Hahaha, eh, tetapi aku berbaik hati menunjukkan lokasi Curug Tujuh Bidadari di sini. Kautinggal simpan offline di telepon pintarmu. Simpan offline, ya, untuk jaga-jaga jika kehilangan sinyal. Sinyal beberapa operator mendlap-mendlep enggak karuan di Kawasan Wisata Bandungan.
Disimi belum terjangkau oleh angkutan umum. Bisa, sih, kalau mau naik angkudes dari pasar Ambarawa jurusan Bandungan, turun di gang masuk ke Curug Tujuh Bidadari, lalu ngojek. Tetapi ini tidak recomended, sebab tukang ojeknya kadang ada, kadang tidak. Semoga suatu saat nanti ada angkutan umum yang menjangkau kawasan wisata.
Curug Tujuh Bidadari, Air Terjun yang Bersahabat
Dari sekian air terjun yang pernah kukunjungi, Curug Tujuh Bidadari adalah air terjun yang lokasinya paling bersahabat. Jarak air terjun paling-paling hanya 300 meter dari parkiran, dengan jalan yang landai. Serius, kita tidak perlu bersusah payah mendaki untuk sampai ke air terjun, most recomended jika kamu berwisata dengan rombongan lansia.
Dari segi karcis pun kantongable, Re. Kauhanya perlu membayar tiket Rp.3.000,00, iya, tiga ribu rupiah perorang plus parkir. Aku dulu dikenakan tarif Rp. 1.000,00 per motor, kurang tahu jika mobil, paling tidak sampai membuat kantongmu terkuras.
Curug Tujuh Bidadari, Pesona Air Terjun Kabupaten Semarang yang tidak Tergantikan
Paling kaumembatin, Widut ngegombal, kan, Re? Hahaha, lah, setiap tempat mempunyai kesan tersendiri. Enggak ada satu pun yang menggantikan. Pun Curug Tujuh Bidadari dengan air terjun dan pesona alamnya. Dingin dan gemericik air terjun masih bisa kurasakan sampai sekarang setiap kali memandang foto-fotonya.
Boleh jadi aku tidak punya mantan yang berkesan, tetapi aku punya Curug Tujuh Bidadari yang tidak tergantikan.
Hahahaha. Tertawalah sepuasnya, Re. Asal kaubahagia, aku rela. 😀
Legenda yang Memayungi Curug Tujuh Bidadari
Pertama mendengar namanya, aku langsung teringat dengan Legenda Jaka Tarub. Dulu, Bapak sering bercerita tentang Jaka Tarub ini, sampai-sampai aku penasaran dimana lokasi air terjunnya. Ternyata, masyarakat di sekitar desa Keseneng meyakini jika Curug Tujuh Bidadari merupakan tempat dimana Jaka Tarub mengintip tujuh bidadari dan menyembunyikan selendang salah satu diantara mereka.
Konon, sebelum ada tujuh bidadari, Curug ini bernama Curug Bali. Setelah Jaka Tarub mengintip tujuh bidadari yang sedang mandi, Curug tersebut berubah menjadi Curug Tujuh Bidadari. Bidadari yang selendangnya disembunyikan oleh Jaka Tarub tidak bisa kembali lagi ke khayangan, Nawangwulan, namanya.
Hamparan Sawah dan Sungai di Sekitar Curug Tujuh Bidadari
Turun dari parkiran, mataku dimanjakan oleh hamparan sawah dan sungai. Kata apa yang berulangkali kuucapkan selain menyebut nama-Nya, Re. Langit biru dan udara yang dingin semakin membuatku larut dalam perenungan.
Mejeng di Jembatan Menuju Curug Tujuh Bidadari (Dokumen Pribadi)Keren, kan, Re? Abaikan jilbabku yang enggak karuan itu, aku kadung bahagia dengan hamparan ciptaan-Nya dan enggak sempat dandan saat dijepret.
Curug Tujuh Bidadari, Air Terjun Tiga Tingkat yang Segar
Sampai di lokasi, hatiku tak henti berdecak kagum. Subhanallah… Terlihat air terjun tiga tingkat dengan kolam di bawahnya. Ada tali pegangan yang membantu pengunjung agar tidak terpeleset. Nah, kan, Re, kautidak butuh pacar hanya untuk pegangan, ada tali disini. Enggak usah galau.
Tali Menuju Lokasi Curug (Dokumen Pribadi)Sebelum berjalan ke air terjunnya, aku memilih untuk menghabiskan waktu sejenak untuk berbincang di bebatuan bersama sahabat sembari bermain kecipak-kecipak air yang bening. Melihat air bening seperti itu, siapa yang tidak tergoda untuk bermesraan dengannya sih, Re?
Sungai dekat Curug ini sangat dangkal. Kita bisa bermain disini bersama anak-anak kecil. Berbasah-basah ria, atau sekedar duduk-duduk di bebatuan. Aku menyempatkan diri untuk wudhu. Kala air itu kusapukan ke wajah, Subhanallah, Re, segaaarrrr banget!
Bebatuan di Curug Tujuh Bidadari Asik buat Ngobrol (Dokumen Pribadi)Sampai di Curug, aku melihat ada tulisan kedalaman kolam 10 m. Dalam, ya? Jalannya pun terlihat menanjak dan licin, tetapi bukan Widut namanya, Re, kalau tidak penasaran. Pantang menyerah sebelum mengerahkan segala usaha, aku ingin berwudhu langsung di kucuran air terjun itu, Re. Allah Mengabulkan doaku, enggak cuma wudhu di air terjun, aku bisa sampai ke bebatuan di atas air terjun dengan bantuan tali pegangan. Siapa bilang hanya tangan pacar yang bisa menuntun? Hahaha.
Oh, iya, aku lupa, Re. Kaujangan lupa membawa sandal jepit. Sandal sejuta umat yang sangat nyaman dipakai di medan licin seperti ini. Kalau memakai sepatu, lebih baik dilepas saja. Nyeker lebih aman. Pun, patuhi instruksi penjaga. Jika dilarang, jangan nekat. Saat itu aku diijinkan oleh penjaga untuk naik ke atas karena debit air terhitung aman.
Menimati Kucuran Air di Curug Tujuh Bidadari (Dokumen Pribadi)Jika diperhatikan benar-benar, Re. Air terjun ini terdiri dari tiga tingkat, dengan jumlah kucuran sebanyak tujuh buah. Aku lebih percaya penamaan Curug Tujuh Bidadari berdasarkan jumlah kucuran ini. Hahaha, pengunjung cerewet, ya. :p
Pemandangan Curug Tujuh Bidadari Secara Keseluruhan (Dokumen Pribadi)Keindahan belum Usai saat Beranjak Pulang
Hari sudah mulai sore, kami berniat untuk sholat di mushola. Ya, fasilitas disini sangat lengkap, Re. Mushola, Kamar Mandi, serta tempat makan yang kantongable. Saat itu kami makan dulu sebelum sholat. Dari sekian menu, aku memilih untuk makan gendar pecel di warung berdinding bambu berantap rumbia, eh, atapnya terbuat dari serabut-serabut, enggak tahu serabut apa. Hehehe.
Saat membayar, kami terkejut bukan main. Biasanya, harga di tempat wisata tergolong mahal, di Curug Tujuh Bidadari, Gendar Pecel semangkuk penuh hanya dipatok Rp. 5.000,00. Duh, syurga banget buat cuci mata saat kantong tepos, Re. Maaf, aku tidak sempat mendokumentasikan makanannya, keburu lapar, Re. Mana sempat foto.
Sembari mencari mushola, kami berjalan beriringan melewati jembatan dan lorong bambu. Hahaha, apa ya istilah yang tepat untuk jembatan berbentuk rumah bambu ini, Re?
Lorog dan Jembatan di Curug 7 Bidadari nan Instagramable (Dokumen Pribadi)Disini, seperti kebiasaanku dulu, aku tetap memasukkan sampah ke plastik dan kumasukkan di kantong tas. Sayang banget jika pemandangan seindah ini harus rusak oleh sampah berserakan. Disini bersih banget, Re. Kamar mandi, musholanya, semuanya, bersih dan terawat. Bahkan mukena yang berada di dalam pun harum. Kau jangan sekali-kali merusaknya dengan sampah atau coretan.
Tips Emak KKausiap berpetualang kemari, Re? Ehm, kaucatat petuah-petuahku, enggak? Hahaha, pasti lupa, ya. Kuringkaskan untukmu, Re. Agar kau tidak lupa apa yang harus kaulakukan jika akan ke Curug Tujuh Bidadari.
Kemana setelah ini?
Kemana setelah ini? Banyak sekali, Re. Tidak cukup waktu 24 jam untuk menjelajah Pesona Kabupaten Semarang di area Bandungan ini. Iya, cuma di area Bandungan saja kaubutuh waktu berhari-hari untuk menjelajahnya. Apalagi Kabupaten Semarang secara keseluruhan. Selain butuh waktu panjang, juga butuh stamina yang kuat karena rata-rata harus mendaki menaiki bukit menuruni lembah. Eh, jadi ingat kartun jadul Ninja Hatori.
Aku sengaca nyicil, Re. Sebab aku tidak sanggup menyelesaikan penjelajahan dengan marathon, bisa remuk tulang-tulangku. Tetapi, jika kauingin menjelajah lagi, aku bisa memberimu beberapa rekomendasi tempat. Tenang, di kawasan Bandungan ini banyak tersedia hotel, dari kelas melati hingga kelas anggrek, eh, hotel berbintang, maksudku. Tinggal kaupilih saja sesuai dengan alokasi kantong.
Candi Gedongsongo
Lokasinya tidak jauh dari Curug Tujuh Bidadari, ada gapura selamat datang yang besar. Jalan menuju ke Candi Gedongsongo sangat menanjak, jauh lebih menanjak daripada jalan yang kita tempuh menuju Curug Tujuh Bidadari. Jadi, pastikan dulu segalanya oke, ya.
Untuk melihat candi-candi Gedong Songo, kita harus mendaki bukit. Jika malas mendaki bisa menyewa kuda. Nanti dituntun oleh pawangnya, kok, jadi jangan khawatir kudanya ngamuk. Hehehe
Grojogan Klenting Kuning
Air terjun satu ini, meskipun lokasinya tidak jauh dari Curug Tujuh Bidadari, tetapi memiliki karakteristik yang unik. Grojogan Kemuning memiliki tanah yang cenderung merah-kekuningan, sehingga air terjunnya terkesan kuning.
Wisata Kampung Krisan Bandungan
Wisata ini masih berada di kawasan Candi Gedong Songo, Re. Masih menjadi wishlist-ku. Aku belum keturutan untuk memanjakan mata kesini. Beberapa kali iri melihat foto teman-teman bertebaran. Oh, betapa senangnya berada di tengah-tengah bunga krisan yang sedang bermekaran.
Pasar Bandungan
Di pasar Bandungan ngapain? Beli oleh-oleh, Re. Kalo aku, sih, biasanya beli bunga dan buah-buahan yang lagi musim. Daripada beli di pinggir jalan, beli di pasar Bandungan harganya jauh lebih bersahabat. Belilah sayur dan buah-buahan sekuat yang kaubawa, segar sayurnya, fresh!
Jika kaumenginginkan oleh-oleh makanan matang, kaubisa memilih Tahu Bakso Ungaran, Tahu Serasi, atau makanan lain yang tersedia di deretan pasar Bandungan.
Beberapa Wisata Bandungan (Candi Gedongsongo & Grojogan Klenthing Kuning: Dokumen Pribadi, Kampung Krisan: Dokumen Oky Wulan Maulina)XZXRe, suratku kali ini terlalu panjang. Masih banyak tempat wisata di kawasan ini yang semakin membuatmu jatuh hati dengan Pesona Kabupaten Semarang. Kapan-kapan aku sambung lagi, ya, Re. Semoga suatu saat kita bisa menikmati Pesona Kabupaten Semarang bersama-sama.
Selamat beraktivitas, Re. Rabbuna Melindungimu, selalu.
Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Lomba Blog Pesona Kabupaten Semarang
April Hamsa
Ooo jadi legenda Joko Tarub mulainya dari sana 😀
Gendar Pecel itu makanan yang kayak apa ya mbak? Saya penasaran hehe