Widi Utami
Deaf Corner

Mengenal lebih Jauh Penyandang Tuli

Mengenal lebih Jauh Penyandang Tuli

Widi Utami

Home Based Education Interested. Love reading, writing and travelling. Interested in blogging. Live in Salatiga, a small city near Merbabu Mountain.

Related Posts

20 Comments

  1. Rhoshandhayani KT

    Uwaaaaaa kak widuut
    Aku juga baru beberapa pekan faham tentang lebih sedapnya sebutan tuli daripada tunarungu. Aku taunya dari ig nya aulion. Ya awalnya dia sempat bilang tunarungu dalam ig storynya, lalu ada yg dm dia, bilang kalo tuli lebih bisa diterima oleh orang tuli. Dari situlah aulion berbagi pemikirannya tentang orang tuli. Lalu beberapa hari kemudian, dia ngadain kegiatan bareng teman tuli. Keren banget.
    Dari situ, persepsiku mulai terarahkan. Ya kukira dulu tunarungu bahasanya lebih baik, ternyata lebih suka tuli ya. Di tulisan ini, aku jadi dapat banyak pemahaman tentang tuli.
    Soalnya sejauh ini, aku belum pernah punya teman tuli atau ngobrol dengan orang tuli. Hmm mainku kurang jauh rupanya.

    Btw, ada hal yang sebenarnya aku gak tau. Agak menyimpang sih. Mungkin kak widut bisa menjawab: akankah sama, orang bisu lebih suka disebut bisu daripada tuna wicara? Atau bagaimana? Pun dengan teman2 difabel lainnya?

    Oh ya, nanti kubantu juga mengkampanyekan sebutan tuli apabila ada kesempatan di lain waktu, tentunya akan kukasih pemahaman juga

  2. Rhoshandhayani KT

    Aku ikutan GA juga dong kaaaaaak

    Ig: @rhoshandha

    Christianto Harsadi. Bukan karena dia cowok yaaa lantas kupilih Chris. Kata “produk gagal” cukup menohok bagiku. Sejauh ini, nggak pernah terlintas di benakku bahwa orang difabel adalah produk gagal. Kalau Chris bilang gitu, berarti fakfanya ada beberapa orang yang menghinanya produk gagal. Padahal jelas2 itu menghina ciptaan Allah. Benar2 nggak habis pikir. Itu benar2 kelewatan.
    Hmm cukup berinteraksi dengannya layaknya orang2 pada umumnya. Ya kalo ngobrol diasikin aja. Akan lebih enak lagi, kita sama2 bisa guyon, tanpa ada yg tersinggung

    Kayakmya cukup itu deh kak

  3. Rahayu Pawitrir

    Aku suka annisa najwa. aku ga tahu bagaimana cara membantu, Paling ya aku ajak ngobrol normal, tapi dengan cara face to face. baru tahu aku kalau tuli ada beberapa tingkat gitu.

  4. Anis Khoir

    Aku dulu gak percaya kok kalo mbak Widut itu penyandang deaf.
    Mbak Widut keren bisa memanfaatkan kekurangan sebagai kekuatan

  5. Tukang Jalan Jajan

    Aku pernah beberapa kali ikut belajar bahasa isyarat dan menyenangkan. Aku yakin manusia itu setara dan seimbang dengan kekurangan dan kelebihannya masing masing. Jadi deaf bukan masalah sih. Stigma masyarakat aja yang mesti diubah

  6. zefy

    salut deh dengan penyandang deaf yang kece-kece, mantab, cung 4 jempol

    nanti mau ah lihat IGnya, siapa tahu daoat hadiah ehehehhheee

  7. riatumimomor

    I fall in love sama ekspresi Annisa Najwa Hakim. Bukannya yg lain gak menginspirasi yaaaa…. Tapi suka gayanya Annisa yg selalu tersenyum ketika berbicara. Contoh nyata yang dapat kita lakukan adl dari awal harus mengingat bahwa semua orang sama saja. Ada kelebihan, ada kekurangan, perlakukan saja dengan sama.
    Teteup cemungud ya jeung Widi ^_^ You are my inspiration 🙂

  8. dwi ananta

    Setiap orang memang gak suka dikasihani, rasanya melukai harga diri banget saat ada seseorang yang memandang kita dengan kasihan ya mbak. Aku baru tau kalau orang yang tuli lebih suka disebut tuli dibandingkan tunarungu… Aku kira dulunya menyebut mereka tunarungu berarti menghormati mereka, salah ya ternyata.

  9. Lizafathia

    Sata baru tau lho mbak wid kalau tuli lebih baik dibanding tunarungu. Noted, mbak. Aku ga mau bilang tunarungu lagi. Btw, aku selalu bangga dengan orang2 yang tidak terpuruk dengan keterbatasan yang mereka miliki malah hal itu menjadi batu loncatan. Dan aku bangga padamu mbak

  10. Diah Kusumastuti

    Maaf Mbak, saya baru tahu juga kalau kata tunarungu justru tidak disukai oleh para deaf. Ternyata kata Tuli justru lebih baik ya. Hehe.
    Btw saya suka sama Annisa Najwa Hakim, anaknya kelihatan ceriaaa gitu di film itu. Seneng aja liatnya 🙂
    Kalau soal gimana membantu penyandang Tuli tanpa terkesan mengasihani, menurut saya jangan mengekspose mereka saat kita membantu. Misal ada acara penyerahan bantuan alat dengar, mereka gak usahlah disuruh maju trus difoto-foto berlebihan. Ya semacam itu lah, jangan ditunjukkan ke publik kalau mereka itu lemah atau gimana. Mereka sama dengan yang lain.

  11. Oky Maulana

    Bener banget, akupun seringnya bilang tuli daripada tunarunggu, malah asing di teling kalo denger kata tunarunggu. Semangat kak! Bukan karena beda lalu tidak bisa sama kan.

  12. Jiah

    Dulu teman sekolah ada yg tuli tp dia msh bisa diajak bicara. Sekarang krg tahu dia gimana

    Suka dg Annisa Najwa, penyandang Tuli ingin dimengerti, tak dibedakan

    Kalau untuk bantu mereka yang tuli, kita dikit2 mau belajar bahasa isyarat agar bs bicara. Aku suport bgt tuh yutuber yg nyanyi dg bhsa isyarat agar teman2 lain juga bs menikmati musik sama seperti yg punya pendengaran normal

    Ig @jiahjava

  13. Ruli retno

    Seriously aku bangga mba penyandang deaf.. Karena sama sekali gak keliatan mba punya kekurangan itu. Bahkan tulisan mba banyak menginspirasi mereka yang pendengarannya normal.

    Aku mau ikut GA nya ya. IG ku @ruliretno

    Aku suka annisa dan chris. Entah kenapa aku sukit sekali menentukan mana yang lebih kusukai jadi akhirnya ku tulis keduanya.annisa karena tutur katanya fasih sekali, dan pembawaannya selalu senyum, jadi menunjukkan dia sangat bahagia dan bangga akan keadaannya, tidak ada sedih dan malu.

    Crist karena kalimatnya sangat menohok. Dan caranya menyampaikan pun sepenuh hati. Ngena banget di aku, jleb. Aku seolah pengen bilang i feel you christ..

    Cara paling mudah tanpa terkesan mengasihani adalah dengan bergaul sebiasa dan senormal mungkin seperti bergaul dengan teman lainnya. Tidak memperlakukan special karena deaf. Bersahabat dengan baik dan tidak mengungkit2 kondisinya.

    Tetep semangat mba.. Proud of you..

  14. Dianhendrianto

    Bahkan dulu saya lebih tau tentang kata “Tuli” daripada “Tunarungu”. Tapi akhir-akhir ini yg lebih banyak dibicarakan malah tunarungu.

  15. Hilman

    Aku masih pake tunarungu sih karena memamg tuli memiliki nilai rasa yang kurang

    Oh yah soal dikasihani tetapi juga tidak ingin disamaratakan sebenarnya tidak akan ada habisnya menurut saya,
    Yang lebih penting soal kepedulian, just IMHO sih

  16. Atanasia Rian

    Wahhh baru tau masalah penyebutan ini. Salah nich penyebutan selama ini, perlu diperbaiki lah. Makasihhh ya mba buat sharednya

  17. Nurul Fitri Fatkhani

    Maaf ya, Mbak. Ternyata selama ini saya salah. Saya kira lebih sopan dengan sebutan tunarungu. Ternyata lebih suka dengan sebutan tuli, ya…
    Dari tulisan Mbak Widi, saya jadi lebih paham dan akan saya beritahukan pada orang di sekitar saya, mengenai bahasan ini.

  18. lendyagasshi

    Aku percaya, Allah sayang dengan hambaNya yang memiliki kelebihan di antara orang pada umumnya. Dan mba Widut contohnya.
    Melalui tulisan yang simple menjelaskan tentang kebanggan mba Widut sebagai penyandang deaf atau tuli.

    Semoga kampanye kebaikan ini terus merambat hingga orang lain sadar.
    Berbeda bukan berarti ingin membedakan. Tetapi menjalin kebersamaan untuk sebuah karya besar.

  19. Heri Cahyo

    Durung Ono sing Pertamax kan?

  20. Ilham Kape

    Setuju gue, mendingan kita ngucapnya Tuli bukan tuna rungu. Semoga aja orang-orang ngomongnya pada gak salah lagi, deh. Btw, baru tau gue kalo tuli ada macem-macemnya. Mau ikutan giveaway tapi gak tau filmnya, mau nonton gak sempet hehe. 😀

Leave a Reply