Si K sedang hobi main pasir dan tanah. Emak enjoy sih sebenarnya, tetapi kalau jelang maghrib atau setelah mandi sore masih ngedeprok di luar main tanah kan bikin nangis. Hiks. Akhirnya emak K bebikinin pasir kinetik home made dari tepung tapioka. Resepnya nyontek mbak Aryani, Mama-nya mas Baron. Bahannya gampang, bisa didapatkan dari warung sekitar rumah.
Membuat Pasir Kinetik Home Made dari Tepung Tapioka
Membuat pasir kinetik dari tepung tapioka cukup mudah, sediakan bahan-bahan sebagai berikut:
- Tepung Tapioka, emak K kemaren pakai 250 gram.
- Pewarna makanan.
- Minyak Goreng
Caranya cukup gampang, campurkan ketiga bahan tersebut hingga gembur seperti humus. Takarannya dikira-kira, ya. Hahaha. Minyak gorengnya sedikit aja, untuk 250 gram tepung tapioka kemarin, aku menuangkan sekitar 30 minyak goreng. Pewarna botol kecil 12 ml itu kutuang semua. Proses campurannya berhenti ketika adonannya gembur, enggak lengket dan bisa dibentuk.
Observasi Gaya Belajar Anak dengan Pasir Kinetik
Bermain pasir kinetik ini aku mengamati kira-kira gaya belajar apa yang menonjol pada si K. Aku tidak melakukan intervensi apapun ketika si K bermain pasir kinetik. Awalnya aku membuat pasir kinetik sampai jadi, ternyata si K penasaran dengan teoung tapioka yang tergeletak di samping dan ingin membuat pasir kinetiknya seniri.
Aku pun menyediakan baskom baru, tepung tapioka, minyak goreng di gelas dan pewarna satu botol kecil. Si K menuangkan semuanya sendiri dan menolak untuk dibantu. Ia belajar dengan gaya kinestetik, learning by doing, trial and error.
Setelah membuat pasir kinetik, si K lantas meminta pewarna lain, warna hijau. Pembuatan ronde kedua selesai, si K lanjut membuat aneka macam kue. Dipotong, lalu disajikan untuk Ibu. Ibu diharuskan makan ‘kue’ hasil masakannya. Di fase ini, gaya kinestetiknya masih menonjol.
Setelah bosan membuat kue-kuean, si K ditemani mbak Ba mencampur pasir warna hijau dan warna merah, tara… jadilah pasir warna coklat. Bhahahaha. Oh iya, saat membuat pasir kinestetik ini tercium aroma harum khas kue yang berasal dari pewarna frambozen, si K tergoda untuk mencicipi tepungnya. Wkwkwkwk. Di fase ini si K menonjol juga gaya belajar visualnya, memetakan warna-warna.
Auditorinya ada sih, si K ngobrol saat menawari kue atau bertanya sesuatu. Hanya saja enggak begitu menonjol.