“Jangankan anak-anak usia SD, kami yang dewasa saja tidak sabar ketika kamu enggak paham-paham.” ujar seseorang, ketika aku mengutarakan niat untuk menjadi guru MI. Aku tercekat dan bangun dari mimpi panjangku dan menyadari jika aku kesulitan berkomunikasi dengan anak-anak.
Aku tidak akrab dengan mereka. Tidak terlibat perbincangan seru. Tidak paham apa yang anak-anak utarakan dengan gayanya yang lucu. Aku hanya mengangguk sembari tersenyum saat anak-anak bercerita di depanku dengan gerakan mulut yang tidak bisa kubaca.
Kata-kata itu tidak salah. Apakah cita-citaku yang salah?
Contents
Hard of Hearing, Keterbatasan Dengar yang Membuatku Berfikir Kembali untuk Menjadi Seorang Guru
Hard of Hearing, kondisi keterbatasan dengar yang sudah kusandang sejak usia balita, membuatku berpikir ulang untuk menjadi seorang guru. Kondisiku tidak memungkinkan untuk berbincang leluasa. Aku harus fokus pada satu orang untuk membaca gerak bibirnya.
Alat Bantu Dengar tidak bisa membantuku. Seorang dokter menjelaskan jika kerusakan yang kuderita disebabkan oleh syaraf yang tidak bisa menerjemahkan suara yang diterima. Meskipun suara sudah ditinggikan, suara yang masuk ke telingaku tidak lebih dari suara gemerisik radio yang tidak pas channel-nya.
Berbincang dengan satu orang saja aku sering kesulitan, membayangkan betapa riuhnya anak-anak di kelas membuatku anxiety. Bagaimana jika anak-anak memanggilku? Bagaimana jika anak-anak membutuhkan gurunya untuk bercerita dan aku malah enggak paham? Bagaimana jika anak-anak seperti teman mainku saat kecil yang selalu mengolok-olokku dengan sebutan, “Budheg?”
Aku hopeless. Menyimpan rapat-rapat ijazah S1 PGMI dengan predikat cumlaude. Mengurung diri di rumah dengan dalih fokus momong anak. Menyibukkan diri dengan aneka teori parenting. Debat enggak jelas dengan orang-orang yang tidak setuju dengan pemikiranku.
Namun, jauh di lubuk hatiku, aku haus eksistensi diri.
Upgrade Skill di Era Internet
Tidak terbayang di masa kecilku aku akan menjumpai jaman dimana internet membuat hal yang tidak mungkin dikerjakan oleh seorang Hard of Hearing menjadi mungkin. Dulu aku tidak berani membayangkan akan menjadi apa di masa depanku. Rasanya suram. Tahun 1990-an adalah tahun dimana semua hal berkaitan dengan suara, telepon, pengumuman, panggilan, woro-woro melalui mobil keliling.
Tahun 1990an adalah tahun dimana aku menjadi orang yang paling ketinggalan informasi. Aku tidak bisa mengerti alur cerita kartun dan acara televisi. Aku sering kebingungan ketika ada informasi lewat speaker. Ketika teman-teman heboh membicarakan pasar malam yang disiarkan lewat mobil keliling, aku hanya ndomblong, cengo enggak ngerti apa yang sedang mereka bicarakan.
Tahun 2004, saat aku masuk SMP, duniaku berlahan terbuka ketika sekolah mengenalkan internet. Ada secercah harapan akses belajar berupa teks selain dari buku. Tahun 2007-an ketika sudah mempunyai hp dengan akses internet dan sekolah yang memfasilitasi komputer full internet, aku mulai belajar menulis. 2014 setelah menikah, aku belajar blogging dan WordPress Developer.
Internet membantuku untuk mengakses informasi yang selama ini terbatas karena keterbatasan Dengarku. Siapa sangka kini semakin canggih dengan adanya aplikasi speech to text yang menerjemahkan suara ke teks seperti Live Transcribe dan Webcaptioner. Zoom meeting yang selama ini menjadi musuh bebuyutan berlahan bisa kuikuti dengan bantuan Webcaptioner.
Sejak abah K memutuskan untuk berlangganan IndiHome pada tahun 2016-an, akses untuk belajar semakin luas. Aku tidak menyia-nyiakan kesempatannya. Selain akses belajar terkait blogging dan WordPress Developer, aku juga kursus desain untuk mewujudkan mimpiku yang sudah lama kupendam dalam-dalam; berkontribusi di dunia pendidikan. Bedanya, aku bekerja di balik layar.
Hadia.id, Setiap Ibu adalah Guru Terbaik untuk Anak-anaknya
Tidak bisa mengajar anak-anak, aku memilih untuk berperan di balik layar dengan menyediakan akses materi dan alat belajar berupa printable untuk setiap ibu dan setiap guru dengan gratis. IndiHom, provider Internet dari Telkom Indonesia memudahkanku untuk mengakses aneka tutorial bagaimana cara membuat design dengan Affinity Publisher. Aku memang senekat itu, enggak menguasai design tetapi ingin menyediakan printable. Hahaha
Hadia.id ini menjadi salah satu mimpiku yang kuwujudkan berkat layanan dari Telkom Indonesia yang sudah menjangkau kampungku. Dulu saat belum ada internet provider berbasis Fiber Optic yang menjangkau kampung kami, kami harus memasang antena panci demi menangkap sinyal di modem. Itu pun harus bangun tengah malam untuk mengais internet yang kencang.
Hadia.id terus update untuk menyediakan alat belajar dan informasi tentang bagaimana men-support pendidikan anak di rumah. Tidak kusangka jika manfaatnya meluas sampai guru-guru PAUD. Aku ingin menyuarakan belajar menyenangkan sejak kecil dengan tahapan-tahapan belajar sesuai usia perkembangannya.
IndiHome, Internet Provider dari Telkom Indonesia Keluarga si K Sejak 2016
Kami langganan IndiHome sejak tahun 2016. Kerasa banget perbaikan IndiHome dari hari ke hari. Dulu kami harus telpon call center setiap kali ada gangguan, kini enggak perlu dicolek sudah ada notif jadwal kedatangan teknisi ke WhatsApp setiap kali ada jaringan putus atau gangguan lainnya.
Iseng aku tanya ke teknisi, darimana mereka tahu jika kabel putus atau internet loss. Katanya, jaringan putus akan terdeteksi ke sistem dan mengirimkan notifikasi ke admin untuk diteruskan ke teknisi yang bertugas.
Bulan ini kami memutuskan untuk menambah langganan Disney Plus Hotstar untuk memfasilitasi jam nonton anak-anak dengan berbagai kartun unggulan Disney. Langganannya sangat praktis cukup melalui aplikasi MyIndiHome.
Semakin Mudah Mengelola Layanan
IndiHome tidak lagi tentang internet, IndiHome menyediakan berbagai layanan add on yang bisa kita tambahkan melalui aplikasi MyIndiHome dengan mudah. Bahkan kita bisa downgrade kecepatan internet dengan mudah ketika terasa kecepatan internet terlalu kencang… eh, maksudku tagihan out of budget dan sedang dalam mode ngirit. Hahaha
Kadang-kadang kami butuh kecepatan internet yang lebih kencang untuk berberapa keperluan seperti backup storage server atau upload file kapasitas besar ke server, IndiHome menyediakan speed on demand yang memungkinkan kita untuk upgrade kecepatan internet temporal. Fitur inilah yang membuat kami memutuskan untuk downgrade ke kecepatan minimal yang kami butuhkan untuk bekerja dan sewaktu-waktu bisa pesan speed up on demand ketika butuh kecepatan lebih.
Komitmen IndiHome untuk terus meningkatkan kualitas layanan inilah yang membuat kami setia menggunakan IndiHome selama 7 tahun, nyaris seusia anak sulungku. IndiHome telah menjadi teman setia dalam perkembanganku sebagai seorang ibu dengan Hard of Hearing, dialah saksi bagaimana jatuh-bangunku dalam merealisasikan mimpi-mimpiku.
***