Salam, Mak. Ditulisan Keempat tentang Deteksi Dini Gangguan Perkembangan Anak Usia Dini ini kita sudah sampai pada Deteksi Dini Gangguan Perkembangan Anak Usia 2-3 Tahun.
Siapa disini anaknya yang berusia 2-3 tahun? Sedang usil-usilnya, ya. Hahaha. Tetapi sudah lumayan, kan, usia 2-3 tahun biasanya sudah mampu menepati sebuah kesepakatan. Lumayan, bisa disambi mengerjakan sesuatu, ye, kan? 🙂
Sebelum melakukan pengamatan dan penilaian, sebaiknya baca-baca dulu prolog tentang Deteksi Dini Gangguan Perkembangan Anak Usia Dini, ya. Karena, jika tidak memahami dasarnya, dikhawatirkan kita sembrono mengambil kesimpulan.
Baca Juga: Deteksi Dini Gangguan Perkembangan Anak Usia Dini
And here it is, Asesmen perkembangan anak usia 2-3 tahun. Sebelum melakukan penilaian, seperti biasanya harus memperhatikan hal-hal berikut ini:
- Pengamatan dilakukan di AKHIR BULAN ke 36.
- Saat pengamatan, anak HARUS DALAM KONDISI SEHAT dan TANPA BEBAN. Jadi jika anak sedang sakit, rewel, atau sedang dalam kondisi terbebani, STOP DULU pengamatannya. Enggak valid nanti hasilnya.
- Pengamatan dilakukan SEALAMI mungkin sehingga anak tidak tahu jika sedang dilakukan deteksi. Jadi, Ibu dan orang-orang terdekat tetap harus bermain dengan anak seperti biasanya, jangan menjauh dan membuat geger anak.
- Pengamatan dilakukan pada SETIAP ASPEK PERKEMBANGAN. Jangan mengabaikan satu aspek pun.
- Jangka waktu pengamatan SENYAMANNYA IBU DAN ANAK. Jadi anak tetap merasa hari-hari berjalan seperti biasanya. Jangan melakukan tes dengan dikebut satu jam, anaknya bisa stress. Emangnya Ujian Nasional apa. :p
Deteksi Dini Gangguan Perkembangan Anak Usia 2-3 Tahun Aspek Bahasa
- Mengerti pertanyaan “Apa” dan “Mengapa”
- Mampu mendengarkan cerita pendek
- Mampu mengenal benda dengan kegunaannya
- Mampu mengucapkan kalimat yang terdiri dari tiga kata
- Mampu menyebutkan nama anggota keluarga
- Mampu membuat kalimat penolakan
Deteksi Dini Gangguan Perkembangan Anak Usia 2-3 Tahun Aspek Sosial
- Mengamati anak-anak lain
- Bermain dengan teman sebaya
- Mempertahankan benda miliknya sendiri
Deteksi Dini Gangguan Perkembangan Anak Usia 2-3 Tahun Aspek Kognitif
- Memberikan reaksi terhadap perintah sederhana
- Menggunakan benda di sekitarnya sesuai dengan fungsinya
- Dapat menyebutkan nama sendiri secara lengkap
- Mampu bercerita dan memusatkan perhatian
Pada aspek sosial, ketiga poinnya sama dengan tugas perkembangan usia 1-2 tahun.
Baca juga: Deteksi Dini Gangguan Perkembangan Anak Usia 1-2 Tahun
Pantesan, si K dan mbak Diba, sepupunya yang berusia 2.5 tahun rebutaaaan melulu. Sampai pusing emaknya. Si K megang mainan kuda, mbak Diba pengen juga. Giliran dibelikan yang sama, tetapi kebetulan warnanya beda, teteuuuup aja rebutan, karena menganggap barang itu miliknya.
Setelah baca asesmen ini, terjadinya rebutan barang-barang malah membuat emak lega, apa pasal? Karena masing-masing anak mempertahankan barang miliknya sendiri. Hihihi. Tetapi kadangkala salah satu bisa ngalah, dengan bahasa patah-patah, si K biasanya menyuruh mbak Diba memakai mainan miliknya dan si K pinjam mainan mbak Diba. Lucuk.
Nah, Mak. Selamat mengamati perkembangan anak, ya. See you soon. 🙂
Dian Restu Agustina
Thanks sharingnya Mbak..:)
Anak mbarep, ada keterlambatan kognitif. Ketahuan ya umur 2-3 tahun. Nggak bisa fokus, susah perhatian..Diagnosa ADHD ringan. Akhirnya terapi