Akhir Maret lalu, pak Boss mengajak abah K meeting di Jogja,. Beliau menyuruh abah K untuk mengajak anak istri, sekalian liburan, katanya. Daku seneng, dong. Langsung menyiapkan printilan untuk travelling. Sembari menyiapkan printilan, kami berdiskusi transportasi apa yang paling tepat untuk ke Jogja. Pengalaman buruk saat travelling ke Jogja menggunakan angkutan umum, membuat kami repot jalan kaki kesana-kemari untuk ganti angkutan umum. Capek, apalagi plus menggendong si K. Akhirnya kami memutuskan untuk ke Jogja menggunakan sepeda motor!
Nekat ya? Apalagi perkiraan cuaca bakal hujan dari siang-sore hari. Kami mengambil jalur Semarang-Salatiga-Magelang-Jogja. Berangkat jam 1 siang setelah Jum’atan, sampai Jogja jam 4 sore lebih, langsung istirahat sampai maghrib tiba.
Semarang-Jogja motoran trus? Enggak lah, kami masih sempat mampir untuk makan dan istirahat. Sempat berhenti di SPBU untuk mengisi Pertamax dan merenggangkan badan. Banyak alasan kenapa kami memilih untuk menggunakan sepeda motor dibandingkan angkutan umum. Karena moda transportasi yang kami punya baru sepeda motor, jangan tanya kenapa bukan sepeda motor vs mobil, ya. Hahaha
Contents
Alasan Memilih Moda Transportasi Sepeda Motor
Mudah mencari makan. Sebagai pelaku food combining, kami harus memilih tempat makan yang sesuai dengan kaidah food combining. Apalagi abah K sedang dalam masa penyembuhan GERD, pantang telat makan, pantang makan sembarangan. Kalau naik travel, paling yang disediakan roti saja, kami sedang meminimalkan konsumsi terigu. Kalau naik bis, tahu sendiri kan jajanan di bis? Serba gorengan. Duh, daku pengen abah K sehat, masa travelling malah membuatnya kambuh.
Dengan menggunakan sepeda motor, kami bisa blusukan mencari makan di perjalanan ketika waktu makan telah tiba. Kami blusukan mencari warung makan dengan bantuan Google Maps. Rata-rata warung makan yang menyediakan banyak menu pilihan sayur harus masuk ke gang-gang, jarang banget yang di pinggir jalan besar.
Leluasa Menikmati Pemandangan. Jalur Salatiga-Selo-Magelang-Jogja, dan jalur Salatiga-Magelang adalah jalur yang harus kamu coba jika kamu pecinta pemandangan alam. Langitnya biru, bersih. Hamparan hijau bak permadani. Pohon-pohon pinus yang menjulang. Udaranya segar. Bahkan kata abah K, sering terdengar suara burung yang bersahut-sahutan.
Saking menikmatinya, kami sengaja memelankan laju sepeda motor. Sesekali berhenti untuk menikmati pemandangan Ciptaan yang Maha Elok. Ndremimil menyebut nama-Nya nan Agung, betapa Indonesia sangat indah. Menikmati ciptaan-Nya, mengagumi-Nya, berbuncah rasa syukur karena bisa menikmati pemandangan sedemikian indah dengan keadaan yang damai.
Jalur Salatiga-Magelang via Selo menyuguhkan pemandangan Merapi-Merbabu, jalurnya lumayan menanjak dan banyak tikungan tajam. Kita harus waspada, keasikan mengagumi ciptaan-Nya bisa mengurangi kewaspadaan kita di jalur-jalur rawan. Emak K sarankan untuk berhenti dulu di kantong-kantong pemberhentian jika ingin menikmati pemandangan jalur Selo.
Lain halnya jalur Salatiga-Magelang via Kopeng, Getasan, meski menanjak, namun masih jauh lebih landai dibandingkan dengan jalur Salatiga-Magelang via Selo. Tikungannya pun tidak terlalu tajam. Jika di jalur Salatiga-Magelang via Selo kita disuguhi gugusan bukit dan gunung Merapi-Merbabu, jalur Salatiga-Magelang visa Getasan kita bisa melihat gunung Telomoyo-Ungaran, sesekali Merapi tampak dari kejauhan.
Gampang Mampir-mampir. Poin plus yang kami suka sebagai tukang ngebolang, memakai sepeda motor membuat kami leluasa untuk mampir-mampir. Saat pulang dari Jogja kemaren, kami masih menyempatkan untuk mampir Magelang dan menginap semalam. Lumayan, kami bisa menikmati Punthuk Setumbu, Candi Pawon, Candi Mendhut, Candi Borobudur. Jika tidak ingat dengan deretan deadline, mungkin kami masih menjelajah deretan air terjun yang banyak terdapat di jalur Magelang-Salatiga.
Agar Perjalanan bareng Bocah dengan Sepeda Motor Menyenangkan
Kekuatan bocah lain dengan orang dewasa. Emosinya belum stabil, tubuhnya belum sekuat orang dewasa. Kita harus mengamati dulu dalam perjalanan pendek, apakah anak kita kuat dengan angin saat diajak ngebolang dengan sepeda motor. Si K Alhamdulillah kuat, enggak menunjukkan tanda-tanda masuk angin atau flu setelah melakukan perjalanan dengan sepeda motor.
Pastikan Anak Memakai Helm, Jaket dan Sepatu
Kemanan anak sama pentingnya dengan orang dewasa. Latih anak untuk menggunakan helm sejak dini. Si K sudah mulai kulatih meskipun masih copat-copot. Pelan-pelan saja, lama-lama ia akan terbiasa menggunakan helm. Gunakan helm SNI, ya. Pakaian jaket tebal untuk melindungi tubuh anak dari terpaan angin yang dingin.
Bawa Bekal Makanan dan Minuman yang Cukup, Tempatkan di Tas yang Mudah Diambil
Aku memisahkan pakaian dengan bekal makanan. Bekal makanan-minuman sengaja kutaruh di tas yang kubawa sendiri, kusampirkan di punggung sehingga kalau si K haus atau lapar tinggal mengambhil, enggak perlu ribet berhenti dari motor.
Anak pantang lapar dan haus. Lapar dan haus menjadi salah satu sumber kerewelan anak yang cukup merepotkan. Iya kalau kita sedang menempuh jalur dengan banyak warung bertebaran, lha kalau saat anak lapar sedang menempuh jalur hutan lak yo ngenes. Heuheuu.
Istirahat Berkala, Beri Anak Kesempatan untuk Bermain
Kami biasa istirahat setiap dua jam sekali atau jika si K meminta untuk istirahat sejenak. Bahkan kami akan memilih untuk mencari penginapan jika hari sudah mulai senja dibandingkan mengorbankan kesehatan si K. Bagaimanapun angin malam kurang baik untuk kesehatan.
Banyak penginapan di Jogja yang bisa kita pilih. Bisa juga sewa villa di Jogja jika kita memiliki budget yang cukup. Itung-itung sekalian honey moon entah yang keberapa. Jika memungkinkan, pilih villa atau penginapan yang menyediakan kolam renang dan play ground untuk anak.
Villa yang memiliki konsep alam bisa jadi pilihan jika kita sedang mengajarkan anak tentang alam semesta. Si K sangat menikmati istirahat di penginapan yang menyediakan kolam ikan, play ground dan taman bunga lengkap dengan serangga-serangganya.
Setiap istirahat di perjalanan, si K selalu kuberi kesempatan untuk bermain. Aku sengaja membawa beberapa mainan kesayangannya untuk dimainkan saat istirahat di perjalanan. Saat perjalanan via jalur Selo, sembari kami menikmati pemandangan yang keren, si K bermain gelembung sabun dan tertawa riang ketika melihat gelembung-gelembung sabun yang ia tiup pecah menyentuh tanaman.
Hindari Perjalanan di Siang Terik
Hawa panas dan terik bisa membuat anak rewel. Kami bisanya menghitung perkiraan perjalanan dan akan istirahat agak lama jika sudah terik. Sekitar jam 11.30-13.00 biasanya kami akan istirahat dulu di masjid, sekalian sholat dzuhur dan menghindari teriknya matahari.
Mulai perjalanan di pagi hari sebelum matahari terbit memberikan kita kesempatan untuk menghirup udara segar sebelum dicemari dengan asap-asap kendaraan bermotor lainnya. Selain itu juga menghindari macet di jam-jam orang berangkat kantor/sekolah. Hihihi
Jika tidak memungkinkan berangkat sebelum matahari terbit, emak K menyarankan untuk berangkat setelah dzuhur sekitar jam 14.00, saat matahari mulai condong ke barat dan enggak terlalu panas. Agar perjalanan menyenangkan, meminimalisir bete karena kepanasan. Hihihi
Yuhuuu, siap motoran bareng bocah kemana, Mak? Emak K pengen mencoba ngebolang ke arah utara, daerah Rembang dan sekitarnya, tetapi mungkin baru bisa memulai lagi setelah lebaran. Yuk siapa yang rumahnya mau ‘diobrak-abrik’ si K? :p