Gaung Hari Disabilitas Internasional terdengar dari setiap penjuru. Nyaris setiap komunitas berlomba-lomba memberikan ucapan selamat Hari Disabilitas. Setiap instansi pemerintahan berlomba untuk menampakkan jika mereka peduli dengan Disabilitas. Gaung ini harus disyukuri dibanding belasan tahun lalu, saat aku masih berada di bangku sekolah.
Edukasi Dunia Disabilitas
Edukasi dunia disabilitas kini lebih mudah diakses. Semua platform ada influencer yang tidak lelah mengedukasi tentang keberadaan disabilitas. Aku adalah satu diantara penyandang Disbailitas yang bersyukur dengan keberadaan influencer-influencer ini.
Pelan tapi pasti, masyarakat mulai teredukasi dan semakin banyak yang support Disabilitas.
Aku masih ingat betul. Dulu saat aku menyampaikan jika aku ini Hard of Hearing, orang-orang tidak percaya dan merasa aku mengada-ngada. Di tingkatan yang lebih ekstrem, ada yang merasa aku speak up karena ingin dikasihani.
Thats real, karena memang orang dengan HoH terlihat seperti pada umumnya orang Dengar. Tidak terlihat seperti orang yang berkebutuhan khusus Dengar yang mempunyai ciri khas suara bindeng, pengucapan tidak sempurna dan sulit memahami pembicaraan.
Orang dengan HoH ngobrol layaknya orang-orang Dengar. Cuma mereka mempunyai ciri khas khusus yang tida begitu relihat: fokus pada gerak mulut, peka terhadap cahaya dan tidak sadar ketika dipanggil dari belakang atau obrolan yang tidak ditangkap oleh matanya.
Dunia Disabilitas kini menjadi perhatian serius. Gaung inklusivitas sudah menggema dimana-mana. Tidak jarang pegiat Disabilitas akan dimintai pendapat oleh stake holder untuk mendengarkan kebutuhan Disabilitas terkait pemmbangunan fasilitas umum.
Mengawal Gaung Inklusivitas
Aku enggak aktif di komunitas disabilitas secara spesifik. Meski bergabung di Sahabat Tuli Salatiga dan Ibu Inklusif, namun aku tidak begitu intens terlibat. Aku membatasi gerak di ranah publik dan menyisakan Nusagates sebagai sarana untuk mengembangkan profesional dan LazisNU Noborejo untuk berkiprah dalam ranah sosial.
Namun, meskipun aku tidak aktif di pengurusan komunitas disabilitas manapun, aku masih memantau berjalannya komitmen inklusivitas, terutama di kota Salatiga. Aku aktif berkomunikasi dengan beberapa stake holder yang terlibat dalam proyek inklusivitas Salatiga.
Pemerintah sudah berkomitmen untuk mengusung tema inklusiv dan tidak mengabaikan keberadaan Disabilitas dalam setiap pengembangan fasilitas di kota, namun pemerintah tetap membutuhkan masyarakat, terutama pemerhati Disabilitas untuk mengawasi pelaksanaan di lapangan.
Sering terjadi rancangan yang dibuat sudah matang, namun pelaksanaan di lapangan sekedarnya saja. Tidak jarang fasilitas sudah tersedia dan berfungsi dengan baik, namun pelaksana menganggap itu ribet dan tidak diaktifkasn sebagaimana mestinya. Kasus ini sering terjadi pada fasilitas visual yang dibutuhkan oleh Tuli dan HoH.
Apakah aku lelah dengan semua ini?
TIDAK. Aku tidak akan berhenti untuk speak up. Mengutarakan kritik dan apresiasi untuk mewujudkan inklusivitas di Salatiga. Kita tidak bisa hanya mengkritik pemerintah dan jajarannya, kita harus ikut terlibat aktif dan memberi feedback kepada mereka yang terus memegang teguh komitmennya.