Memasuki gerbang Matrikulasi, waktu seperti sangat lambat. Ada 9 Nice Homework yang menunggu. Setiap NHW datang, aku selalu bertanya; kapan ini berakhir? 9 minggu terasa lama. Ternyata aku salah, 9 minggu berlalu sangat cepat. Orang bilang, jika kita sedang jatuh cinta, waktu akan tidak terasa telah berlalu.
Ya, aku jatuh cinta dengan teman-teman yang membersamaiku di kelas matrikulasi SSJP Jateng 1. Menikmati canda tawanya, menikmati kala kami dibuat merenung bersama.
Lalu, tidak terasa air mataku berlinang kala aku mengirimkan tugas NHW 9. Its time to say goodbye with this lovely group. Kami akan berpisah kelas, tetapi kami masih dalam satu naungan yang sama; IIP.
Aku terharu, merasa harus berterimakasih banyak-banyak ke setiap penghuni grup yang telah menemani hari-hari, mendengarkan curhatku, menenangkan kala aku panik karena si K diare. Ya, setiap pertemuan akan ada perpisahan, dan ini saatnya untuk mengucapkan sampai jumpa.
NHW 1-9 yang Penuh Tantangan
Setiap NHW punya tantangan sendiri. Aku terlambat mengumpulkan NHW sebanyak 3 kali. Tidak mencapai target, tetapi sudah cukup bagus karena 9 NHW sudah kukerjakan dengan tuntas. Eh. Ini ngeles atau gimana. Hehehe
NHW 1-9 saling berkaitan, seolah masing-masing adalah anak tangga yang kalau dilewati satu saja bakal membuatmu kesulitan menapaki tangga berikutnya. Kami diajak mengenali diri sendiri, bahkan aku baru tahu jika aku ini analisis dan visioner, pantes kok percakapan abah K dengan mbak mantan di komentar orang bertahun silam bisa kutemukan. Eh.
NHW 9, Social Venture Emak K
NHW 9 kali ini bikin emak K ngangguk-angguk sekaligus geleng-geleng. Ngangguk-angguk menerima kenyataan bahwa banyak yang bisa dikerjakan, sekaligus geleng-geleng karena merasa enggak sanggup menjalani semuanya. HAHAHAHA, dasar visioner, idenya adaaa saja.
Tetapi, bu Septi Peni sedikit menghiburku, 10% dari deretan ide yang terealisi saja sudah sangat bagus. Hihihi. Baiklah, Mamak bikin patokan,minimal 10 % ide terealisi. 😀
Maafkan kalau infografis di atas sedikit narsis ya. Eh, atau malah banyak yang narsis? Hihihihi.
Memahami Tipping Point
_The Tipping point : the point at which a series of small changes or incidents becomes significant enough to cause a larger, more important change_* -Malcolm Gladwell-
Tipping point adalah titik di mana usaha-usaha kecil yang dilakukan berakumulasi menjadi satu hal besar yang cukup signifikan untuk dianggap sebagai perubahan. Istilah tipping point sudah lama digunakan dalam bidang sosiologi, tapi baru populer setelah dibahas secara mendalam oleh Malcolm Gladwell dalam bukunya yang berjudul The Tipping Point: How Little Things Can Make a Big Difference.
Ada tiga jenis orang yangdibutuhkan untuk mencapai tipping point, aku kutipkan dari materi IIP ya.
Kebanyakan dari sebuah gerakan memiliki kemampuan salesman, tapi tidak punya connector dan maven untuk mengimbangi. Maka sejatinya kita perlu 3 orang saja di awal membangun sebuah gerakan perubahan di sekitar kita, ada salesman yang bisa menjual gagasan kita ke pihak lain, ada connector yang berpikir strategis untuk menghubungkan pihak A dan B, serta maven yang pinter dan senang berbagi.
Sepertinya kami sudah memiliki ketiga peran ini. Emak K lebih berperan sebagai maven dan connector, abah K lebih berperan sebagai salesman dan connector. Sementara Sanggar Pelangi masih up dan down diterpa ujian dari lingkungan, sekarang tersisa 2 orang, padahal dua minggu yang lalu nyaris 15 orang. HAHAHAHAHA
Aduh, maafkan aku yang menertawakan diri sendii. Ini bukan hal yang harus dipermasalahkan besar-besar. Just let them go. Kami tetap menemani dua dik yang masih belajar di Sanggar Pelangi dengan sebaik-baiknya sembari meniti social venture yang lain. Doakan kami, ya!
Nung
Kereeeen mba widi….semoga cita-cita mba widi tercapai dan sanggar pelanginya berjalan ya mba..
wenny prihandina
aduh mba… punya sanggar sendiri aja udah keren ituuuu