Emak K mau beli mobil matic, ya? Kok menulis cara merawat mobil matic? Hahaha, bukankah dulu sebelum mempunyai suami harus belajar ecel-precel kerumahtanggaan agar lebih siap? Yo mbok menawa bisa punya mobil matic setelah belajar bagaimana cara merawat mobil matic, kayak waktu ngaji soal kerumahtanggan dulu, kitab khatam langsung dilamar abah K. Wkwkwkwk.
Aku sengaja menghubungi mbak Wara untuk bertanya soal mobil matic. Ya, meskipun aku harus baca bolak-balik demi memahami apa yang beliau maksud. Kayak waktu ngaji bab suami dulu, aku mana paham bagaimana penolakan bisa membuat suami murka. Ra paham, Rek. Tetapi setidaknya aku punya ancang-ancang bagaimana menghadapi suami kelak saat sudah menikah.
Ya, anggap saja ini ancang-ancang bagaimana kelak saat mobil matic sudah berjodoh denganku. Hati-hati, Law of Attraction sering kejadian, masio cuma mbatin tetapi kalau malaikat ngamini bisa maqbul saat itu juga. Ndongane sing apik-apik wae. Heuu.
Perbedaan Mendasar Mobil Matic dan Mobil Manual
Perbedaan mendasar mobil matic dan mobil manual berada di transmisi penggeraknya yang otomatis dan manual. Jika mobil manual mengandalkan keahlian kita dalam menggerakkan kopling dan tuas, mobil matic cukup mengandalkan tuas sesuai lajur jalan yang dilalui.
Pada saat memulai berkendara, pada mobil manual kita harus menekan pedal kopling berbarengan dengan menekan tuas gigi/perseneling ke posisi 1/ R. Sedangkan untuk memulai berkendara pada mobil matic kita cukup menekan tuas transmisi dari P (parkir) ke posisi maju (Drive) atau mundur (Rear) sembari menekan rem.
Pada saat mobil melaju di jalan, pada mobil matic untuk memindahkan posisi D, 1, atau 2 cukup memindahkan tuas transmisi sembari menekan tombol yang melekat pada tuas sesuai dengan jalan yang dilalui, apakah jalan menanjak atau jalan lurus-lempeng. Sedangkan mobil manual kita harus menekan pedal kopling sambil memindahkan tuas perseneling/gigi ke posisi yang kita inginkan (2,3,4,5).
Eh, Emak K mudeng enggak? Agak-agak mudeng lah kalau ngebayangin, kayak pakai sepeda motor manual dan matic kan? Bhahaha, kayaknya mobil matic lebih mudah dipelajari, ya.
Kesalahan Umum Penggunaan Mobil Matic
Aku sengaja bertanya kesalahan umum penggunaan mobil matic, maklum, saat mengendarai motor, sering banget ketemu mak-emak yang ceroboh. Di media sosial pun banyak seliweran cerita tentang driver emak-emak yang ceroboh. Kelak, jika ada rezeki, aku enggak mau masuk ke dalam golongan driver yang ceroboh. Heuheuu
Kesalahan umum pengguna mobil matic adalah pengoperasian transmisi. Mbak Wara kerap menjumpai pengemudi yang menggunakan transmisi D pada saat mobil berjalan pada tanjakan, padahal seharusnya saat berada di tanjakan transmisi diposisikan ke 1 atau 2.
Kesalahan posisi transmisi juga kerap terjadi pada saat mobil matic berhenti di lampu merah. Pengendara kerap memposisikan transmisi ke dalam mode parking (P) pada saat berhenti di lampu merah. Padahal, pada saat berhenti sementara di lampu merah, posisi transmisi seharusnya di posisi netral (N) yang memungkinkan mobil langsung jalan setelah berhenti. Perlu dicatat, posisi parking (P) digunakan pada saat mobil berhenti dalam waktu lama dan setelah itu mesinnya mati.
Merawat Mobil Matic
Perawatan mobil matic hampir sama dengan perawatan mobil manual, khususnya untuk merawat transmisinya harus rutin ganti oli transmisi sesuai dengan kilometer tempuh mobil, antara 10ribu sampai 15ribu kilometer yang ditempuh agar tarikannya tetap responsif.
Cek secara berkala kondisi kampas rem mobil, baik rem depan maupun rem belakang. Penggantian kampas rem mobil matic dilakukan lebih sering dibandingkan mobil manual karena penggunaan kampas rem pada mobil matic jauh lebih banyak dibandingkan dengan kampas rem mobil manual. Rem pada mobil matic digunakan juga untuk menahan laju tranmisi. Jika rem mulai berbunyi artinya kampas rem harus segera diganti.
Selalu gunakan suku cadang asli mobil agar mobil selalu dalam kondisi prima.
Hehehe, kayaknya cukup mudah, ya. Gara-gara menulis artikel ini dan kutinggal tidur sebelum selesai, daku sampai mimpi punya mobil. Bhahaha, boleh diaminkan, lhoh. 😀