Karakteristik Anak Tunagrahita aku dapatkan saat aku mengambilmata kuliah Pendidikan ABK yang diampu oleh Ibu Lilik Sriyanti. Saat kuliah Pendidikan ABK, kami harus berjaung menyelesaikan tugas demi tugas, tugas ini pun aku kerjakan setelah membaca aneka literatur. Rasanya sayang banget kalau cuma membusuk di hardisk laptop. Hihihi
***
Tunagrahita atau keterbelakangan mental merupakan kondisi dimana perkembangan kecerdasannya mengalami hambatan sehingga tidak mencapai perkembangan yang optimal.
Ada beberapa karakteristik umum anak tunagrahita yakni:
Contents
a. Keterbatasan Intelegensi
Intelegensi merupakan fungsi ayng kompleks terkait dengan kemampuan untuk memahami informasi dan ketrampilan-ketrampilan menyesuaikan diri dengan masalah-masalah dan situasi-situasi kehidupan baru, belajar pada pengalaman masa lalu, berpikir abstrak, keratif, dapat menilai secara kritis, menghindari kesalahan-kesalahan, dan kemampuan untuk merencanakan masa depan. Anak tunagrahita mengalami kekurangan dalam semua hal tersebut. Kapasitas belajar anak tunagrahita yang bersifat abstrak, seperti belajar dan berhitung, menulis dan membaca juga terbatas. (Sutjihati, 2006: 105)
Keterbatasan Sosial
Disamping memiliki keterbatasan intelegensi, anak tunagrahita juga mengalami kesulitan dalam mengurus diri sendiri dalam masyarakat, oleh karena itu mereka memerlukan bantuan.
Anak tunagrahita cenderung berteman dengan anak yang lebih muda usianya, ketergantungan terhadap orang tua sangat besar, tidak mampu memikul tanggung jawab sosial dengan bijaksana, sehingga mreka harus selalu dibimbing dan diawasi. Mereka juga mudah dipengaruhi dan cenderung melakukan sesuatu tanpa memikirkan akibatnya. (Sutjihati, 2006: 105)
c.Keterbatasan fungsi-fungsi mental lainnya
Mereka mengalami kesukaran pemudatan perhatian, jangkauan perhatiaanya sangat sulit dan cepat beralih sehingga kurang tangguh dalam menghadapi tugas. Pelupa dan mengalami kesukaran mengungkapkan kembali suatu ingatan, kurang mampu membuat asosiasi serta membuat kreasi baru. (UNS, 2013: 4.12)
d. Ciri dorongan dan Emosi
Perkembangan anak tunagrahita berbeda-beda, sesuai dengan tingkat ketunagrahitaannya masing-masing. Anak berat dan sangat berat ketunagrahitaannya hampir tidak memperlihatkan dorongan untuk mempertahankan diri dalam keadaan haus dan lapar tidak menunjukkan tanda-tandanya, mendapat perangsang yang menyakitkan tidak mampu menjauhkan diri dari perangsang tersebut. Kehidupan emosinya lemah, dorongan biologisnya berkembang, tetapi penghayatannya terbatas pada perasaan senang, takut, marah dan benci. (UNS, 2013: 4.12)
e. Ciri dalam Kemampuan Berbahasa
Kemampuan bahasa sangat terbatas perbendaharaan kata terutama kata yang abstrak. Pada anak yang ketunagrahitaannya semakin berat banyak mengalami gangguan bicara disebabkan cacat artikulasi dan problem pembentukan bunyi. (UNS, 2013: 4.12)
f. Ciri kemampuan dalam bidang akademis
Mereka sulit mencapai bidang akademis membaca dan kemampuan menghitung problematis, tetapi dapat dilatih dalam menghitung yang bersifat perhitungan. (UNS, 2013: 4.12)
g. Ciri Kepribadian
Kepribadian anak tunagrahita dari berbagai penelitian oleh Leahly, Balla dan Zigler bahwa anak yang merasa retarded tidak percaya terhadap kemampuannya, tidak mampu mengontrol dan mengarahkan dirinya sehingga lebih banyak tergantung pada pihak luar. (external locus of control). Mereka tidak mampu mengarahkan diri sehingga segala sesuatu yang terjadi pada dirinya bergantung pada pihak luar. (UNS, 2013: 4.13)
h. Ciri kemampuan dalam organisme
Kemampuan anak tunagrahita untuk mengorganisasi keadaan dirinya sangat jelek, terutama pada anak tunagrahita yang kategori berat. Hal ini ditunjukkan dengan baru dapat berjalan dan berbicara pada usia dewasa. Sikap dan gerak langkahnya kurang serasi, pendengaran dan penglihatannya tidak dapat difungsikan, kurang rentan terhadap perasaan sakit, bau yang tidak enak, serta makanan yang tidak enak. (UNS, 2013: 4.13)