Setiap orang punya selera sendiri, setiap anak punya kesukaan sendiri, setiap suami memiliki list makanan favorit, setiap istri mempunyai daftar kesenangan, namun ada satu hal yang harus digaris bawahi dan berlaku untuk semua orang: jangan mencela makanan. Hadits mencela makanan memang hadist yang sangat pendek, terlihat sepele, namun bisa memicu perang dunia. Eh.
Mencela makanan akan membuat orang yang menyajikan makanan, maupun orang yang memasak makanan tersebut sakit hati. Apalagi jika yang mencela adalah orang terdekat, suami kepada istrinya, anak kepada ibunya, tentu akan meninggalkan luka.
Tentang mencela makanan ini, kanjeng Nabi dhawuh:
مَاعَابَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ طَعَامًا قَطٌّ
Maa ‘iiba rasuulullahi shallallahu ‘alaihi wasallam tha’aamaa qaththu
Artinya, “Rasulullah SAW sama sekali tidak pernah mencela makanan” (HR. Muttafaq alaih)
Hadits larangan mencela makanan adalah hadits pendek, namun sangat berkesan karena di dalam hadits itu mencerminkan betapa Rasulullah telah memberi contoh kepada ummatnya untuk tidak mencela makanan.
Melatih Anak untuk Qana’ah, Makan Apa yang Ada
Hadits Rasulullah tidak pernah mencela makanan merupakan salah satu hadist yang kugunakan untuk melatih anak makan apa yang ada. Si K kulatih untuk memakan secukupnya, tidak menampakkan ekspresi yang tidak mengenakkan setiap menjumpai makanan yang tidak ia sukai.
“Bukan makanannya yang enggak enak, mungkin kita yang berbeda selera. Ibu suka yang manis-manis, abah suka yang gurih-gurih, makanan yang tidak sesuai dengan selera kita, belum tentu tidak enak.”
Kunci Keharmonisan Rumah Tangga
Tidak mencela makanan yang tidak enak juga akan menjaga keharmonisan rumah tangga. Mencela dengan memberi tahu rasa tentu saja berbeda, ya. “Aku suka yang agak manis. ” Sambil terus makan dengan lahap, akan lebih berkesan dibandingkan menyodorkan piring dengan ekspresi yang sangat tidak enak.
Dengan memberitahu secara seperti itu, istri yang sedang belajar masak tentu akan bertekad untuk terus mencoba hingga rasa masakannya sesuai dengan selera suami. Perempuan yang telah mahir memasak sejak sebelum nikah belum tentu langsung masak sesuai dengan selera suami karena latar belakang yang berbeda.
Ada keluarga yang makanan hariannya didominasi dengan sayur, lalap, salad. Ada keluarga yang makanan hariannya didominasi dengan bumbu rempah dan santan. Ada pula keluarga yang makanan hariannya didominasi dengan bumbu cabe. Budaya setempat juga sangat berpengaruh.
Jadi, seni untuk tidak mencela makanan akan sangat berguna saat anak-anak membina rumah tangga. Seni tidak mencela makanan akan membantu penyesuaian makanan keluarga dengan lebih cepat dibandingkan cara frontal dengan mengatakan bahwa, “Aku hilang selera melihat masakanmu.”