Menjadi Ibu Tuli dari anak yang Dengar itu memang challenging. Komunikasi diantara kami mungkin lebih menantang dibandingkan komunikasi antara Ibu Dengar dan anak Dengar. Enggak terhitung salah paham diantara kami, enggak terhitung berapa kali aku menyepi sejenak karena enggak paham apa yang si K sampaikan dan dia tantrum. Masa-masa kritis komunikasi diantara kami adaah saat si K mulai belajar bicara, mana bareng dengan masa-masa tantrum, lagi.
Aplikasi Live Transcribed yang Menunjang Ibu Tuli
Sebenarnya ada aplikasi penerjemah suara ke text yang bisa menerjemahkan obrolan orang lain. Namun sayang, diantara aplikasi yang pernah kucoba, aplikasi yang paling bersahabat adalah aplikasi Live Transcribed versi online, dimana hape harus selalu tersambung dengan paket data. Enggak masalah, sih, sekarang banyak paket telkomsel yang ramah di kantong dengan koneksi stabil. Tetapi, untuk penggunaan bahasa sehari-hari, aplikasi Live Transcribed ini belum cukup ramah karena ia belum mampu menerjemahkan bahasa daerah dengan baik.
Proses si K Memahami Ibu yang Tuli
“Telinga Ibu didandani.” celetuk si K, suatu hari saat kami sedang berdiskusi isi buku Inside The Body. Kami cukup sering berdiskusi tentang buku, meski aku harus menebak-nebak apa yang dibicarakan oleh si K.
Memang, ya. Gusti Allah enggak bakal Memberi masalah tanpa menyertakan jalan keluar. Masalahnya adalah, apakah kita cukup sabar dan telaten untuk mencari jalan keluar yang kadang rasanya kayak waze.
Ria
Jeung Widi, suka baca bagaimana baby K berusaha juga untuk komunikasi dengan ibunya. Such a good son 🙂