Si K memasuki usia 28 bulan, pertanyaannya makin ajaib saja. Rasa-rasanya, ilmu yang kupelajari selama 19 tahun di sekolah hingga kuliah sia-sia karena enggak bisa menjawab pertanyaan si K. Hhaha, ya,kali, Mak, njawab petanyaan si K beda dengan menjawab pertanyaan di ulangan harian atau ulangan akhir.
Dimana Kuman?
Si K mirip dengan abahnya, enggak makan kalau belum lapar. Enggak begitu suka ngemil. Minumnya kudu air putih. Dengan tingkah yang luar biasa, praktis berat badannya naik tipis-tipis. Emak K harus mencari cara untuk bisa mengatur makannya.
Kala itu aku sedang meminta si K makan sawo. Si K lari kesana-kemari, manjat tralis, bahkan sampai lompat dari sofa ke lantai. “Kevin, sawonya dimaem dulu. Sawo ini bagus, biar bisa melawan kuman.”
Si K behenti, kemudian meminta sawo yang kupegang. Memakannya dengan lahap. Habis.
“Ibu, kuman ndi?” tanya si K.
“Ha?”
“Kuman ndi? Kepin (sudah) maem sawo. (Mau) gelut (dengan) kuman.”
“Ha?”
“Ndi kuman, Buk?”
“Kumannya enggak kelihatan, Nang. Ada di dalam perut Kevin.”
“Ooo,perut Kepin (ada) kuman yo, Buk?”
Sodorin buku Biologi materi kuman di dalam usus. Bercanda. Bhahaha, oke fix, buku tentang kuman untuk anak masuk wishlist.
Tulang yang Bersembunyi
Jam malam, kami mempunyai rutinitas membaca buku. Kadang si K yang sok-sokan baca buku dengan bahasanya sendiri, kadang Ibu yang harus membacakan. Tergantung mood-nya si K. Malam itu kami membaca buku My Body.
“Ibuk, iki apa?”tanyanya, sambil menunjuk gambar rangka manusia.
“Tulang, Nang.”
“Tulang Kepin ndi,Buk?”
“Disini, ” jawabku, sambil menekan kulit keras agar Si K merasakan keberadaan tulangnya.
“Kok tulang Kepin ola (kayak) ini?”
“Hmm,enggak kelihatan, Nang.”
“Ooo, tulang Kepin ndelik yo, Buk, yo? Tulang Kepin ndelik, Kepin ola (isa) ndelok.”
——-Hening——-
Waluh vs Keju
Buku The Very Hungry Caterpillar adalah salah satu buku favorit si K. Saat si K menemukan gambar keju, si K bertanya, “Ibu, ini apa?”
“Keju.”
“Keju?” si K mengulang kata yang kuucapkan, alisnya sampai berkerut.
“Iya,keju. Kayak yang dikulkas.”
“Iki waluh, Ibuk. Koyo (nggone) mbah Dok.” bantah si K.
—–Waluh?—–
Hahahah, aku langsung teringat dengan labu di kampungyang ditanam emak mertua. Wkwkwk, baiklah, si K lebih mengenal labu daripada keju. Lagipula, gambar keju selalu bolong-bolong, sementara bentuk aslinya padat. Si K lebih sering mainan lubang-lubang di waluh yang mau dimasak mbahnya. Logis. :p
Kalau kamu, Mak, apa pertanyaan dari anak yang membuatmu kelimpungan? 😀