Sejak awal berdirinya Asia Pulp and Paper, perusahaan yang bergerak di industri kertas dan pulp ini telah mendapatkan kritik dari berbagai pihak karena memberikan dampak bagi lingkungan. Namun, dibalik kritik dan tantangan yang diberikan pada Asia Pulp and Paper, perusahaan yang menjadi produsen kertas terbesar di dunia ini memainkan peran penting pada perekonomian di Indonesia.
Sebanyak 6,7% Asia Pulp and Paper berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia dari produk domestik bruto dari industri pengolahan negara. Sedangkan Asia Pulp and Paper telah menyediakan lapangan pekerjaan bagi 260.000 pekerja langsung dan 1,1 juta pekerja tidak langsung. Bahkan, Asia Pulp and Paper menduduki peringkat ketujuh sebagai penghasil devisa terbesar dengan total pendapatan USD 3,79 Miliar.
Keberhasilan Asia Pulp and Paper ini tidak lepas dari tingginya permintaan kertas yang semakin meningkat secara global. Meskipun kini teknologi perangkat elektronik mengurangi kebutuhan penggunaan kertas, namun hal tersebut tidak berpengaruh dengan tingginya permintaan kertas di Asia Pulp and Paper. Setidaknya pertumbuhan permintaan kertas meningkat antara 2-3% setiap tahunnya.
Melihat peningkatan permintaan pada Asia Pulp and Paper, pemerintah Indonesia berkeinginan untuk meningkatkan kapasitas produksi industri kertas dan pulp nasional. Saat ini, target pemerintah Indonesia adalah menaikan kapasitas dari 7,93 ton per tahun menjadi 10,53 juta ton setiap tahunnya.
Perkembangan Bisnis Asia Pulp and Paper
Asia Pulp and Paper membuka pabrik baru di daerah Sumatera Selatan yang akan berkontribusi lebih pada ekspansi industri kertas dan pulp di Indonesia. Walaupun mendapatkan kritikan, Asia Pulp and Paper akan memaksimalkan upaya pengurangan deforestasi agar mencapai zero fire.
Menurut Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) menyebutkan bahwa sebagian besar produksi kertas dan pulp diekspor ke luar negeri. Setidaknya ada 60% produksi dalam negeri yang dikirimkan ke negara luar. Asia Pulp and Paper menduduki urutan ke sembilan sebagai produsen pulp dunia terbesar dan urutan ke enam sebagai produsen kertas di dunia.
Tidak dapat dipungkiri, industri pulp dan kertas Indonesia mengalami peningkatan karena permintaan kertas yang paling kuat di negara Asia Tenggara dan Amerika Serikat. Walaupun menjadi pengekspor kertas terbesar di dunia, konsumsi penggunaan kertas di Indonesia relatif rendah yaitu sekitar 32,6 kilogram per kapita setiap tahunnya. Maka dari itu, Indonesia memiliki potensi banyak ruang untuk pertumbuhan lebih lanjut di masa depan.
Jika dibandingkan penggunaan kertas dengan negara tetangga seperti Malaysia, konsumsi kertasnya mencapai 100 kilogram per kapita setiap tahunnya dan di Jepang mencapai 242 kilogram. Padahal, rata-rata konsumsi kertas di Indonesia masih di bawah negara ASEAN yaitu 55 kilogram per kapita setiap tahunnya.
Benar adanya jika Asia Pulp and Paper memberikan banyak hal positif kepada pertumbuhan ekonomi di indonesia, walaupun harus terus berhadapan dengan kritik dan tantangan faktor lingkungan yang masih membutuhkan waktu lama agar terselesaikan.
Meskipun pemerintah Indonesia menginginkan Asia Pulp and Paper menaikan kapasitas per tahunnya, akan tetapi pemerintah juga tetap fokus untuk melestarikan lingkungan alam lewat Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2016 tentang pengelolaan ekosistem tanah gambut dan perlindungan. Melihat tantangan inilah, Asia Pulp and Paper tengah menerapkan strategi IIFS yaitu menanam satu pohon saat menebang pohon lainnya.