Baru masuk bulan Robiul Awal, emak K sudah membahas keripik lebaran. Antara kangen nuansa Ramadan dan kangen mudik jadi satu, enaknya nostalgia soal keripik favorit yang kucari-cari saat lebaran tiba. Iya sih, bisa nyari keripiknya di luar lebaran, tetapi percayalah, nikmatnya berbeda. Hahaha, apa karena saat lebaran sudah nahan diri sebulan suntuk sehingga semua-mua rasanya enak dan lezat?
Keripik di Indonesia beragam warna. Rasa-rasanya tiap daerah punya koleksi keripik sendiri. Malang dengan keripik apelnya, Lampung dengan keripik pisang coklatnya, Salatiga dengan keripik usus dan parunya… dan masih banyak lagi. Tetapi, keripik yang kurindukan saat lebaran ini adalah keripik yang khas diproduksi oleh Ibu dan Emak Mertua.
Keripik Tumpi, Keripik Favorit Lebaran dengan Aroma Irisan Daun Jeruk yang Ngangeni
Tumpi, keripik yang lebih mirip rempeyek. Terbuat dari tepung beras, kacang hijau dan irisan daun jeruk ini belum bisa dipastikan khas dari daerah mana. Banyak ditemukan di daerah Salatiga dan sekitarnya, namun beberapakali aku juga menemukan di daerah lain sekitar Jawa Tengah, terutama di Semarang.
‘Ditumpi’ adalah menuangkan adonan tepung beras encer dan kacang hijau yang sudah diaduk rata dengan bumbu dan irisan dun jeruk ke pinggiran wajan. Tidak ada rumus pasti apa bumbu dan kacang-kacangan yang bisa disebut sebagai tumpi, namun umumnya tumpi di Salatiga adalah adonan tepung beras, kacang hijau, dan irisan dun jeruk dengan bumbu kencur, bawang putih, ketumbar dan garam.
Tumpi produksi Ibu memiliki ciri khas, putih bersih dengan kriuk yang agak keras karena dicampur dengan sedikit tepung kanji. Aroma daun jeruk menggoda, saat dikunyah, aroma rasa kencur memanjakan lidah. Penumbukan kencur enggak boleh dianggap enteng, harus halus poll karena kencur yang kasar akan membuyarkan rasa saat mengunyahnya. Kayak merica itu, loh, kalau enggak halus saat dikunyah bakal menimbulkan sensasi pedas.
Keripik Kimpul, Si Umbi dari Keluarga Talas yang Semakin Langka
Kimpul, Umbi ini masih satu keluarga dengan umbi talas. Bedanya, jika umbi talas dalam satu batang hanya satu umbi, kimpul dalam satu batang menghasilkan banyak umbi. Umbi talas jika dibuat stick cenderung gatal, lain halnya dengan umbi kimpul, umbi kimpul jika dibuat stick tidak begitu gatal.
Umbi ini lumayan langka dan baperan. Sebab, jika ingin dibuat stick yang kriuk-kriuk sempurna, harus umbi kimpul yang ditanam di tanah Salatiga. Kalau bukan umbi kimpul yang ditanam di tanah Salatiga, sticknya enggak kriuk-kriuk dan banyak kroposnya. Mbak dulu pernah bisnis stick kimpul dan berhenti di tengah jalan karena bahan baku yang semakin langka, sudah mulai jarang yang menanam umbi ini. Saking senengnya anak-anak Bapak dengan stick kimpul, Bapak sampai rela menanam sendirio umbi kimpul di kebun.
Peyek Delai, Peyek Khas Bojonegoro dengan Ulegan Cabe
Pertama kali mencicipi peyek dele di kampung, sekitar 5 tahun yang lalu, aku takjub sekaligus ngeri, peyek ini cetho welo-welo ada kulit cabenya disamping taburan irisan kulit jeruk. Rupanya cabe menjadi trade mark bumbu di daerah Bojonegoro, hingga peyek pun dibumbui cabe keriting.
Ketakjuban sekaligus ngeri itu langsung buyar pada kunyahan pertama. Agak pedes sih, tetapi bukan pedas yang membuat keringat gembrobyos. Pedesnya pas, sekedar bumbu saja. Jika tumpi hanya mengandalkan kencur dan bawang putih, peyek dele ini bumbunya lebih komplit, bawang merah, bawang putih, cabai dan kemiri, plus irisan daun jeruk.
Ciri khas peyek dele yang dibuat emak mertua adalah ulegan cabenya yang dibuat enggak halus, jadi ada kepingan kulit cabai yang tidak rata, berdiameter sekitar 1 cm dalam peyek dele tersebut. Dulu nyaris tiap hari emak mertua membuat peyek dele, namun sejak abah K pantang makan cabe, peyek dele agak tersisihkan.
Ada perbedaan fundamental antara peyek dele dan tumpi selain pada bumbu dan jenis kacangnya; bentuk peyek delai cenderung memanjang, kalau tumpi cenderung pendek, lebar ginuk-ginuk.Pertamakali menggoreng peyek dele, aku heran karena dalam satu wajan penggorengan paling poll cuma bisa nggoreng 3 peyek dele, saking panjangnya ‘tumpian’ adonan ke pinggiran wajan.
Kamu punya keripik favorit yang ditunggu-tunggu saat lebaran, enggak?
Arinta Adiningtyas
Aku suka peyek, tapi peyek kacang tanah. Amay juga suka peyek kacang tanah. Kalo di Majalengka namanya Roronge. Wkwkkw…
Oya, aku juga suka keripik kimpul. Dulu ibuku suka bikin. Ga bisa berhenti ngunyah kalo udah disediain itu.
Aku juga suka keripik kulit melinjo, Mbak.. Pencok melinjo namanya kalau di Purworejo. Bikinnya ngga susah, kulit melinjo digoreng aja sampe kering. Bisa dibumbui gula merah plus cabe itu kalo doyan pedes.