Dua minggu yang lalu si K diare, yang membuatku kalang kabut mencari referensi pengobatan diare akut pada anak balita. Diare terparah yang pernah ia alami di usia 2.5 tahun. Diare yang sukses membuat Ibunya malas memikirkan hal lain selain menjaga si K 24 jam sehari. Berat badannya susut 3 ons. Aku stress, lelah repot membersihkan segala hal, juga stress melihat badan si K yang semakin langsing.
Jam 11 malam si K muntah-muntah parah. Berulang-ulang sampai kasur banjir dengan muntahannya. Aku panik, mengajak abah K segera ke UGD karena khawatir si K dehidrasi. Kami membelah dinginnya Salatiga ke UGD Puskesmas. Sayangnya, saat sampai di Puskesmas ternyata enggak ada dokter jaga, hanya ada perawat dan bidan, kami dianjurkan untuk langsung menuju ke UGD RSU.
Di perjalanan, tiba-tiba si K mengambil posisi duduk sembari menangis. Diare, sampai cairannya tembus ke bajuku. Aku panik membaui pup si K yang seperti telur busuk. Aku meminta abah K untuk segera pulang ke rumah, membersihkan badan si K dan bergegas ke UGD RSU Puri Asih.
Pengobatan Diare Akut pada Anak Balita
Di UGD, si K tidur. Dokter memeriksanya dengan cepat, enggak ada sesi konsultasi atau observasi mendalam, mungkin karena banyak antrian. Kondisi umum si K masih bagus, kulitnya elastis, matanya enggak cekung. Dokter memutuskan untuk rawat jalan dengan satu catatan; harus opname jika diare semakin parah.
Kami menebus tiga jenis obat. Cuma tiga, tetapi harganya lumayan. Totalannya 140k untuk ketiga jenis obat ini. Hahaha.
- Syrup Zink 100 ml. Syrup Zink ini untuk preparet diare. Diminum satu kali sehari dua sendok teh setelah makan, selama 10 hari berturut-turut enggak boleh berhenti meskipun diare sudah berhenti.
- L-Bio 5 saset. L-Bio ini probiotik untuk terapi usus. Berupa serbuk, boleh dicampur sayur maupun susu. Diminum sehari setelah makan petang. Obat yang paling susah di telan si K karena rasanya aneh. Hahaha
- Vometa Syrup 60 ml. Ini mah merk, aslinya Domperidone. Untuk obat muntah karena si K diarenya disertai gejala muntah. Diminum tiga kali sehari satu sendok teh sebelum makan.
Obat ini bisa dibeli di apotik tanpa resep dokter. Dengan catatan diare anak kurang dari satu minggu dengan kondisi umum yang bagus. Kami juga memperbanyak asupan cairan, dokter merekomendasikan oralit, tetapi karena si K enggak doyan oralit, kami ganti dengan air kelapa.
Next blogpost, aku bakal share bagaimana kondisi diare yang mengharuskan anak segera opname di RS.
Drama Diare si K
Sepulang dari UGD, si K tidur nyenyak. Jam 9 pagi, tiba-tiba ia tebangun dan mengambil posisi jongkok. Ya, dia pup lagi di atas kasur. Levelnya sudah parah banget, cair, berlendir dengan ampas yang sedikit.
Dalam sehari, si K diare sampai 5 kali. Selama diare, si K lebih suka main di teras karena mengerti jika abahnya harus ngepel kalau si K pup. Di teras lebih mudah ngepelnya dibandingkan di dalam rumah. Diarenya sampai banjir, emak ngeri pengen nangis. Huhuhu.
Hari ketiga, si K belum juga membaik. Hanya geraknya masih usil kayak sebelum diare, makan dan minumnya juga oke, jadi kami memutuskan untuk menghabiskan obat dan memperbanyak makan dan minumnya.
Hari keempat, aku merasa janggal karena pup semakin banyak dan cair. Aku pun menyadari jika ada yang salah dengan asupan makannya; susu kotak untuk campuran L-Bionya, juga roti coklat kesukaannya. Akhirnya aku dan abah K sepakat untuk STOP semua makanan yang dicurigai sebagai pemicu diare; susu, roti coklat, sayuran dan buah-buahan.
Hari kelima, si K membaik dengan frekuensi dan jumlah pup yang semakin berkurang. Total drama si K ada 10 hari. Hahaha, sampai obatnya habis masih belum padat pupnya. Cuma karena frekuensi semakin bekurang, pup semakin sedikit, enggak terlalu cair, kami pikir si K baik-baik saja dan sedang proses penyembuhan.
Sekarang gimana, Mak?Alhamdulillah, wasyukrulillah, si K sudah sehat, enggak encerlagi, tetapi masih diet susu dan produk turunannya, mulai mengkonsumsi sayur dan buah, tetapi masih diet bayam dan mangga.