“Kami mengecewakan begitu banyak penerbit sekitar akhir tahun 2009an. Kami kehilangan klien dan mengakibatkan perusahaan mengalami kemunduran yang luar biasa… .Kehilangan pelanggan ini yang membuat Indscript ada di ambang kebangkrutan sehingga akhirnya banyak sekali kebijakan yang kemudian saya lakukan untuk menyelamatkan perusahaan.” -Indari Mastuti-
Kurang lebih 10 tahun yang lalu, ketika Indscript booming dengan begitu banyak pesanan naskah buku, Indscript kehilangan kontrol dan tumbang. Tahun 2009, dalam satu bulan ada 60-100 naskah buku yang harus dikerjakan. Bayangkan… buku-buku yang sudah dicetak dengan ongkos produksi yang tidak sedikit, tidak bisa disalurkan karena kualitasnya tidak terjaga.
Klien kecewa.
Biaya produksi terlanjur digelontorkan. Gaji karyawan harus tetap dibayar padahal naskah buku tidak layak jual.
Di tangan teh Indari Mastuti, kebangkrutan dan pukulan yang datang saat berkibar-kibarnya, membuatnya mengambil langkah efektifitas yang ke depannya membuat pijakan Indscript jauh lebih kuat dan kokoh. Ia melakukan efisiensi karyawan dengan memilih karyawan yang benar-benar qualified. Bahkan kebangkrutan besar ini menjadi titk berdirinya Ibu-ibu Doyan Nulis (IIDN) yang memiliki visi menelurkan penulis-penulis baru dari kalangan Ibu Rumah Tangga.
Aku pernah berada di posisi itu. Oh tidak, maksudku, posisi bangkrut di saat berkibar-kibarnya…. . tetapi aku saat itu tidak berani bangkit lagi di bidang yang sama dan memilih mengubur dalam-dalam. Menghadapi kekecewaan pelanggan itu tidak mudah. Padahal bangkrutnya enggak ada 20 juta. Bhahahaha, emak K halu, ya. Baru dikerjakan berdua dengan abah K, belum punya karyawan, omzetnya belum besar, tetapi sudah bilang bangkrut!
Aku bersyukur bisa ngobrol online bareng teh Indari Mastuti di Kumpul IIDN-Indscript via Telegram. Mengobrol dengan teh Indari tidak jauh-jauh dari persoalan bisnis. Aku diam-diam menyerap semangatnya untuk menjadikan kebangkrutan sebagai titik tolak untuk menebar lebih banyak manfaat.
Contents
Indscript Creative, Bermula dari Agensi Penulis Naskah Kini Memiliki Berbagai Lini Bisnis
Pertama kali aku mengenal Indscript Creative dari Ibu-ibu Doyan Nulis. Aku lebih dulu mengenal IIDN sebelum mengenal Teh Indari dan Indscript Creative-nya. Setiap kali mendengar Indscript Creative, aku terbayang dengan inovasi-inovasi lini bisnis yang lahir dari Ibu-ibu di rumah.
Ya…. teh Indari memulai semuanya dari rumah. Indscript lahir justru ketika teh Indari memutuskan untuk menjadi Ibu Rumah Tangga seutuhnya. Tahun 2007 Indscript lahir, dengan teh Indari Mastuti seorang yang menulis naskah. Seiring dengan pesanan penerbit yang terus berdatangan, teh Indari mencari tim penulis untuk bergabung.
Tidak mudah menemukan penulis di tahun 2007. Tetapi ia tidak putus asa. Teh Indari terus menulis. Tak menyerah untuk berburu penulis dengan keterbatasan media sosial. Yahoo ia sebrangi, Friendster ia arungi. Ya Salam, jaman Yahoo dan Friendster aku masih SMP daan asik menikmati es puter bareng sahabat setiap kali pulang sekolah.
Unique Selling Point Indscript Creative
Saat sedang mengurus printilan kantor, pak Boss berulangkali menegaskan pentingnya unique selling point. Mikir unique selling point ini enggak mudah. Bahkan sampai ada yang bercanda; “Sampai mati berdiri mencari unique selling point.”
Umumnya pengajuan naskah alurnya penulis menulis naskah dengan utuh, menulis sinopsis, mengirimkan naskahnya ke penerbit. Penerbit menyeleksi. Jika lolos, ketemu editor untuk proses edit-mengedit. Baru naik cetak.
Indscript enggak.
Indscript mengajukan ratusan judul buku kepada penerbit. Daftar ratusan judul saja yang sampai di meja penerbit.
Uniknya tawaran Indscript ini membuat Indscript menjadi beda. Tim Indscript mengirim ratusan judul, penerbit memilih judul yang sekiranya menarik. Setelah judul-judul dipilih oleh penerbit, Indscript mengajukan outline dan contoh tulisannya. Tim Indscript akan menulis naskah utuhnya setelah outline disetujui oleh penerbit.
Dengan cara ini Indscript telah membuat efisiensi yang cukup besar;
- Efisiensi tenaga dan waktu penulis untuk menulis naskah. Apalagi jika ternyata naskah tidak disukai dan tidak dipakai.
- Efisiensi sortir naskah oleh penerbit dan masa tunggu penerbit. Dengan mengajukan judulnya, penerbit tidak perlu lagi menyortir bertumpuk naskah.
Jadi, apa unique selling yang kupikirkan? Sik, tak mikir sik. Rasanya aku pengen menyetek otak kreatif teh Indari Mastuti dan kukembangkan di lahan otakku. Heuheuu.
Perjalanan Indscript Creative dari ‘Bayi Hingga Kokoh Berlari
Perjalanan Indscript Creative yang diceritakan oleh teh Indari bisa diringkas dalam empat fase, fase ‘bayi’ yang sedang aktif-aktifnya bergerak dan berkarya, fase ‘jatuh’, fase bangkit dan fase estafet.
Fase Bayi Indscript Creative
Lahir di tahun 2007. Dimulai oleh teh Indari Mastuti seorang, lalu merekrut penulis-penulis Indonesia. Semakin jauh, semakin kencang merangkak. Semangat full power. Tetapi mengabaikan keselamatan. Kayak bayi yang serba penasaran, belum mempunyai kontrol yang bagus.
Fase Jatuh Indscript Creative
Fase jatuh dimulai pada tahun 2009-an, saat berkibar-kibarnya tetapi tidak memiliki quality kontrol yang kuat. Jatuh berdebam, bangkrut. Teh Indari menerapkan beberapa langkah:
- Melakukan efisiensi karyawan, hanya mempertahankan karyawan yang benar-benar qualified.
- Evaluasi perjalanan bisnis. Pada fase ini, teh Indari belajar bahwa bisnis bukan hanya sekedar mengambil order sebanyak-banyaknya, tetapi juga bagaimana men-deliver kebutuhan pelanggan dengan maksimal.
- Memperbaiki kualitas pelayanan, mengirimkan permintaan maaf dan memberikan diskon kepada pelanggan yang bisa diselamatkan untuk kembali mendapatkan kepercayaan pelanggan.
Fase Bangkit Indscript Creative
Setelah mengalami fase jatuh yang berdebam, baik jatuh dalam hal bangkrut keuangan, jatuh dalam hal psikis yang lelah, teh Indari mengambil beberapa langkah untuk evaluasi. Pada fase bangkit ini, teh Indari membuat gebrakan yang ternyata justru semakin menebar manfaat.
- Lahirnya IIDN (Ibu-Ibu Doyan Nulis). 24 Mei 2010, teh Indari mendirikan komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis dengan visi menelurkan penulis-penulis baru dari kalangan Ibu Rumah Tangga.
- Membangun branding di bidang penulisan biografi. Pada masa ini, teh Indari mendapatkan penawaran penulisan biografi dari Mizan.
- Mengikuti kompetisi bisnis dalam kurun waktu 2010-2012. Tujuan utama teh Indari untuk mengikuti kompetisi bisnis adalah untuk melunasi utang dalam waktu singkat. Teh Indari terpilih sebagai Perempuan Inspiratif Nova tahun 2010 dan 9 penghargaan lainnya.
- Branding yang didapat dari kompetisi bisnis membuat Indscript bangkit dan semakin banyak pelanggan dari berbagai kalangan.
- Kompetisi bisnis yang diikuti oleh teh Indari mempertemukan teh Indari dengan coash-coash yang menumbuhkan ide-ide baru dan membuat Indscript Creative terus berkembang.
Fase Estafet, tak Lelah Bergerak dan Berburu Inovasi
Astaga, ini sebenarnya penamaan seenak udel emak K. Kenapa kuberei nama estafet? Karena di fase ini pijakan Indscript sudah kokoh dan menelurkan berbagai inovasi dengan tim yang sangat solid. Inovasi-inovasi terus berdatangan.
- Mendirikan Sekolah Perempuan pada tahun 2013.
- Mendirikan Insdcript Dirrect Selling pada tahun 2014. Salah satu produk fenomenal dari Indscript Dirrect Selling adalah Metrik dan Dreamboard.
- Mendirikan Indscript Training Centre pada tahun 2015, training bisnis untuk perempuan Indonesia. Alumni Indscript Training Center lebih dari 10k orang. MasyaAllah!
- Melahirkan Emak Pintar pada tahun 2015.
- Mendirikan Indsblack yang bergerak di bidang fashion, namun bisnis ini telah ditutup pada 1 April 2020.
- Menjadi co-founder Kunikita pada tahun 2018. Kunikita yang awalnya mempunyai karyawan 5 orang, kini melesat menjadi 50 orang.
- Mendirikan penerbitan indie BUKUIN aja! Unique selling point BUKUIN aja! adalah dengan menawarkan training sebelum menerbitkan buku.
- CSR di tahun 2017!
Lini Usaha Indscript Creative
Lini Usaha Indscript Creative secara umum dibagi menjadi tiga, yakni; Jasa penulisan, Training Online dan Produk Bisnis. Dari tiga jenis tersebut, masih mempunyai banyak lini yang semuanya dikelola dengan apik oleh tim Indscript Creative.
Jasa penulisan Indscript Creative menerima naskah-naskah potensial dari penulis untuk diterbitkan ke penerbit mayor maupun Indie. Indscript juga mempunyai BUKUIN aja! yang menampung penulis yang ingin menerbitkan bukunya dengan diawali training kepenulisan. Enggak cuma menerbitkan naskah, Indscript juga melayani penulisan biografi dan jasa penulisan artikel.
Divisi Training Center Indscript menjawab kebutuhan Ibu-ibu yang ingin menuntut ilmu, mengembangkan diri dengan tetap di rumah melalui training online. Cukup banyak kelas yang diadakan oleh Indscript, bisa dipilih sesuai minat Ibu-ibu yang mengikutinya. Dari training kepenulisan, blogger, desainer hingga yang terbaru adalah Sekolah Leader.
Ibu-ibu biasanya kesulitan untuk membagi waktu, antara waktu belajar, mengembangkan diri, mengurus bisnis, mengurus suami, mengurus anak, mengurus tetangga… Eh.. Hehehe, Inscript menjawabnya dengan mengeluarkan produk berupa workbook, daily activities, habbit tracker, dll yang membantu Ibu-ibu untuk mencapai target dan mimpinya.
Coorporate Social Responsibility Indscript Creative
Aku masih ingat saat itu di bulan puasa. Si K baru satu tahunan. Tahun 2017. Aku mendapatkan beasiswa dari Indscript untuk mengikuti kelas Seluk Beluk Job Review dengan pengampu mbak Widyanti Yuliandari. Aku lupa darimana aku mendapatkan informasi itu, tetapi aku ingat orang yang membagikannya; Ibu Fuatuttaqwiyah el Adiba. Di sebuah grup WAG, tetapi aku lupa apa nama WAG-nya karena saat itu Ibu Fuatuttaqwiyah sempat berpamitan dan diganti oleh rekannya.
Beasiswa ini menjadi bagian dari CSR Indscript. Aku ingin mengucapkan terimakasih di tulisan ini, khusus untuk Teh Indari, mbak Widyanti dan team Indscript, karena kelas ini adalah pijakanku untuk menjadi seorang blogger. Aku belajar bagaimana mereview, bagaimana membaca analytic, bagaimana menulis yang asik dari kelas Seluk-Beluk Job Review.
Terimakasih, Indscript, ilmunya luber-luber. Menjadi pijakan untuk membangun blog. Membuatku semakin mantap untuk terus berkarya di tengah keterbatasan.
Mungkin saking banyaknya CSR yang dilakukan oleh Indscript, sampai-sampai teh Indari tidak menyatut beasiswa kelas di dalam kumpul IIDN-Indscript kemarin. Hahahaha.
Indscript Creative termasuk perusahaan yang enggak tanggung-tanggung mengadakan CSR. Diantara CSR yang digencarkan oleh Indscript Creative adalah pembebasan riba, pemberian hibah modal usaha, donasi lansia. Yang terbaru kemarin, teh Indari mengangkat anak asuh sampai 60 orang di tengah pandemi covid-19 yang membuat dunia bisnis tidak menentu. MasyaAllah Laahaulaa walaa quwwata illabillah.