Bazar ramadhan tantangannya tentu sangat besar. Apalagi jika bazar ramadhannya di bidang kuliner, praktis waktu akan banyak tersita di jam-jam buka-tarawih. Padahal, jam-jam buka-tarawih adalah jam-jam ibadah yang sayang jika ditinggalkan. Di sisi lain, penjualan UMKM kuliner di pelosok kampung berkurang di bulan ramadhan, padahal Ramadhan adalah salah satu kesempatan untuk menjual menu buka. Jadilah kami menginisiasi bazar Ramadhan virtual untuk mendukung pemasaran UMKM di kampung.
Peluang Demografi Kelurahan Noborejo dan Sekitarnya
Kelurahan Noborejo memiliki peluang demografi yang cukup bagus sebagai target market bazar Ramadan virtual. Kelurahanku adalah kelurahan yang dicanangkan sebagai kawasan industri di Salatiga. Adanya kawasan industri di Salatiga membuat kost-rumah kontrakan-rusun bertebaran. Pekerja dan penghuni kost cukup bagus untuk dijadikan target market bazar ramadan virtual.
Awalnya sempat skeptis. Tetapi kami sudah cukup banyak belajar tentang rencana-rencana yang gagal hanya karena ketakutan untuk memulai. Kami memulainya dari panitia kecil yang hanya beranggota 5 orang banom NU ranting Noborejo.
Tim kecil ini bergerak gesit. Menawarkan penawaran ke warung-warung UMKM yang ada di Noborejo, lalu menyebarkan materi promosi ke warga sekitar Noborejo dan pekerja pabrik-pabrik di sekitar Noborejo. Bahkan kami menjadi ‘bumper’ untuk mengirim kesana-sini karena belum ada tanda-tanda kesiapan membayar kurir secara profesional.
Bazar Ramadhan Virtual Kelurahan Noborejo, Memantik Semangat UMKM Kuliner
Meskipun dihandel oleh panitia kecil yang hanya terdiri atas 5 orang, antusias UMKM kuliner Noborejo cukup tinggi. Sampai hari ini sudah bergabung 15 UMKM yang menyediakan berbagai menu buka puasa dan sahur. Aku dan teman-teman saling belajar, ssetiap hari kami mengadakan evaluasi apa saja yang harus kami tambah dan kami perbaiki strateginya.
Lima hari berjalan, bazar Ramadhan virtual kelurahan Noborejo baru dipasarkan melalui story whatsApp dan getok tular dari orang ke orang, tetangga ke tetangga, rekan pabrik ke rekan yang lain. Antusias orderan membuat kami berbinar. Kami terharu dengan semangat pedagang yang mulai optimis karena orderan berdatangan meskipun belum banyak.
Langkah kecil ini mungkin belum berdampak signifikan, tetapi melihat pedagang UMKM saling menyemangati satu sama lain, saling mempromosikan dagangan satu sama lainnya, kami semakin yakin untuk melangkah lebih lanjut dan menyusun strategi yang lebih mumpuni.
Sejauh ini, jualan yang paling laris di bulan ramadhan dalam bazar ramadhan virtual kelurahan adalah es cendol durian, sup buah, lothek dan nasi Padang. Most wanted banget memang. Apalagi harga yang ditawarkan terhitung sangat murah. Sampai-sampai aku merasa malas memasak. Hahaha.
Learning by Doing, Evaluasi Setiap Hari
Bazar Ramadhan virtual bukan bazar dengan konsep yang sudah sangat matang. Kami memulai bazar dengan konsep yang cukup mentah, bahkan bisa dibilang prematur. Belum ada bayangan akan seperti apa. Bayanganku, kami hanya membantu promosi saja tanpa terlibat pemesanan.
Berjalannya waktu, kami evaluasi setiap pergerakan. Apakah ada yang dibutuhkan, apakah ada hal lain yang harus dihilangkan, apakah ada yang perlu diganti strateginya. Kami belajar bersama, saling urun pendapat. Menciptakan iklim diksusi di dalam grup peserta bazar dan panitia cukup menantang.
Beberapa kali terjadi misskomunikasi, tetapi kami bisa melaluinya dengan saling bercanda. Iklim grup yang menyenangkan membuat kami semakin semangat untuk memulai berkhidmat kepada NU, setelah sekian lama kami skeptis tentang kemampuan kami sendiri. Bazar ramadhan virtual enggak hanya bermanfaat bagi pegiat UMKM kuliner lokal, namun juga membuat kami belajar banyak bagaimana mengelola kegiatan dan merealisikan ide ke lapangan.