Site icon Widi Utami

Adab Menuntut Ilmu, Selamat Datang di Kelas Bunda Sayang

Maret ini agendaku bertambah, apalagi jika bukan kelas Bunda Sayang dari IIP. Yes! I choose it, aku akhirnya memutuskan untuk bergabung dengan Bunda Sayang karena butuh ilmu lagi untuk mengasuh si K.

Apalagi Si K genap 3 tahun februari lalu, namun belum mau ikut PAUD. Setiap kuajak berkunjung ke PAUD, ia cuma melihat dari jauh dan berbisik, “Ibu, Kepin sekolah sama Ibu wae.” Lalu melipir ke arena bemain dan manjat ring sampai klenger.

Emak K merasa butuh ilmu lebih tentang dunia anak. Ya meskipun enggak sesempurna Ibu Guru yang punya bekal ngasuh bocah TK selama bertahun-tahun, setidaknya emak K bisa learning by doing dengan bekal dari Bunda Sayang.

Contents

Lets We Go, Bekal-bekal yang Sudah Kusiapkan

Menuntut ilmu tanpa bekal mungkin enggak sedramatik saat bepergian tanpa bekal. Tetapi, ketika tersesat sak paran-paran karena asal nyemplung tanpa bawa bekal apa-apa, bakal terseok-seok dan sulit berada di jalur yang benar lagi.

Aku menyiapkan bekal-bekal untuk mengikuti kelas Bunda Sayang ini dengan berkaca dari kelas Matrikulasi yang pontang-panting. Heu-heu.

Ridha Abah K

Lhoh, wingi pas matrikulasi apa enggak diiringi ridha abah K? Diiringi sih, tapi enggak spesifik. Aku cuma bilang mau ikut matrikulasi IIP. Titik, enggak lebih. Aku juga enggak bilang jam berapa saja jam belajarku. Jadinya pontang-panting, abah K sering salah paham karena aku pegang hape mulu padahal lagi belajar. Hahaha

So, aku meminta ijin ke abah K dengan super spesifik. Jam belajar, jam rekap, jam diskusi, jam ngerjain nhw. Itu harus di-jam-jami mengingat abah K kudu ngajak si K dolanan.Saat emak ngerjain Bunda Sayang, abah K menghabiskan waktu bersama si K. Catatan abah K rada serem; harus jelas sedang apa, jam berapa sampe jam berapa.

White Book, White Heart

Meuni lebay headingnya. Hahaha. Aku menyiapkan satu buku berwara putih khusus untuk mencatat apapun kelas belajarku bulan-bulan ini, terutama kelas Bunda sayang dan amanah sebaai seketaris yang kupegang.

Kenapa buku? Karena aku ingin menghidupkan kembali menulis tangan sebagai sarana healing crisis dan melembutkan hati. Lebay ya emak K? Wkwkwkwk

Hape, Laptop, Wi-fi dan Buku-buku Penunjang

Tiga perangkat pertama disediakan oleh abah K. Kemaren abah K membawa Samsung E-7 nya ke kan Service aar bisa kugunakan. LCD-nya diganti. Emak K seneng dong, hape lama sudah megap-megap soalnya. Hahaha

Alhamdulillah, diberi suami yang sangat mendukung istri tetap produktif saat di rumah. Matursuwun, Kakak.

Strategi agar Kesulitan Menuntaskan Materi Saat Matrikulasi tidak Terulang Lagi

Saat Matrikulasi, aku memang aktif di kelas dan mengerjakan semua nhw meskipun ada 3 yang terlambat, tetapi aku menyadari jika aku belum menuntaskan materi.Keponthal-ponthal mengikutinya karena manajemen waktuku ambyar.

Maka, aku merencanakan strategi berikut:

  1. Mencatat poin-poin materi di white book dan menambahkan catatan selama diskusi berlangsung.
  2. Mengerjakan t10 di Media Sosial dan merekapnya di blog saat T10 sudah tuntas. Ini sedikit turun dari ekspektasi karena awalnya aku ingin menulis semua di blog tersayang. Hihihi.
  3. Mencari referensi paling banyak 3 buku atau journal. Aku dulu kelamaan belajar kaena tenggelam dalam tsunami informasi, satu materi bisa baca 10 jurnal. Hyuh, mabok.

Perubahan Sikap terkait Adab Menuntut Ilmu

Hmm, soal adab menuntut ilmu, dulu saat Matrikulasi sudah di-up berulang kali. Ringkasannya sudah aku tulis di Upgrade Ilmu Disela-sela Momong Bocah. So, aku hanya ingin men-stabilo apa yang harus kupegang teguh di kelas bunda Sayang ini:

Resume Diskusi Peer Group 4 Trasi4Kaizen

. Agar Selalu Keep on The Track

Menyikapi Perbedaan Pendapat

Berbagi Kebahagiaan dan Manfaat Bunda Sayang

Menyikapi Mahasiswi yang Mundur dalam Bunda Sayang

Exit mobile version