Site icon Widi Utami

Upgrade Ilmu Disela-sela Momong Bocah

Upgrade Ilmu Disela-sela Momong Bocah 2

“Ibuk, ojo hapene waeee.” seru si K, kala aku menyempatkan diri membaca artikel di hape.

Aku menyahut, “Ibu disuruh apa,Nang?”

“Dolanan kalih Kepin wae!” jawab si K, dengan mulutnya yang mecucu sembari menyodorkan sebutir kelereng untukku.

Menjadi Full Time Mother at Home memang enggak mudah, apalagi jika anaknya tipikal kinestetik yang enggak bisa diam. Si K hanya anteng jika bermain air, pasi, dan… nonton Tayo, bis kecil kesayangannya. Biasanya si K bangun tidur jam 1/2 6, tidur malamnya jam 10an, kadang jam 12 baru memejamkan mata. Waktu-waktu si K anteng, tidur siang, atau diajak saudara biasanya kumanfaatkan untuk update di blog dan mengejar deadline pekerjaan.

Berkutat dengan ritme yang seolah-olah saling bekerjaran, aku tersadarkan akan satu hal kala memasuki materi pertama Kelas Matrikulasi Institut Ibu Professional; emak K sudah lama enggak meng-upgade ilmu dengan serius dan tertarget. Lempeng ae lah, sak nyandake, tetapi ternyata malah keblabasan. HAHAHA

Contents

Adab Menuntut Ilmu secara Online di Era Kiwari

Emak K ketahuan jadi pembaca setia cuitan babang Ivan Lanin! Hahaha, iya, kata Kiwari yang merupakan kata baku dari jaman now itu langsung melekat di otak kala emak K pertamakali membaca di cuitan babang Ivan Lanin. Memang otaknya cerdas atau karena si babang yang tampan? :p

Era Kiwari, dimana menuntut ilmu enggak perlu lagi naik unta menyusuri padang pasir yang ganas selama puluhan hari kayak jamannya Imam Syafi’i, tinggal mengusap jari di layar dan langsung terpampang berbagai tulisan dari beragam sudut pandang. Enggak cuma sepuluh-duapuluh, tetapi ribuan. Guru enggak ada di hadapan. Kita bisa membaca sambil maskeran atau sambil ngupil tanpa ketahuan. Eh.

Enggak perlu nundak-nunduk penuh penghormatan, lha wong cuma membaca dari laya gadget sambil ongkang-ongkang kaki. Enggak perlu salim sambil mengecup tangan penuh penghayatan, tinggal kirimkan emot berjabat tangan dan kiss jauh penuh tanda cinta.

Apakah lantas membuat Adab Menuntut Ilmu yang dipelajari saat internet masih menjadi barang mewah langsung dibuang secara permanen dari Recycle Bin? No! Justru di Era Kiwari, Adab Menuntut Ilmu haus digalakkan lebih jauh lagi.

نَحْـنُ إِلَى قَلِيْــلٍ مِــنَ اْلأَدَبِ أَحْوَجُ مِنَّا إِلَى كَثِيْرٍ مِنَ اْلعِلْمِ
“Kita lebih membutuhkan adab (meskipun) sedikit dibanding ilmu (meskipun) banyak.” [Abdullah bin Mubarak, ulama sufi; dikutip dari Adabul ‘Âlim wal Muta‘allim karya Hadratussyekh Hasyim Asy’ari]

Sangking pentingnya adab, Yai Nasruddin mengulang-ulang pasal ini saat aku mengaji besama beliau. Sak pinter-pintere santri, sak dhuwur-dhuwure jabatan, santri kudu humat marang guru, masio gurune namung mulang alif ba ta.

Aku cuma me-resume diskusi Adab Menuntut Ilmu secara online ya. Materinya panjaaaang, diksusinya apalagi, tetapi aku hanya mengambil yang paling urgent agar blogpost ini enggak kepanjangan.

HORMATI GURUMU, KAPANPUN ITU

Headingnya maksa. HAHAHA. Jadi di diskusi kemarin sempat dibahas bagaimana wujud menghormati guru saat diskusi online, terutama pada poin murid tidak mendahului
guru untuk menjelaskan sesuatu/menjawab pertanyaan. Kami sepakat jika guru ridha murid di kelas menjawab sebelum guru menjawab, maka enggak apa.

Lain halnya jika guru enggak berkenan. Patuhi saja aturannya. Jangan sampai mendahului guru menjawab sebelum guru mempersilahkan. Disinilah pentingnya peaturan dalam grup diskusi.

PAMALI MEMBANDING-BANDINGKAN GURU DI MEDIA SOSIAL

Ora ilok, begitu kata Yai Nasruddin dulu. Lha wong membandingkan guru secara diam-diam saja enggak boleh, apalagi membandingkan di media sosial yang gampang di copas, gampang disebarkan, dan gampang viral, padahal belum tentu itu benar. Horor membayangkan jika apa yang kita sebarkan ternyata fitnah belaka, pertanggungjawabannya, Cyn, aduhaiii, daku enggak kuat.

Sedih lah kalau melihat beberapa ustadz yang dicaci, dihujat, dibandingkan dengan ustadz lain hanya karena kesalahan yang beliau perbuat. Mbak Marita menegaskan, ustadz juga manusia, punya khilaf. Ambil baiknya, buang buruknya. Cukup klarifikasi, tidak perlu turut terpancing emosi~

JANGAN MUDAH PERCAYA DENGAN ILMU SEBELUM MENELUSURI SUMBERNYA

Pernah baca soal matikan hp pada pukul 3 dini hari agar enggak meledak? Ikut nyebarin enggak? Atau, yang belakangan ini, mempermainkan ‘belum ada fatwa halal’ dan ‘fatwa haram MUI’ untuk vaksin MR? Begitu banyak kabar HOAX bertebaran, kita musti jadi netijen yang cerdas, bukan netijen yang cuma hobi nyinyir dan julid.

Telusuri dulu sumbernya, jika memang sumbernya dari yang terpercaya dan sudah tidak ragu lagi, silahkan sebarkan. Hindari media povokasi yang selalu menyerang orang lain secara membabi buta, benci buta itu bikin tbunga mawar yang indah cuma dibuang ke selokan hanya karena enggak suka dengan durinya.

STOP MENYEBARKAN BERITA DENGAN AWALAN “COPAS DARI GRUP SEBELAH”

Penuntut Ilmu yang ‘Alim,sangat menghargai keberadaan ilmu. Menghargai siapa penyampainya. Menghargai betapa susah payahnya penyampai untuk menuliskannya. Menulis ilmu itu enggak langsung bim sala bim, prosesnya panjang…. Mbah yai Hasyim Asyari menulis kitab Ta’limul Muta’allim setelah melakukan perjalanan menuntut ilmu puluhan tahun lamanya. Jangan tanya berapa jurnal dan kitab yang emak K rujuk untuk menulis ini, butuh perenungan yang panjang.

Menahan diri untuk tidak menyebarkan ‘copas dari grup sebelah’ juga meminimalisir tersebarnya berita yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Aku ingat betul waktu Bom Surabaya, betapa di WhatsApp seliweran berita jika Bom Surabaya sudah direncanakan oleh pemerintah hanya karena waktu penayangan berita di CNN yang disett 3 hari yang lalu. Aku dan abah K kesulitan menelusuri siapa penyebar pertama karena WAG enggak bisa ditelusuri. SEDYIHHH.

 

Itu saja, empat poin yang berat diterapkan di era kiwari. Meskipun berat, kuyakin kita kan bisa, karena kita emak-emak pilih tanding yang Dititipi Penerus Bangsa dan Ummat. :p

 

Oke, Tiba saatnya Emak K mengerjakan Pe-Er di Kelas Matikulasi IIP. :p

Jurusan yang Ingin Kutekuni di Universitas Kehidupan

Petanyaan dari NHW Matrikulasi IIP, poin satu sampai tiga kugabung jadi satu, agar nyambung dan enggak berpencar-pencar.

Tentukan satu jurusan ilmu yang akan anda tekuni di universitas kehidupan ini? Alasan terkuat apa yang anda miliki sehingga ingin menekuni ilmu tersebut? Bagaimana strategi menuntut ilmu yang akan anda rencanakan di bidang tersebut?

Membaca pertanyaan ini aku langsung flasback tentang mimpi-mimpi yang tercecer. Ceileeeehh, bahasanya. HAHAHA. Tahun ini aku hanya membatasi satu ilmu perkategori, biar enggak njeglek, maklum, otak emak K sudah beda dengan otak jaman kuliah yang rasa-asanya semua cabang ilmu ‘rakus’ dilahap.

Parenting, Ketika Emak K Bermimpi Menjadi Guru Terbaik untuk Si K

Si K berumur 2.5 tahun. Saat orang-orang sudah mulai menyiapkan planning pendidikan untuk anak kesayangan, bahkan ada yang sudah survey ke sekolah-sekolah, abah K mengultimatum: Si K TIDAK BOLEH SEKOLAH PAUD, jika bisa pun enggak usah TK.

Asal kautahu, Bah, ultimatum ini berarti pendidikan pra sekolah si K ada di pundakku. Emak K langsung puyeng. Kuliahku dulu jurusan PGMI, jadi enggak punya gambaran kurikulum pra sekolah. Oke, emak K memutuskan untuk belajar kurikulum pra sekolah, sekaligus mengamalkannya. Memangnya belajar kalau enggak diamalkan untuk apa, Mak? Untuk nyayur asem? :p

Selain belajar tentang kurikulum pra sekolah, daku juga musti belaja menyiapkan mental untuk menjawab pertanyaan, “KENAPA SI K BELUM SEKOLAH JUGA?” Lha di umur 2.5 tahun saja sudah ditanya,apalagi makin tua. Sekolah sama Ibu saja ya, Nang.

Mendapatkan ilmu tentang parenting pra sekolah ini, aku berencana akan menggunakan tiga cara: Membeli buku yang terkait dengan kurikulum pra sekolah, merujuk website dan jurnal tentang kurikulum pra sekolah-baik dalam negeri maupun luar negeri-, juga betanya kepada teman-teman yang berpengalam mengajar di sekolah-sekolah dengan kurikulum yang menurut emak K terbaik di levelnya.

Dear Emak K, Its All About Heart

Satu hal yang belum selesai dariku di usiaku yang ke 26, tentang hati yang masih sakit karena sindiran-sindiran oang terkait telingaku yang istimewa. Aku yang kalem dan enggak nyaman menggunakan kata kasar, bisa berubah menjadi serigala dengan kata-kata pisuhan hanya karena ada orang yang membuatku terluka. Apalagi jika yang membuatku terluka adalah orang yang sama, yang rasa-rasanya dia lagi dia lagi, langsung ‘kuserang’ tanpa tedeng aling-aling.

Belajar menata hati agar tidak pendendam, menjadi menu wajib di tahun ini. Aku berharap, dengan selesainya problem hati yang kubawa sejak kecil, aku tidak lagi melampiaskan kemarahan kepada sesiapa yang ada di dekatku.

Soal hati, harus kemana aku belajar? Abah K selalu mewanti-wanti, agar setiap ada yang membuat sakit hati, lantas berdoa dan menjadikannya wasilah untuk semakin mendekat kepada-Nya. Angel ya? offcourse, ini lebih sulit daripada mengerjakan soal sigma. Mungkin, aku harus lebih sering sowan Yai, jika pun tidak bisa sering-sering,minimal membaca buku dari ‘ulama panutan.

Manajemen Keuangan Keluarga

Aku dan abah K freelancer, selama ini kurang memperhatikan manajemen keuangan kami. Kami bisa melihat mutasi hanya dari mutasi rekening. BHAHAHA. 😀 Ya, tahun ini aku harus belajar manajemen keuangan keluarga, minimal agar keuangan kami sehat dunia-akhirat. Di dunia senang-senang, zakat tertunai, haji mabrur, sedekah jalan terus agar di akhirat enggak kesuwen dihisap~

Manajemen keuangan keluarga aku sudah mendapatkan beberapa catatan dari bebagai kursus dan seminar, hanya saja belum ada yang klik. Tahun ini aku ingin mencatat lebih rapi forum-forum finanasial untuk kemudian diambil saripatinya yang lebih mudah dan praktis diterapkan di keluaga kami.

All About Monetize Blog

Enggak pengen belajar coding? Enggak dulu, sebab hanya untuk mengganti header bisa membuatku begadang semalam suntuk, padahal dalam waktu semalam itu, aku bisa menulis 5 artikel lengkap dengan sumber rujukannya-which is, artikel ndaging yang butuh riset. Biarlah aku mengambil spesialisasi urusan konten dan monetize, urusan tampilan dan coding diurus abah K. Urusan desain logo dan website, mbayar orang saja. HAHAHA

Urusan konten, aku harus belajar bagaimana membuat artikel SEO Friendly yang abadi, artikel yang tetap SEO friendly meskipun pinguin simbah Google gonta-ganti. Urusan monetize blog ini yang bikin puyeng,monetize blog enggak cuma ngurus blog thok thill, tetapi juga optimasi media sosial. Engagement Facebook oke lah, tetapi kalau Instagam dan Twitter daku musti menggenjot diri dengan ilmu yang lebih dalam lagi.

Belajar SEO bisa dimanapun, aku akan memulainya dari website-website pembelajaran SEO yang gratis dulu. Mental gratisan? Bukan. Lebih tepatnya berkaca dari abah K yang bekelana dari website satu ke website lain, berdiskusi dengan progammer lokal hingga programmer Amerika hinga beliau bisa menguasai banyak bahasa pemrograman.

Sudah, empat poin saja biar enggak koplak otaknya. Padahal empat poin ini belajarnya butuh keistiqomahan dan tahan banting yang luar biasa. Baca-bacanya bisa dilakukan saat si K sedang asik bermain sendiri, tetapi praktiknya butuh tirakat di malam hari saat si K tidur, di sela-sela mengerjakan gawean, tentu saja.

Tentang Penerapan Adab Menuntut Ilmu

Pertanyaan terakhir dari NHW#1,

Berkaitan dengan adab menuntut ilmu, perubahan sikap apa saja yang anda perbaiki dalam proses mencari ilmu tersebut

Hmmm, menyadari emak K yang aduhai kurang ajarnya gini, apalagi karena terbuai dengan kemudahan media sosial untuk menghubungi sumber ilmu, emak K ingin memperbaiki beberapa poin;

  1. Menulis sumber rujukan ilmu, baik sumber yang kudapatkan secara tertulis maupun lisan, untuk menghargai susah-payahnya sumber ilmu dalam mendapatkan ilmu ini.
  2. Tidak menghubungi sumber ilmu pada jam-jam istirahat malam. Apalagi jika ‘guru’ ini rasanya bagaikan sahabat. 
  3. Tidak menyebarkan berita yang belum bisa dipertanggungjawabkan, baik di media sosial maupun di blog.
  4. Mencatat setiap ilmu yang dirasa penting, minimal mem-back up di beberapa tempat penyimpanan, sebab sekali hape hang sumber ilmu ilang tanpa jejak. Semudah itu ilangnya, kayak bunga bendot diterbangkan angin~ Kautahu bunga bendot, kan? :p

Empat poin lagi. Kenapa postingan ini serba empat ya? Apakah judulnya harus diganti, “Empat Hal tentang Adab Menuntut Ilmu di Kelas Matrikulasi IIP”? Wkwkwk, enggak ah, wis ben begitu saja. Kalau kamu, Mak, ingin upgrade ilmu apa?

 

Salam!

Emak K, deaf Mommy

 

 

Exit mobile version