Site icon Widi Utami

Tinitus, Suara Misterius yang Setia Sepanjang Hari

Tinitus, Suara Misterius yang Setia Sepanjang Hari

Tinitus, Suara Misterius yang Setia Sepanjang Hari

Aku tidak ingat kapan pertamakali aku mengalami tinnitus, suara misterius yang setia berdengung di telingaku sepanjang hari. Mungkin ia hadir bersamaan dengan perginya 87.5 dB daya dengar telinga kiriku, dan tinggal bersama 2.5 dB sisa pendengaran.

Ketika orang-orang Dengar berkeluh kesah saat telinganya berdengung, aku merasa menjadi orang paling malang sedunia, lha wong cuma berdengung beberapa menit saja mereka mengeluh melulu, apakabar aku yang berdengung sepanjang hari sejak umurku masih piyik?

Suara Misterius yang Suka Berubah Wujud

Suara-suara yang menemaniku sepanjang hari selalu berubah wujud. Kadang ia memerankan diri menjadi suara Yai saat mengajariku membaca kalam-Nya, “Bismillahirrahmaanirrahimmm… ” komplit dengan langgam dan suara khasnya, kadang suara Yai Nu’man, kadang Yai Nasruddin, kadang suara abah K. Hebatnya, ayat yang dibaca itu ngepas di surat apa yang sedang kupelajari saat mengaji kepada beliau.

Kadang suara abah K saat bersenandung sholawat dengan satu headshet di telingaku dan headshet lainnya di telinga abah K. Tidak jarang suaranya enggak jelas, rungsing kayak Ibukibuk lagi ngerumpi di emperan.

Suara Tinitus yang Berubah Wujud

Aku pernah dibuat kaget dengan dengungan yang kayak suara campursarinan, tengah malam, hujan-hujan pulak. Suara yang membuatku melafadzkan ayat kursi dan segala ayat yang kuhafal. Sampai-sampai aku bertanya kepada abah K,”Siapa yang campursarinan di tengah malam begini?”

Saat abah K menggeleng, pertanda jika ia tidak mendengar, bulu kudukku langsung berdiri dan hatiku menyumpah,”Hei, kalau mau campursarinan pindah saja.”

Saking nyatanya suara-suara itu di telingaku, aku sering bertanya,”Apa ada suara seperti ini?”

Kata Dokter THT tentang Tinnitus yang Kuderita

Tinitus adalah suatu gangguan pendengaran berupa keluhan perasaan pada saat mendengarkan bunyi tanpa ada rangsangan bunyi atau suara dari luar. Adapun keluhan yang dialami ini seperti bunyi mendengung, mendesis, menderu, atau berbagai variasi bunyi yang lain.  (DOAJ Intisari Sains Medis, Maret 2016)

Tinitus sendiri dibagi menjadi dua jenis, Tinitus Objektif dan Tinitus Subjektif. Tinitus Objektif memungkinkan dokter untuk mendengar suara dengingan dengan meletakkan stetoskop di sekitar telinga pasien. Tinitus Subjektif suara dengungannya hanya bisa didengar oleh pasien sendiri.

Aku termasuk pada jenis Tinitus Subjektif. Dokter tidak bisa mendeteksi apa penyebabnya. Segala tes sudah dilakukan, dari syaraf hingga koklea, semua baik-baik saja secara medis. Dokter hanya mengungkapkan, “Jika masih mendengung, berarti telinga kamu masih ada sisa pendengaran. Jika dengungan sudah hilang, kamu harus segea ke THT karena kemungkinan kamu sudah masuk ke Loss Hearing.”

Well said, seperti Hard of Hearing yang kubuat enjoy menjalaninya, meski aku tidak bisa mengatasinya dengan Alat Bantu Dengar, aku juga mencoba untuk bersahabat dengan tinitus. Menikmati suara-suaanya yang berubah wujud, tidak jarang aku menirukan suara yang timbul terutama jika suaranya seperti lantunan kalam Robbuna dari Yai-yaiku. Itung-itung ngrapal hafalan yang seuprit itu, heuheuuu.

Dhawuh Yai tentang Telinga yang Berdengung

“Jika telingamu berdengung, itu artinya kamu dipanggil kanjeng Nabi. Sholawatlah.” dhawuh Yai, pada suatu malam saat aku curhat tentang telingaku yang tidak kunjung hening. WiDhut enggak sopan, nyolong tjurhat di sela-sela ngaji kitab.

Dhawuh yai itu, entah sekedar menghibur ataukah memang benar adanya, sangat berpengaruh besar terhadap penerimaanku tentang Telingaku yang istimewa. Telinga berdengung sepanjang waktu, apakah kamu juga sholawat sepanjang waktu? Ehehehe, offcourse, aku mendendangkan sholawat dalam hati semampuku, dengan aneka sholawat yang kuingat–yang jika kudendangkan secara nyata akan ditertawakan orang-orang karena kacaunya nada.

Tinitus dan Sholawat kepada Kanjeng Rosul

Aku jadi ingat sesuatu, beberapa orang bertanya–termasuk abah K, amalan apakah kiranya yang kulakukan, sampai-sampai terkesan malati? You know what ‘malati’ is? Sungguh, bukan sholat malam sampai jidat hitam, bukan pula sholat sunnah sampai kaki bengkak, mungkin yang membuat mereka kayak ketiban sial setiap melukaiku adalah kanjeng Rosul, karena aku mengingatnya sepanjang telingaku berdengung.

Hoalah Dhut, kowe ki sapa tha yaaa ya. Lha wong setiap yang melukai hati hamba-Nya, cepat atau lambat akan Diberi pelajaran oleh-Nya. Kok ya pedhe men ngomongin soal malati. wkwkwk, maafkan, dua paragaf teakhir ngelantur. Semoga tulisan ini membuat pembaca semakin bersyukur atas Telinga yang sehat, ya.

 

Salam!

 

Exit mobile version