Site icon Widi Utami

Si K Ngebolang Ke Musium Manusia Purba Sangiran

Si K Ngebolang Ke Musium Manusia Purba Sangiran 1

“Mampir ke Sangiran ya, Yi?” tanya abah K di perjalanan pulang.

“Mendung gini kali, Bah.” ujarku, ragu.

“Sekalian istirahat.” sahut abah K. Aku mengiyakan. Badanku sudah pegal menikmati 3 jam perjalanan Bojonegoro-Sragen, masih ada 3 jam lagi untuk sampai ke Salatiga.

Sepertinya mampir ke Musium Sangiran adalah pilihan yang seru, bisa refreshing sekaligus rehat sejenak.

Contents

Salah Memilih Jalur

Abah K yang pernah ke Musium Sangiran dengan mantab memacu sepeda motor ke arah Solo. Aku berulangkali memastikan jika beliau tidak keliru mengambil jalur.

Sampai di perbatasan Solo-Sragen, Abah K belok kanan. Aku sedikit ragu karena tidak ada plang penanda masuk ke area Musium Manusia Purba Sangiran. Apesnya, Google Map ngadat karena sinyal beralih ke mode Edge.

Setelah berdiskusi, kami memutuskan untuk menututi saja jalan sesuai dengan insting. Saat sampai di pertigaan, kami bimbang memilih arah mana, Google Map belum bisa diakses, kami pun mengambil arah kanan sesuai dengan insting. Wkakakaka.

Semakin masuk, kami semakin ragu karena daerahnya berupa hutan-hutan dan jalan rusak parah. Yang benar saja nih, jalurnya?

Khawatir tersesat, kami berhenti sejenak untuk mengais- ngais sinyal. Alhamdulillah, akhirnya kami terhubung dengan Google Map, katanya perjalanan ke Musium Sangiran 25 menit lagi.

Oke, kita tancap gas. Kami semakin semangat ketika mendapati poster mengenai Musium Manusia Purba Sangiran di pinggir jalan. Lagi-lagi, hanya poster saja tanpa penunjuk arah. Zzzz

Google Map menandakan jika kami sudah sampai di lokasi Musium Manusia Purba Sangiran, tetapi, tidak ada satu pun penanda yang menunjukkan keberadaan Musium. Kami memutuskan untuk mengikuti jalan setelah sebelumnya sempat balik kanan.

Di kejauhan, terlihat atap bangunan besar, “Nah, itu kali, Yi.” ujar Abah K. Aku sempat was-was menatap jalan yang awut-awutan dengan jeglongan dan retak yang lumayan dalam. Horor!

Selamat Datang di Musium Manusia Purba Sangiran!

Yeay, akhirnya terlihat sudah gerbang besar Selamat Datang di Musium Manusia Purba Sangiran. Kesan teduh begitu terasa dengan pohon besar di gapura Selamat Datang. Aku sudah bersiap-siap terkejut dengan tarif tiketnya.

“Sepuluhribu, Bu.” seorang petugas menghampiri kami.
Aku memastikan, “Sepuluhribu berdua, Bu!”
“Iya.”
Wow, sepersepuluhnya dugaan awalku. Kirain 50.000 per orang, ternyata cuma 5.000 per orang. Si K tidak dikenakan tiket. Asik, anggaran bisa buat beli oleh-oleh. Hahaha

Menikmati Musium Manusia Purba Sangiran

Si K minta turun dari gendongan begitu kami menginjakkan kaki di bangunan utama Musium Manusia Purba Sangiran. Ia begitu semangat melangkahkan kaki kecilnya. Beberapakali berhenti untuk mengamati detail gambar Manusia Purba Sangiran di dinding-dinding musium.

Awal Mula Terbentuknya Bumi dan Tata Surya

“Brummmm” samar, aku menangkap suara ledakan ketika memasuki Ruang Display 1. Si K mendadak balik kanan dan langsung memeluk kakiku dengan sangat erat.

Aku mengamati pojok demi pojok dengan lekat-lekat, dibalik dinding penyekat, terlihat film pendek Pembentukan Tata Surya diputar. Lengkap dengan sound bergelegar. Pantas si K kaget dan langsung memelukku erat, suaranya menggelegar berdentam-dentam. Aku yang HoH saja merinding, apalagi yang Dengar.

Film pendek itu bercerita, bagaimana partikel-partikel di ruang angkasa saling bertabrakan hingga membentuk Galaksi Bima Sakti dan sistem Tata Surya kita berada di dalamnya.

Sejenak aku mengamati sambil menggigil kedinginan karena pengaruh AC di dalam ruangan, si K turun dari gendongan dan menggeret tanganku untuk berjalan ke arah Abah K yang berjalan duluan.

Rangka Rusa Purba

Dinosaurus dan Makhluk Purba Lainnya

Di Ruang Display 2– ya, kami langsung menuju Ruang Display 2, Ruang Display 1 tutup–, selain menikmati film pendek terbentuknya sistem Tata Surya, kami juga menikmati masa-masa Dinosaurus dan Makhluk Purba lainnya. Menyusul evolusi manusia, lengkap dengan berbagai teori yang melingkupinya.

Saat mendekati lukisan evolusi manusia purba, aku iseng bertanya kepada si K, “Nang, ini apa?”

“Monyet.”

Aku mengangguk-angguk, semua bentuk evolusi manusia dijawab monyet oleh si K. Hingga ketika sampai di lukisan Homo Sapiens, aku kembali bertanya, “Ini apa, Nang?”

Dengan gaya cadelnya, si K menjawab, “Onyet, Ibyuuukkuk!”

Aku dan abah K spontan tertawa, “Ah, ini memang monyet ya, Nang. Hahahaha.”

Ruang Display 3, Kehidupan Makhluk Purba

Keluar dari Ruang Display 2, kami langsung menuju ke Ruang Display 3. Di Ruang Display 3 disajikan makhluk-makhluk purba.

Aku takjub dengan ukuran-ukuran potongan tubuh makhluk purba. Yang paling lekat di ingatan adalah potongan gading Gajah Purba. Wow, serius, itu gading nyaris satu meter, yang konon cuma potongannya, bukan bentuk utuhnya. Tubuhku langsung merinding membayangkan betapa besarnya Gajah Purba.

Gading Gajah Purba, gedhe banget yak

Selesai mengamati berbagai potongan hewan-hewan purba, kami bergegas masuk ke ilustrasi manusia purba. Aura purba begitu lekat, ada display kehidupan manusia purba lengkap dengan tanah purbanya.

Grrr.

Aku mengamati box-box kaca yamg berisi alat-alat manusia purba. Dulu, aku menghafalkan alat-alat jaman berburu, meramu, bercocok tanam. Sekarang aku melihatnya secara nyata.

Berulang kali aku berdecak kagum, “Serius ini alat-alat dari manusia purba? Bukan replika?”

Fosil Peninggalan Peradaban Manusia Purba

Saat menemukan spatula, aku spontan bergumam, “Haiyaaa, ternyata macam begini spatula jaman manusia purba. Dalam bayanganku, spatula tu macam garpu.”

Di Ruang Display 3 isajikan pula bagaimana proses para peneliti menemukan dan mengolah peninggalan-peninggalan jaman purba. Sungguh proses yang sangat rumit dan panjang.

Ruang Display 4, Aktivitas Manusia Purba

Puas mengamati dan menyentuh satu demi satu peninggalan jaman purbakala, kami bergegas menuju ke ruang display 4. Di ruang ini menyajikan replika kehidupan jaman purba.

Cantik dan artistik. Begitu kesan pertama saat aku masuk ke dalamnya.

Si K asik menunjuk-nunjuk, “Abah, gajah!” serunya, sembari menunjuk-nunjuk patung gajah.

Lepas mengamati replika gambaran kehidupan manusia purba, kami bergegas keluar ingin istirahat. Sayang, tidak ada tempat duduk nyaman yang disediakan di halaman.

Serunya Menikmati Musium Manusia Purba Sangiran

Abaikan Jilbab yang Menceng enggak Karuan

Aku kagum. Ya, sungguh, musium manusia purba ini membuatku berulangkali berdecak kagum, mengapresiasi siapapun yang berperan dalam pembuatan dan pengelolaan musium.

1. Ruang Display Dirancang dengan Apik

Ruang display musium dirancang dengan apik dan cantik. Pengunjung diarahkan berjalan menuju pintu keluar. Jadi, setiap kita berjalan, tidak terasa jika kita akan menuju ke pintu keluar. Keluar dari Ruang Display 2, kita hanya perlu berjalan sebentar untuk masuk ke Ruang Display 3.

2. Pencahayaan Potretable

Hahahahaha. Emak K enggak punya istilah yang pas untuk menggambarkan bagaimana ciamiknya pencahayaan di Musium Manusia Purba Sangiran. Kata Abah K, pencahayaannya memang dirancang potretable agar kita-kita bisa mengambil gambar dengan hasil yang maksimal.

3. Didesain dari Jaman ke Jaman

Ruang Display di desain dengan memperhatikan kronologi waktu kejadian. Jadi, seolah-olah kita tengah berjalan-jalan menikmati masa ke masa, dari terbentuknya tata surya hingga Manusia Modern yang ahli bercocok tanam.

4. Tiket MURAH!

Wkwkwkwk. Tiket masuk ke Musium Manusia Purba Sangiran hanya 10k/ orang dewasa. Si K tidak terkena tiket. Konon, untuk pelajar hanya dikenakan tiket 5k/orang. Puas banget jalan-jalan disini dengan tiket seharga es krim. Eh

5. Harga Oleh-oleh Bersahabat dengan Kantong

Aku tergolong orang yang malas belanja oleh-oleh karena malas nawar, biasanya kan oleh-oleh harus ditawar dulu agar harganya wajar. Tetapi, di Musium Manusia Purba Sangiran ini juara, penjualnya membanderol dengan harga yang wajar.

Aku membeli kacamata si K seharga 10k dan tiga stel kaos dengan tema Manusia Purba seharga 85k. Kaosnya berbahan katun grade A, seperti kaos si K yang beli di mall dengan harga dua kali lipatnya. 😜

6. Ruangan Full AC

Iyess, ruangan display musium full ac. Dingiiiinnn banget. Grrr, so, yang enggak tahan dingin, siapkan jaket ya.

Catatan Cinta untuk Pengelola Musium

Tidak ada gading yang tak retak. Begitu pula Musium Manusia Purba. Meskipun aku hestic enggak karuan karena terlampau senang, catatan cinta untuk pengelola musium enggak boleh lupa, ya, agar ke depan jauh lebih baik lagi.

1. Penunjuk Arah sangat Kurang

Ya, penunjuk arah menuju ke musium sangat kurang, hingga kami harus mengais-ngais sinyal dan menajamkan mata hati untuk menuju ke musium ini. Yang banyak malah poster-poster kampanye peduli manusia purba, coba kalau di posternya sekaligus ada penunjuk arah, kami enggak bakalan kesasar. 😰

2. Tidak ada Aula/ Tempat Istirahat yang Cozy

Saat keluar dari musium, kami kelaparan dan berniat untuk istirahat sekaligus makan bekal. Sayang, tidak ada tempat yang cozy untuk beristirahat setelah jalan menyusuri musium.

Kami ndlosor di depan pusat oleh-oleh, disamping kandang kera. Ya, makan bekal sambil menikmati bau kotoran kera. 😭

3. Pagar Kandang Kera terlalu Dekat

Saat istirahat, kami berniat untuk makan dan membiarkan si K berjalan-jalan. Tetiba, kami dikagetkan dengan kera yang ngamuk dan si K yang shock di depan kandang. Pagar kandangnya terlalu dekat untuk kera segalak itu, tangan si K bisa menyentuh kandangnya. Horor.

4. Tidak Ada Penomoran Barang Titipan

Ya kali, lu kira mall, Dut, pakai nomor penitipan segala.

Saat masuk ke musium, ada satpam dan penitipan barang. Aku bertanya, apakah kami bisa menitipkan tas ransel? Oleh satpam, kami dipersilahkan menaruh ransel di rak.

Saat mengambil, kami dipersilahkan mengambil sendiri. Tidak ada penomoran atau pencatatan tas itu milik siapa. Pan horor kalau ketuker atau ada orang iseng yang ambil tas orang lain. Hiks.

Terlepas dri plus minusnya, ada satu hal yang perlu kurekam dalam alam bawah sadar:

Perubahan kan selalu ada, siapa yang mampu menyesuaikan diri, dia yang menang.

Haiaaaa. Dah panjang syekaliiii. Thank you, Abah K! Tunai sudah kewajiban menulis perjalanan, siap diajak ngebolang lagiii. Ayo kemana kitaaaa. Ada ide, Guys? 😍😍

Exit mobile version