Menikah menjadi babak baru bagi anak manusia. Tidak bisa dibohongi jika kehidupan menikah dan setelah menikah akan sangat berbeda. Apalagi bagi orang yang sudah terbiasa untuk independen mengatur dirinya sendiri, meinkah adalah gerbang baru pertanda ada orang lain yang akan mengikuti kehidupan kita 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Pun dengan rumah, ada guyonan yang sering kudengar dari orang sekitar, “Cedhak mambu tai, adoh mambu wangi.”. Segenting apa sih tinggal sendiri setelah menikah?
Tantangan ketika Tinggal Bersama Orang Tua
Kami merasakan tinggal di rumah orang tua sampai sekarang. 2 tahun tinggal di kontrakan, aku merasakan benar bagaimana perbedaan tinggal di rumah sendiri dan tinggal di rumah orang tua. Semua ada plus-minus-nya. Jika lagi akur ya merasa enak tinggal di rumah orang tua, jika sedang ada konflik rasanya pengen kabur saat itu juga. Eh.
Beberapa tantangan yang mungkin dihadapi saat tinggal bersaa mertua atau orang tua antaralain:
- Konflik mertua-menantu. Konflik mertua-menantu adalah konflik yang cukup membingungkan. Seringkali kesalahan yang dilakukan sangat sepele, namun karena mertua mempunyai ekspektasi yang lebih kepada menantu, kesalahan sepele tersebut efeknya tidak bisa dibilang sedikit bagi mertua.
- Perbedaan budaya keluarga. Aku ngerasain sendiri nih perbedaan budaya keluarga. Masing-masing dari kami mempunyai perbedaan budaya yang mungkin terlihat bermasalah bagi pasangan. Di keluarga abah K, posisi anak laki-laki sangat dihormati dan aku cukup kaget karena anggota keluarga laki-laki terkesan sangat manja. Perbedaan budaya keluarga ini mungkin bisa dibicarakan dan ditarik ulur ketika tinggal hanya dengan keluarga kecil, namun ketika tinggall bersama keluarga besar, mau tidak mau harus memaklumi.
- Pengeluaran lebih. Tinggal bersama orang tua tidak selalu hemat. Bahkan jika kurasakan, tinggal bersama orang tua justru penngeluarannya lebih banyak karena setiap membeli sesuatu, tentu saja harus memikirkan yang lain juga. Kayak mau beli bakso, tentu harus memikirkan anggota keluarga lainnya.
- Perbedaan pola asuh. Perbedaan pola asuh anak juga memicu konflik. Apalagi jika mertua atau orang tua tidak bisa diajak diskusi bagaimana kita mengasuh anak-anak. Bakalan runyam. Hiks.
- Hampir tidak mempunyai privacy. Aku mengalami sendiri, karena aku tinggal bersama orang tuaku, semua rasanya menjadi hak milik bersama. Bahkan, keponakan pun merasa bahwa apa yang ada di dalam rumah ini adalah milik neneknya.
So, Tinggal Sendiri atau Tinggal Bersama Orang Tua?
Perkara memilih tinggal sendiri atau tinggal bersama orang tua adalah perkara yang cukup sulit dan butuh didiskusikan lebih dalam dengan pasangan. Jika orang tua masih sehat dan tidak membutuhkan perawatan, mungkin lebih disarankan untuk tinggal sendiri bersama pasangan agar kita membentuk bonding yang kuat dengan pasangan.
Tinggal di rumah sendiri akan emmudahkan kita untuk saling membantu, memahami kebutuhan masing-masing karena emosi yang dihadapi hanya emosi 2 individu yang terikat pernikahan. Jika tinggal bersama orang tua, yang dihadapi sudah berlapis-lapis.
Kamu yang tinggal di Jakarta dan sulit menemukan rumah dengan harga yang sesuai dengan kantong manten anyar, mungkin bisa menengok LRT Cibubur yang mempunyai fasilitas lengkap dengan banyak pilihan. Apartemen menjadi pilihan yang tepat untuk pasangan baru karena tidak membutuhkan perawatan lebih seperti hallnya rumah tinggal lainnya. LRT cibubur letaknya bersebelahan dengan stasiun Harjamukti, jadi kalau kita kerja tinggal jalan kaki ke stasiun.