Site icon Widi Utami

Sakit dan Hikmah-hikmah yang Bertebaran

Satu minggu yang lalu adalah minggu yang paling emosional. Abah K sakit, sakitnya enggak kayak biasa. Asam lambung meningkat tajam, diikuti debaran jantung yang mencapai 150 kali permenit dan kaki kanannya sakit misterius. Jika asam lambung dan debaran jantung yang cepat sudah ketemu penyebabnya,sehingga kami bisa memberikan treatmen agar tidak kambuh lagi. Kaki kanan yang sakit belum ketemu penyebabnya membuatku stress dan deg-degan.

Istri mana yang tidak panik melihat suaminya meringis dengan tangan menyentuh dada dimana jantung berada?

“Abah, itu kaki minta disuwuk abah Yai saja.” usulku, pada suatu sore saat kaki kanannya kambuh lagi.

Uwis tak suwuk dhewe. Lha Pak Din saja kalau kita kesana, pasti nyuruh nyuwuk dhewe.” jawab abah K sembari tertawa kecil.

Aku melanjutkan rutinitas memijat kaki abah K sembari melangitkan doa dan merapalkan sholawat. Ini pertama kalinya abah K sakit sampai menguras emosi. Biasanya jika sedang sakit, abah K jauh lebih tenang dan terlihat menikmati sakitnya. Untuk sakitnya kali ini, abah K memintaku untuk selalu berada di sampingnya, menemani segala macam, sampai-sampai makanan pun memilih untuk beli di luar.

Aku menghubungi seluruh klien yang sedang bekeja dengan abah K, meminta waktu istirahat sampai pulih. Tidak bisa tidak, abah K harus libur dari segala macam urusan terkait pekerjaan. Urusan kebutuhan, aku masih mempunyai dana darurat yang memang dipersiapkan untuk situasi-situasi seperti ini.

Hal yang sama kulakukan juga kepada semua yang berhubungan denganku, semua kepanitiaan, job menulis, juga editing theme blog, aku meminta jeda sejenak agar bisa fokus merawat abah K. Lomba Tcash yang sudah kupersiapkan bahan-bahannya selama 3 minggu pun kubiarkan ngacir, tidak ada yang lebih penting dibandingkan membersamai suami.

Mengevaluasi Habbit yang Tidak Sehat

Selama masa sakit, kami lebih sering menghabiskan waktu bertiga di kamar. Si K bermain-main di sekitaran kamar, entah membaca buku, entah membangun sesuatu dengan block kesayangannya, entah njungkir-balik di lantai kamar. Banyak hal yang kami bicarakan, termasuk soal habbit yang tidak sehat, dimana kami mencurigainya sebagai salah satu penyebab sakitnya abah K.

Tiga hal kami ambil untuk memperbaiki kebiasaan kami agar lebih sehat lagi; makan teratur, stop rokok dan rutin olahraga.

Olahraga Bersama

Sebelum ini sebenarnya aku sudah terbiasa masak saat shubuh, hanya saja abah K ada malas makannya. Makan saat lapar, tetapi beliau mengabaikan sinyal-sinyal asam lambung naik. Dulu saat mual tiba, bukannya makan, abah K malah membuat kopi dengan harapan bisa menghalau mual. Hal yang sangat fatal, kopi sangat bersahabat dengan asam lambung, membuat kadarnya semakin tinggi.

Di pagi hari sebelum matahari terbit, kami akan bermain bulu tangkis di barat rumah. Lahannya terbatas, jauh dari standar bermain bulu tangkis. Namun, sudah sangat lumayan untuk menggerakkan tubuh di pagi hari sembari menghirup udara segar.

Setelah si K bangun, kami bergegas pergi ke taman. Kami lari-lari kecil dan senam. Si K bermain prosotan, jungkat-jungkit yang tersedia di taman, kadang juga ikut lari-lari kecil menemani abahnya. Setelah lari dan senam dirasa usai, kami duduk sejenak menikmati bekal yang sudah kusiapkan.

Kami Olahaga, si K dan mbak Ba Bermain Prosotan

Menikmati Waktu Saat Bersama Keluarga

Sudah umum terjadi di era kiwari ini, dimana masing-masing sibuk di depan gadget. Cuat-cuit dengan kawan seberang sana, cenderung lupa jika ada anak-anak, suami di sekitar kita yang menunggu belaian kasih sayang. Enggak perlu tersinggung, daku menampar di sendiri. Abah K protes terus terang tentang waktuku yang terlalu banyak terdistraksi dengan gadget.

Ayi itu bermasalah dengan fokus. Nyuci sambil pegang gadget, bahkan masak pun.

Ya, sakitnya abah K kali ini menjadi tamparan untukku. Betapa aku terlalu terlena dengan kebebasan dan fasilitas yang diberikan abah K untukku. Main dengan si K pun masih sempat gadgetan ria. Aku mengevaluasi diri, berlatih untuk mempunyai kandang waktu, termasuk kandang waktu untuk bermain gadget.

Kami berlatih  menikmati waktu bersama dengan perhatian penuh tanpa terdistraksi dengan aneka cuitan dan kerjaan. Menemani si K nonton, menemani abah K makan, sholat jamaah, bersama-sama meluangkan waktu untuk mempererat bonding keluarga.

“Bah, sakitnya sekarang ini harus disyukuri, ya?”

“Yo mesti kabeh kudu disyukuri, kan?”

“Enggak. Maksudku, abah sekarang sudah enggak ngrokok–semoga istiqomah–, kita punya waktu untuk olahraga bareng, bahkan jadi prioritas. Terus, abah jadi gampang muji Ayi meski tetep enggak romatis blas.” ujarku, dan kami tertawa bersama.

 

Exit mobile version