Site icon Widi Utami

Merencanakan Promil di Tengah Pandemi Covid-19

Merencanakan Promil di Tengah Pandemi Covid-19

Merencanakan Promil di Tengah Pandemi Covid-19

Kami sudah merencanakan promil jauh-jauh hari sebelum desas-desus Covid-19 merebak. Sejak si K berusia tiga tahun, beberapa orang menyarankan agar si K diberi adik. Aku tidak menampi, tetapi juga tidak mengiyakan karena kami mempunyai pertimbangan sendiri kapan akan promil.

Sejak sebelum menikah, kami sudah bersepakat jika apa-apa yang menyangkut keluarga harus dibicarakan bersama dengan nuansa santai, termasuk persoalan kapan memulai program hamil. Dulu sebelum ada si K, kami sengaja memberi jeda satu tahun setelah menikah untuk memulai promil agar kami punya waktu yang cukup untuk pacaran setelah nikah.

Hahaha.

Lain hal dengan program kehamilan anak kedua, pertimbangannya enggak cuma usia si K yang tepat untuk memiliki adik. Pertimbangannya lebih menitikberatkan ke sisi mental Ibunya yang menjadi titik pusat pengasuhan anak karena kami bersepakat anak akan diasuh sendiri tanpa bantuan asisten. Menjalani hari-hari mengasuh si K saat masih batita (bawah tiga tahun) enggak gampang, aku merasa tidak akan sanggup untuk mengasuh dua anak balita dalam waktu bersamaan.

And, finally, kami sepakat untuk melakoni program kehamilan anak kedua saat si K menginjak usia 4 tahun pada tahun 2020. Yaa… aku sempat ragu untuk memulai program kehamilan anak kedua di tengah pandemi coronavirus. Hehehe, its okay?

Contents

Persiapan Promil Anak Kedua

Enggak ada persiapan khusus sih sebenarnya. Cuma memang agak beda dari hari-hari biasa. Tetapi aku suka. Hahahaha. Bawaannya menyenangkan, bahagia, dan… ini loh yang aku inginkan.

Memperbaharui Rasa, Karena Cinta Harus Disiram Penuh Kasih Sayang

Awalnya dulu kami merencanakan untuk staycation di masa-masa promil Maret-Juni 2020. Ya Enggak 3 bulan staycation, sih, tapi kan paling enggak liburan full team dulu buat memperbaharui rasa. Bhahahaha. Diakui atau tidak, travelling adalah salah satu sarana untuk memperkuat bonding suami istri. Tetapi, ternyata Covid-19 membuyarkan semua.

Apa kami sedih?

Sedih, sih. Tetapi sedihnya bukan karena gagal staycation. Sedihnya lebih ke kekhawatiran umumnya manusia di muka bumi ini karena covid-19.

Gagal staycation bukan berarti gagal memperbaharui rasa. Kami tetep saling mengkritik, saling mengungkapkan harapan, saling mengutarakan apa-apa keinginan terpendam dari pasangan. Kami ngobrol lama. Mengudar rasa. Agar tidak tertinggal lagi rasa mangkel, kesel. 

“Aku ingin di masa-masa promil ini, hati kita saling tertaut, saling cinta.”

Kata-kata abah K tempo hari yang kuamini terus-menerus setiap ingat. Kami membuat kegiatan simpel untuk memperbaharui rasa. Masak bareng, beres-beres rumah bareng, saling support kegiatan pasangan, main bareng si K.

Memperbaiki Pola Makan, Ikhtiar Fisik Agar Kondisi tetap Prima

Aku memang sudah mengikuti pola makan food combining, tetapi aku adalah pelaku food combining garis nakal yang kalau lagi pengen sesuatu di luar juklak ya makan saja. Hahaha.

Memiliki riwayat hamil teler, enggak bisa ngapa-ngapain sampai usia kehamilan 6 bulan. Itu pun usia 7 bulan diuji dengan gatal sekujur tubuh. Usia 8-9 diuji dengan perut yang nyeri bukan main sampai enggak kuat berdiri lama, enggak kuat tidur telentang. Membuatku ingin memperbaiki pola makan agar bisa hamil dalam kondisi prima.

Ikhtiar Pola Makan Sehat

Aku ingin tetap menemani si K main meskipun sedang dalam kondisi hamil. Ya, mual-mual sedikit wajar, ya, tetapi aku ingin tetap bisa beraktivitas, minimal kuat menemani si K main. Memang kondisi setiap kehamilan berbeda, tetapi enggak ada salahnya untuk berikhtiar agar bisa hamil dalam kondisi prima dengan memperketat pola makan sehat.

Nanti kalau pola makan sehat food combining membuatku hamil dalam kondisi prima dan minim teler, aku kabarin deh, ya. Hehehehe.

Memperbaiki Ibadah dan Berusaha untuk Membersihkan Hati dengan Men-dawam-kan Istighfar dan Sholawat

Sebenarnya aku malu untuk memohon anak yang sholikhah, hafidzah, kepada Robbuna. Tahu diri banget jika aku belum bisa disebut sebagai Ibu yang sholikhah. Masih sering marah-arah, kurang tirakat untuk anak. Tetapi aku berpegang kepada dhawuh Yai, bahwa Robbuna Menyukai hamba-Nya yang berdoa kepada-Nya.

“Kita ingin anak yang sholikhah, hafidzah, kok enggak dibarengi dengan laku ibadah yang semakin baik, apa enggak malu dengan Gusti Allah?” -abah K-

Ikhtiar fisik, ikhtiar psikis, maka sekarang ikhtiar hati juga kami jalani dengan semaksimal mungkin. Ya, meski masih sering kalah dengan keinginan untuk rebahan, kami enggak pernah putus asa untuk memohon Rahmat-Nya. Kasih sayang Robbuna kepada ummat-Nya.

Ya Salam, curhat soal promil saja sudah sedemikian panjangnya.

Cara Aman Konsultasi Promil di Tengah Pandemi Covid-19

Kunjungan ke Rumah Sakit, Puskesmas dan Klinik dibatasi sejak pandemi Covid-19 merebak di Indonesia. Dokter dan pihak berwenang mewanti-wanti untuk menunda ke fasilitas kesehatan jika tidak darurat. Sampai-sampai, berbagai disiplin dokter spesialis mengeluarkan flyer situasi seperti apa yang diperbolehkan untuk segera menuju ke rumahsakit/ klinik.

Layanan promil adalah salah satu layanan yang dianjurkan untuk ditunda. Bahkan abah K juga menunda jadwal cabut gigi karena belum begitu urgent sampai waktu yang belum ditentukan.

Aku memikirkan bagaimana caranya untuk konsultasi dengan dokter secara online selama KLB Covid-19 belum dicabut. Aku berniat untuk konsultasi ke SPOG secara online di halodoc untuk meminimalisir keluar rumah selama KLB Covid-19 masih berlangsung.

Konsultasi Promil Online di halodoc

halodoc menyediakan layanan untuk meminta pemeriksaan awal kepada dokter spesialis yang berkontribusi di halodoc. Ada empat dokter spesialis SPOG yang bisa kupilih untuk konsultasi tentang program kehamilan. Jadi, aku enggak perlu ke rumah sakit untuk konsultasi soal program kehamilan selama itu bukan kasus darurat yang membutuhkan pertolongan medis dengan segera.

Dokter spesialis di halodoc akan memberikan panduan terapi apa yang perlu dilakukan, jika pun membutuhkan tindakan medis segera, dokter spesialis akan meminta kita bersegera ke fasilitas kesehatan dan kemana kita harus memeriksakan diri, apakah cukup di dokter umum ataukah harus merujuk ke poli spesialis untuk pemeriksaan lebih lanjut.

 

Exit mobile version