Dulu, nyaris setiap malam aku didongengi oleh Bapak. Dongengnya macam-macam, dari floklor, fabel hingga sejarah Indonesia. Dari Bapaklah aku pertama kali tahu tentang proklamator negeri ini, dari Bapak pula aku tahu siapa saja orang-orang sepuh yang dulu turut berjuang demi kemerdekaan bangsa yang tinggal di sekitarku.
Cerita Bapak memicuku untuk meminta beliau-beliau bercerita tentang perjuangan di masa lalu setiap kali ada waktu untuk sowan. Dengan sisa pendengaranku yang sangat terbatas, aku terbata-bata mengikuti alur cerita mereka.
Jalan-jalan Bisa Menjadi Salah Satu Sarana Mengenalkan SejarahAda cinta yang sangat dalam tergambar di mata beliau yang mulai rabun. Ada energi perjuangan yang merembet ke dalam diriku melalui sentuhan kulit beliau. Ada rasa bergemuruh di dada setiap kali beliau bercerita betapa berat perjuangan beliau sebelum Indonesia Merdeka. Dari mereka, tumbuh tunas-tunas cinta kepada negeri ini yang kini mulai mengakar kuat.
Contents
Sejarah Bukan Hanya Tanggung Jawab Guru
Kebanyakan orang tua menganggap jika pembelajaran sejarah adalah tanggung jawab guru. Padahal, mengenalkan sejarah di usia sekolah yang kebanyakan hanya berupa materi hafalankurang efektif untuk menumbuhkan rasa ingin tahu. Apalagi jika niat sekolahnya keliru seperti Emak K dulu yang berorientasi pada nilai. Malam sebelum ujian mati-matian menghafalkan materi sejarah, setelah ujian kelar buyar pula materi sejarah yang telah dihafalkan.
Ketiadaan sejarah dalam Ujian Nasional semakin memperparah mindset anak masa kini jika sejarah bukan hal yang penting untuk dipelajari secara serius. Disinilah peran penting orangtua, menjadikan sejarah bukan hanya materi pelajaran belaka, yang dihafal menjelang ujian dan terlupabegitu saja. Agar kelak anak-anak menjadi generasi yang tidak melupakan sejarah.
Mengenalkan Sejarah Sejak Usia Dini
Banyak cara bagaimana mengenalkan sejarah sejak dini. Yang jelas,pengenalan sejarah pada anak usia dini disesuaikan dengan karakteristik anak, hindari bercerita sejarah dengan detail dan rumit,cukup bercerita dengan alur sederhana yang mudah dipahami oleh anak. Biasanya, anak menyukai cerita tentang figur pahlawan.
Mengenalkan Sejarah Melalui Dongeng
Daripada membaca buku sejarah yang kelewat serius, aku kecil lebih suka mendengarkan cerita Bapak atau Mbah-mbah sepuh. Cara beliau bercerita yang disertai dengan ekspresi gemas, kagum atau speechless membuat cerita menjadi semakin berkesan. Seolah-olah aku tengah berdiri di lokasi, melihat adegan demi adegan yang beliau ceritakan.
Cerita sejarah yang paling kusukai dari Bapak adalah saat Bapak bercerita tentang orang yang pertama kali dikuburkan di kuburan kampung kami. “Namanya mbah Meriam”, cerita Bapak, “kenapa dinamakan mbah Meriam? Karena saat itu simbah sedang mengintai pasukan Jepang di pohon, terus terkena ledakan meriam, jatuh. Nah, tempat simbah jatuh itulah beliau dikubur. Karena tidak ada yang mengenal, orang yang dikubur disana dinamakan mbah Meriam.”
Lain waktu, Bapak bercerita sulitnya keadaan pasca kemerdekaan. Saat itu, jangankan makan nasi jagung berlauk urab seperti sekarang, ingin makan singkong pun Bapak kecil harus mencari sendiri di ladang karena Mbah Kakung masih harus bergerilya bersama para pejuang. Untuk sekolah, Bapak harus jalan kaki setiap hari. Sekolahnya saat itu berjarak 7 km dari rumah, yang artinya Bapak harus berjalan 14 km setip hari.
“Saat itu nyeker, Nduk! Jalan belum diaspal. Kau? Cuma beli kecap di warung perempatan saja minta diantar!” Aku tertawa nyengir. Bapak Telak menyindirku.”Cuma karena telinga yang pendengarannya kurang saja nangis. Nggak malu sama Bapak?”
Sejak saat itu, aku sedikit sungkan untuk manja dan bertekad untuk bersyukur dengan apapun yang kumiliki dengan cara memanfaatkannya sebaik mungkin.
Dongeng sejarah menjadi salah satu sarana jitu untuk menyampaikan nasihat ke anak. Cara ini lebih efektif daripada membombardir anak tentang kesalahan-kesalahannya. Dongeng sejarah akan memberikan refleksi kepada anak untuk menghadapi tantangan demi tantangan.
Jalan-jalan di Situs Sejarah
Nah, ini juga nggak kalah asiknya. Apalagi jika situs sejarahnya berada pada bentangan alam nan cantik memukau, makin bersemangat meskipun harus menempuh medan yang sangat sulit. Napak tilas peninggalan-peninggalan sejarah membuat kita turut merasakan secara langsung keadaan perjuangan pada masa lalu.
Di Salatiga, adaSendang Senjoyo, sebuah pemandian yang diyakini masyarakat sebagai peninggalan Jaka Tingkir. Aku sangat menikmati situs ini, selain karena pemandangannya yang memukau, air di pemandian senjoyo sangat jernih meskipun dijadikan tempat mencuci umum.
Setiap kali berkunjung ke Sendang Senjoyo, aku teringat dengan cerita Bapak-yang masih diperdebatkan kebenarannya- tentang sebuah mata air yang disumbat dengan rambut Jaka Tingkir karena terlalu deras. Bukan rambut Jaka Tingkir yang membuatku penasaran, tetapi bagaimana Jaka Tingkir mengikuti arus sungai dari Sendang Senjoyo sampai Demak menggunakan gethek berteman ratusan buaya. Heroik banget. Membayangkan aku harus mengikuti arus sungai untuk bepergian menggunakan gethek saja sudah tak sanggup.
Menonton Film
Yak, sepertinya hampir semua orang menyukai aktivitas menonton film. Hihihi, ye kan ye kan? Sekarang sudah cukup banyak film yang mengangkat tentang sejarah pada masa-masa silam. Tinggal pilah-pilih saja mana film yang ramah untuk anak.
Hmmm, melalui apa lagi, ya? Kamu, Mak, ada ide apalagi untuk mengenalkan sejarah pada anak usia dini? Sharing, Yuk!
Tulisan ini diikutsertakan dalam program One Day One Post Blogger Muslimah