Site icon Widi Utami

#LactacydBaby dan Lika-liku Kulit Sensitifku

#LactacydBaby dan Lika-liku Kulit Sensitifku 1

Aku sebal. Ibu selalu panik jika kulitku memerah barang secuil. Apalagi jika mendengar komentar orang-orang, meskipun mereka memberi saran yang menurutku tidak masuk akal, Ibu akan buru-buru mencoba agar kulitku kembali mulus.

Apakah kulit bayi sepertiku harus selalu mulus sepanjang waktu?

Iya, sih, aku memahami jika Ibu merasa tertekan karena dituduh tidak becus mengurusku hanya karena ada kulitku yang memerah atau bruntusan. Lha, tetapi, kan, masa Ibu tidak mendengar jeritanku saat aku ketakutan karena Ibu membaluri tubuhku dengan dino bengle?

Ibuuuu, aku tidak terkena sawan seperti yang dikira orang-orang, kali!

Contents

Kulitku yang Sensitif sudah Terbaca Sejak Aku di Rahim Ibu

Waktu aku berusia 3 bulan di Rahim Ibu, Ibu mengalami gatal-gatal yang tidak lazim. Ibu sudah berobat kemanapun, tetapi tidak satu pun dokter yang memberikan obat. Paling-paling hanya diberi antiseptik,  bedak tabur salicyl dan meminta Ibu bersabar untuk tidak mencoba obat sembarangan karena khawatir memberikan dampak yang tidak diinginkan bagiku.

Beberapa tetua menyuruh Abah membaluri Ibu dengan parutan dina bengle karena menyangka Ibu terkena sawan. Rasanya, aku ingin tertawa terbahak-bahak di dalam rahim, tetapi aku khawatir jika suara tertawaku terdengar sampai keluar, nanti orang-orang semakin yakin jika Ibu diganggu makhluk astral.

Selang seminggu  Ibu dibalur dina bengle, tidak ada perubahan sedikit pun pada kulit Ibu, gatal tidak lazim tetap setia mendiami kulit Ibu. Akhirnya, orang-orang berkesimpulan jika gatal tidak lazim ini adalah tanda atas keberadaanku. Orang Jawa bilang, gawan bayi.

Gatal-gatal Tidak Lazim di Kulit Ibu Sembuh Seketika Saat Aku Lahir

 

Tiga puluh Sembilan minggu di dalam kandungan, aku merasa rahim Ibu semakin sempit. Dengan segala pengorbanan Ibu, akhirnya aku hadir di dunia dengan selamat. Segala hal yang dialami Ibu saat aku masih di rahim, dari boyokan, mual-muntah hingga gatal yang tidak lazim lenyap.

Orang-orang semakin yakin, gatal Ibu adalah gawan bayi. Apalagi ketika mendapati kulitku terdapat bintik-bintik kecil berwarna merah. Mereka haqqul  yaqin jika apa yang dialami Ibu dulu adalah gawan bayi yang akan kualami pula saat aku hidup di dunia ini.

“Lho, iki kulite tole kenapa?” sayup-sayup aku mendengar suara berat saat aku baru berusia satu hari.

“Duh, bruntusen iki, kringet buntet!” jawab yang lain.

Bruntusen menodai wajahku yang cokotable.  Orang-orang lebih tertarik membahas kulitku yang memerah dimana-mana daripada mensyukuri badanku yang sehat, gemuk, rambut yang lebat dan pipi yang menggemaskan nan cokotable.

Dari Bruntusen hingga Sawan (Lagi)

Episode kulitku yang sensitif tidak kunjung usai. Ibu lebih banyak pusing dengan kulitku yang sensitive daripada batuk-pilek atau diare seperti lazimnya orang-orang yang mempunyai anak batita. Saat cuaca dingin, kulitku bentol-bentol. Cuaca panas, kulitku juga bentol-bentol merah, orang bilang aku mengalami kringet buntet. Jangan tanya bagaimana gatalnya, aku rewel sepanjang hari.

Bruntusan ini semakin parah ketiaaku berada di kampung Abah, Bojonegoro. Bahkan saat lebaran kemaren, bentol-bentol yang muncul sangat besar sampai seukuran jagung dan bernanah. Semakin panas, semakin banyak bentol-bentolnya.

“oeee…oeee…oeee…”

Mpun, ampun nangis toh, Nang. Ampun digaruk-garuk, mangkih luka. Ibu saja yang nggaruk.”

Tuh, kan. Kalian tahu sendiri, padahal aku hanya ingin cerita jika badanku nggak enak. Gatal sekali. Tetapi Ibu malah menyangkaku rewel, bahkan memaksaku untuk berhenti menangis. Ya, gimana lagi, aku baru bias bercerita lewat ocehan dan tangisan.

Saat aku berusia lima bulan, tetiba seluruh badanku timbul bintik-bintik kecil berwarna merah. Rata. Ibu kembali bingung, ada apa dengan badanku. Tetiba, mbah Buyut berkata jika aku terkena sawan, bintik-bintik itu bentuknya mirip dengan bintik-bintik yang muncul pada kulit Ibu saat mengandungku dulu.

Rasanya, aku ingin berteriak,please, aku nggak terkena sawan. Ini hanya karena kulitku super sensitif. Tetapi, siapa coba yang mengerti denga arti tangisanku? Ibu saja hanya menebak-nebak. Coba ada penerjemah tangisan bayi, ya. Kezel!

Dari Acyclovir sampai Dina Bengle

Untuk mengatasi beragam keluhan yang muncul pada kulitku, Ibu sudah mencoba berbagai resep. Dari resep medis hingga resep tradisional.  Kalian mau tahu apa saja yang pernah dicoba oleh Ibu?

Memandikan dengan Air Rebusan Sirih dan Garam

Resep ini Ibu dapatkan dari Mbah Buyut.Ibu memandikanku dengan air rebusan sirih dan garam. Aku menangis setiap kali Ibu memandikan dengan air rebusan sirih dan garam. Air ini sangat perih ketika mengenai  bentol-bentol yang terluka.

Membaluri dengan Parutan Dina Bengle

Setiap kali ada yang menyangka aku terkena sawan, apalagi jika aku menangis histeris ketika malam tiba, orang-orang menyuruh Ibu untuk membaluri tubuhku dengan parutan dina bengle. Kalian tahu apa itu dina bengle? Bengle bentuknya seperti jahe, tetapi bagian dalamnya berwarna kuning tua dan berbau sangat wangi. Sementara dina adalah temannya bengle yang berbentuk lebih kurus seperti kencur.

Hih, aku sulit mendeskripsikan, yang jelas, sepasang umbi akar ini adalah benda must have untuk orang-orang yang memiliki bayi piyik. Biasanya bayi-bayi yang baru lahir dibekali dengan dina bengle ini. Ada yang dipasang di peniti, ada pula yang dibuat ragkaian gelang.

Acyclovir

Ini adalah salep resep dokter setiap kali aku mengalami gatal yang bernanah. Ibu hanya mengolesi dengan salep ini jika gatal-gataku bernanah dan terhitng parah. Ibu tidak berani memakai terus-terusan karena salep ini tergolong obat keras dan tidak boleh dipakai dalam jangka waktu lama.

By the way, aku akan menjerit ketakutan setiap kali Ibu akan mengolesi tubuhku dengan salep acyclovir, bahkan aku sampai gulung-gulung di lantai agar Ibu tahu jika aku tidak mau diolesi salep itu. Tetapi, seperti biasanya, Ibu tidak mendengarkan jeritan hatiku….

Krim Bayi dan Antiseptik Cair

Ibu sudah mencoba krim bayi dari berbagai merk untuk mengurangi kringet buntet dan ruam popok. Tetapi bukannya sembuh, kulitku malah semakin memerah. Ibu terlihat frustasi,dibiarkannya krim bayi berbagai merk itu teronggok di rak. Kadang-kadang Ibu bergumam, “Owalah, Nang-nang, kulitmu kok ada-ada saja.”

Putus asa dengan berbagai krim bayi, Ibu beralih ke antiseptic cair yang dulu dipakai Ibu untuk mengobati kulit gatalnya saat mengandungku. Aku tidak lagi menangis, tetapi menjerit kesakitan. Super periiihhh!

Hih, dulu saat Ibu diobati Abah dengan antiseptic itu saja Ibu menangis kesakitan, lha sekarang Ibu memberiku yang notabene masih bayik dengan antiseptic yang sama? Ibu pasti sedang hilang kewarasannya. Hiks!

Akhirnya, Ibu Menemukan #LactacydBaby Sahabat Setiaku!

Sebenarnya, sejak Ibu mengenal budhe Rani, budhe Rani sudah meminta Ibu untuk membeli #LactacydBaby, sebuah brand Internasional yang sudah terpercaya untuk menjaga kulit bayi dari iritasi ringan. Tetapi, dasar Ibu yang pelupa, Ibu tak kunjung membelikannya untukku. Baru saat kringet buntetku semakin parah, hingga bernanah sebesar bulir jagung, Ibu mendesak Abah untuk mengantar ke toserba dan mencari #LactacydBaby.

Ibu mah, baru mencari saat panik karena kulitku bernanah parah. Padahal, kan, lebih baik mencegah daripada mengobati. Tetapi kata Ibu nggak papa, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Hahaha, Ibuku pintar ngeles, ya?

Aku lagi Mandi bareng El-By,nih.

Aku Suka #LactacydBaby, Wangi dan Tidak Perih

Saat Ibu pertama kali meneteskan #LactacydBaby ke bak mandiku, aku sedikit was-was, apakah kulitku akan merasakan sensasi perih lagi? Tetapi, rasa was-was itu hilang ketika aku mencium aroma wangi dari air di bak mandi kesayanganku. Benar saja, saat Ibu menyiramkan air yang telah ditetesi #LactacydBaby, aku sama sekali tidak merasakan perih. Tidak heran, sih, karena #LactacydBaby memiliki kandungan alami dari ekstrak susu dengan formulasi PH yang sesuai dengan kebutuhan kulit bayi.

Asik, aku pun langsung berendam di bak mandi kesayangan sampai menggigil kedinginan. Habis, gimana, bau wanginya bikin betah berendam, sih. Ibu sampai ngomel-ngomel memintaku segera menyudahi aktivitas berendam. Aku hanya menggeleng-geleng dan berteriak, “Moh!”

#LactacydBaby Membantu Luka Cacar Airku Cepat Pulih

Kemarin aku terkena cacar air. Sedih banget, apalagi dokter melarang mandi karena khawatir bintik nanahnya pecah. Tidak terhitung berapa kali aku rewel karena gerah. Sudahlah tidak nyaman dengan tubuh yang gerah, masih harus merasakan gatal karena cacar air.

Ibu menatapku prihatin, bahkan Ibu sampai curhat di facebook, bertanya-tanya apakah larangan mandi saat cacar air itu mitos. Banyak sahabat Ibu yang turut berpendapat, sebagian melarang mandi sampai luka kering, sebagian yang lain menganjurkan mandi asal pelan-pelan karena khawatir bintik nanahnya pecah.

Setelah berdiskusi dengan Abah, Ibu mengambil jalan tengah, aku hanya dibasuh dengan air hangat yang sudah ditetesi sahabatku, #LactacydBaby. Dan, ya, meskipun Ibu menghentikan pemakaian salep karena aku terus memberontak setiap kali Ibu mengoleskan salep, lukaku perlahan kering.

Makasih, ya, El-By. Aku boleh memanggil dengan nama kesayangan, kan? Habis, lumayan panjang nama #LactacydBaby.

Ibu tidak Perlu Lagi Bersusah Payah, Cukup Tuang #LactacydBaby ke Bak Mandiku

Masih ingat, kan, ceritaku tentang segambreng ramuan tradisional untuk mengatasi kulitku yang sensitive? Dina Bengle dan Sirih lumayan susah, apalagi di rumah Salatiga yang sudah berubah menjadi sub-urban, Ibu harus susah payah mencari ke pasar. Setelah mencari ke pasar, Ibu harus melembutkan dina bengle dan merebus sirih.

Ribet. Apalagi dina bengle dan sirih tidak tahan lama, jadi Ibu harus mencari setiap kali keluhan timbul lagi.

Sejak aku memakai si El-By, Ibu tidak perlu lagi bersusah payah mencari dan mengolah. Cukup menuangkan si El-By yang selalu sedia di kamar mandi ke dalam air di bak mandi kesayanganku.

Sahabatku ini Aman Menemaniku Setiap Hari

Berbeda dengan salep acyclovir yang tidak boleh digunakan secara terus menerus, El-By aman kupakai sepanjang hari. El-By sudah teruji secara dermatologi dan dapat digunakan setiap hari. Kadang Ibu meneteskan El-By di air, tak jarang pula Ibu menggunakan sebagaimana laiknya sabun.

#LactacydBaby Membantu Merawat Kulit Kepalaku

Gatal di bagian tubuh yang manakah yang paling membuat Ibu frustasi? Gatal di bagian kepalaku! Lebaran kemarin Ibu super frustasi karena kringet buntet menyerang kulit kepalaku. Salep resep dokter sulit diaplikasikan karena kulit kepalaku tertutup rambutku yang lebat. Bahkan Ibu berencana membotaku rambutku.

Oh, Rabb, aku malu jika kepalaku botak!

Untungnya, rencana Ibu membotaki kulit kepalaku gagal. Kardus si El-By menyadarkan Ibu jika El-By bias digunakan sebagai shampoo untuk merawat kulit kepala. Yess, kringet buntet di kepalaku berlahan hilang dan tidak meninggalkan luka.

Yeay,Ibu Bahagia dengan #BabySkinExpert-ku

Yes, siapa lagi yang bahagia dengan #babyskinexpert-ku yang mulus jika bukan ibu? Aku bebas bermain kesana kemari karena Ibu sudah menemukan sahabat setiaku. Ibu tidak lagi khawatir dengan debu-debu atau cuaca yang panas, si El-By #LactacydBaby membantu Ibu merawat kulitku yang sangat sensitif. Keluhan kringet buntet-ku sudah jauh berkurang. Jika pun muncul, tidak sampai bernanah dan menimbulkan luka semenjak Ibu menggunakan #LactacydBaby sebagai sahabatku pada saat mandi.

Yang paling penting, Ibu tidak lagi kelewat galau karena terus-menerus dituduh tak becus merawatku.

Exit mobile version