Site icon Widi Utami

Ketika Hidup Terasa Jenuh, Mungkinkah Aku Berjarak dengan Robbuna?

Ketika Hidup Terlampau Jenuh, Mungkinkah Aku Berjarak dengan Robbuna

Ketika Hidup Terlampau Jenuh, Mungkinkah Aku Berjarak dengan Robbuna

Belakangan ini aku jenuh. Rasanya setiap bangun tidur enggak semangat dan badan terasa pegal seperti habis lari-lari, padahal kerjaan begini-begini saja. Aku berusaha mencari, kenapa ya hidup terasa jenuh, apakah ini karena aku berjarak dengan Robbuna? Bagaimanakah cara menghilangkan rasa jenuh? Adakah cara menghilangkan rasa jenuh dalam islam?

Its so weird, i think. Bayangkan, rasanya enggak ada masalah yang serius dan membuat hidup terasa mentok enggak ada solusi. Cuma, hmm, jenuh. Kalau masalah pasang-surut finansial, pasang-surut problem rumah tangga, pasang-surut problem anak-anak, rasanya itu adalah masalah umum yang dihadapi oleh manusia.

Ini Bukan tentang Enggak Bersyukur

Kalau ada orang bilang, jenuh adalah tanda-tanda orang yang enggak bersyukur. Mohon Maaf, jenuh tidak selalu tentang kurang bersyukur. Jenuh seringkali bukan karena ada yang terasa kurang, bukan mesti karena menyesali apa yang terjadi sekarang.

Barangkali memang masih ada yang terasa kurang, namun kita sudah terbiasa menikmati proses. Barangkali memang ada hal-hal yang disesali, tetapi kita sudah berdamai dengan penyesalan. Jenuh itu tetap datang… seolah, menjawil-jawil jika ada yang kurang pas dalam diri ini.

We Need to Talk with Our Self

Jika sudah merasa jenuh, biasanya aku membutuhkan waktu untuk merenung sendirian. Tanpa hingar bingar dunia maya, tanpa keriwehan dunia nyata. Interaksi hanya dibatasi dengan keluarga inti. Menyepi. Menyendiri.

Seberapa lama menyepi dan menyendirinya? Tergantung dreajaat kejenuhan, dan hanya kita sendiri yang bisa menjawab. Bagi muslim, momen sholat dan dzikir merupakan momen terbaik untuk berbincang dengan diri sendiri.

Hi, apakabar kamu? Are you ok? Hari-hari terasa berat, ya…. Berita yang seliweran belakangan ini menimbulkan ketakutan-ketakutan baru di dalam hati. Ya gini… kadang ragu akan melangkah ke arah mana. Kadang bimbang melakukan sesuatu, yang mungkin akan menyakiti orang yang kita sayang.

Enggak jarang, rasanya berat sekali untuk memulai hal yang baru. Rasanya tuh, apa aku bisa ya? Iya.. aku meragukan kemampuanku sendiri. Hidup gini amat, ya?

Menjadi orang dewasa ternyata rumit. Kamu gimana? Apa kamu juga merasakan apa yang kurasakan? Apa jauh di lubuk hati kamu, kamu ingin protes ketika aku memaksamu untuk tetap bergerak meski sedang lelah?

Maaf, ya. Enggak jarang aku meragukanmu, lalu berhenti di tempat tanpa aba-aba hanya karena selentingan komentar. Ya, hatiku emang serapuh ini. 

Kamu ingin kita berhenti sejenak kah? Mungkin kita perlu menyepi, berbincang lebih dalam lagi dan saling berdebat mana yang terus berjalan, mana yang harus berhenti sekarang, atau mana yang harus mengambil jeda sejenak?

Kadang aku merasa aku menjauh. Kukira aku membutuhkan pergi jauh dari rumah. Ternyata enggak… aku merasa menjauh, karena aku mengabaikanmu. Menjauh dari Rabbuna, ya? Duh Gusti… sini, kita mungkin butuh menembang, membaca kembali ayat-ayat cinta-Nya. Kita ini siapa sih, kita ini kan makhluk-Nya…

Rasanya, kita terlalu jauh khawatir, lalu lupa jika semua ini terjadi karena kehendak-Nya. Kita lupa untuk Mengembalikan hal-hal yang menakutkan kepada-Nya.

***

Menyepi enggak mesti bertapa sendirian. Menyepi dari hingar dunia maya membuat kita life with mindfullness. Makan tanpa distraksi hape, menemani anak tanpa distraksi hape, menyiram tanaman, ngepel… Cobalah… dan kamu akan menemukan dirimu sendiri yang ceria tanpa khawatir berlebihan.

 

 

 

Exit mobile version