Site icon Widi Utami

Kenapa Kami Memutuskan untuk Food Combining

Memilih Food Combining

Memilih Food Combining

Keputusan untuk menjalani food combining tidak datang begitu saja dengan kesadaran sendiri. Keputusan untuk food combining justru datang setelah kami melalui lika-liku berbagai pengobatan untuk menyembuhkan GERD abah K. Sebuah drama kehidupan yang membuat pola makan kami berubah total.

Gimana enggak, dulu kami adalah penggemar mie ayam dan bakso. Sampai-sampai aku selalu berburu mie ayam dan bakso setiap kali mengunjungi suatu kota. Bagiku, setiap kota mempunyai cita rasa mie ayam dan bakso sendiri-sendiri.

Boro-boro kepikiran diet sehat, masak dengan menu tanpa tepung saja jarang banget. Gorengan pakai tepung, tahu-tempe pakai tepung. Tengah malam kelaparan? Ada indomie. Abah K begadang menyelesaikan pekerjaan? Kopi dan kacang tanah garing siap menemani. Haus banget? Ada coca-cola dan sprite yang siap di kulkas.

Jika mengingat masa-masa itu, aku bersyukur karena Allah mengenalkan kami ke food combining, meskipun jalannya sungguh enggak enak; melalui sakit GERD yang mengubah kehidupan kami. Sakit yang membuat produktivitas keluarga menurun drastis. Sakit yang membuat kami tidak bisa kemana-mana. Sakit yang memporak-porandakan mindset kami tentang makanan.

Iya, sekarang kami mementingkan stock sayur penuh di kulkas sebelum kulineran di luar sana.

Mementingkan beli juicer dan blender di atas elektronik lainnya.

Sehat adalah segala-galanya. Enggak mau lagi mengalami malam-malam dengan mimpi buruk, malamm dimana abah K bangun dengan wajah panik dan dada berdentam-dentam.

Contents

Alasan Memilih Food Combining

Food combining kami pilih karena pola makan ini adalah pola makan yang paling rasional untuk kami diantara saran pola makan lain yang datang untuk menyembuhkan GERD. Dulu awalnya abah K disuruh makan pati kanji setiap bangun tidur, sudah seminggu dilakuin, belum kelihatan hasilnya.

Segala teh rempah dicoba, ada hasilnya, tetapi hanya bersifat jangka pendek. Kambuh lagi, minum teh rempah lagi. Gitu terus. Kami enggak tahu apa yang sebenarnya di dalam. Enggak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada usus-ususu dan lambung abah K.

Ke dokter spesialis penyakit dalam? Sudah enggak kehitung. Sarannya sama, antasida lagi, antasida lagi.

Food Combining Fleksibel, Bisa Diterapkan Everywhere, Everytime

Food combining punya atursan; sarapan buah, makan siang hewani dan sayuran atau karbo dan sayuran, makan malam karbo dan sayuran. Diselingi teh rempah di sore hari. Cuma itu saja panduannya, soal bahan dan cara mengolahnya bebas.

Enggak mendewakan bahan-bahan tertentu, semakin alami, semakin baik.

Semakin pendek cara mengolah, semakin baik.

Penggemar raw food, tetapi tetap menganjurkan untuk makan sayuran matang. Imbang.

Buah untuk penderita GERD enggak boleh masam. Untuk yang sehat-sehat saja, bebas sekarep udele dewe, mau makan nangka sampe mblenger pun terserah. Wkwkwkwk, padahal anak-anak FC biasanya sudah tahu porsi makannya sendiri. Enggak yang semua-mua dimakan.

Food Combining Kantongable, Tergantung Alokasimu Sebesar Apa

Kalau ada yang bilang food combining mahal, hanya untuk orang-orang berdompet tebal, patut dicurigai jika selera buahnya di buah yang mahal, kayak apel fuji, mangga pas enggak musim, pisangnya harus pisang ambon atau pisang raja, nanasnya harus nanas sunpride, kalau perlu kiwi beli di Superindo.

Serius?

Serius. Kami kalau sedang ngirit, beli buahnya yang murah. Pernah kami beli buah 25k untuk 2 hari, isinya buah naga 3 kilo dan pepaya 1 gelondong. Saat itu buah naga lagi diobral, 10k dapet 3 kilo. Hahaha. Lha kalau buah lagi mahal semua gimana?

Mengakalinya dengan mengurangi porsi buah dan menggantinya dengan jus sayur. Jadi jika makan siang belum tiba waktunya, tetapi buah sedang habis, kami biasa membuat jus sayur untuk mengganjal perut. Ehehehe.

Yang Terpenting Dari Itu Semua; SEHAT

Yang paling penting dari alasan-alasan di atas, Food Combing membuat kami merasa lebih sehat dan produktif. Abah K tidak lagi disibukkan dengan sensasi GERD yang mengganggu. Aku tidak lagi disibukkan dengan pilek, batuk yang biasanya sudah kayak tamu bulanan.

Alhamdulillah, wasyukrulillah. Ada hikmah dibalik lika-liku sakit abah K yang mengantarkan kami ke pola makan sehat. Kami melakukannya dengan hepi, tanpa terbebani bahwa  ini adalah diet. Enggak, Food Combining sudah menjadi pola makan default.

Sesekali aku cheating, keluar dari juklak jika sedang kangen makan sesuatu. Kadang niat jajan yang enggak sesuai juklak untuk menghadiahi diri-sendiri, eeee, balik-baliknya juga sepiring penuh sayur. Rasanya aneh gitu jika beli nasi ayam tanpa lalap.

Beberapa bertanya, bagaimana dengan si K? Kami masih memberi kelonggaran untuk si K. Kami tidak mau memaksa. Kami hanya mengenalkan buah dan sayur, juga lezatnya jus sayur dan berharap si K akan memilih untuk makan sehat dengan kesadarannya sendiri.

Pun ketika travelling, kami berusaha untuk tetap menyuplai hak tubuh akan asupan sehat. Travelling membutuhkan energi yang lebih besar, tentu tubuh harus dijaga agar tetap fit. Cukup gampang untuk tetap makan ala Food Combining meski sedang tidak berada di rumah. Negeri ini kaya akan sayur dan buah, penjual jus buah sudah bertebaran dimana-mana.

Exit mobile version