Ibu itu salah satu arsitek peradaban. Bagaimana bisa membangun peradaban, kalau diri kita sendiri masih tuna adab. -Septi Peni Wulandani-
Sudah dua minggu aku mengikuti kelas foundation Institut Ibu Profesional (IIP), semalam aku resmi masuk ke kelas Matrikulasi Institut Ibu Professional Batch #6 Jateng. Rasa-rasanya, aku seperti kuliah kembali. Kuliah online dengan ilmu yang lebih real life.
Drama Pendaftaran Matrikulasi IIP Batch 6
Aku sudah mengetahui tentang IIP sejak saat kuliah di semester awal, saat Ibu Septi Peni Wulandani mengisi sebuah seminar di kampus. Dua kali mengikuti seminar dengan pembicara Ibu Peni, aku bertekad ingin bergabung IIP sebelum menikah. Sayang, rencana itu cuma angan-angan doang, ntar-ntaran saja, sampai punya anak belum daftar-daftar juga.
Tinggal di Salatiga, dimana rumah keluarga Ibu Septi Peni Wulandani berada, tidak membuatku mengikuti IIP segera. Jodoh mah gitu, ya. Eh, apa hubungannya dengan jodoh atuh? Hahahaha. Dulu jaman kuliah, niat ada, uang untuk mendaftar ada, tetabi tindakan nol besar. Setelah menikah, niat ada, sudah mau bergerak untuk mendaftar, uang untuk mendaftar ada, tetapi ketinggalan batch pendaftaran karena ketinggalan kereta pendaftaran.
Tahun 2017, grup Arisan Link V Blogger Perempuan yang selalu ramai, membahas topik random, terdapat dua orang yang ikut kelas matrikulasi IIP, mbak Rani R Tyas dan mbak Susi Ernawati. Mupeng? Jelas, apalagi mbak Susi hobi ngomporin. Makin lama, makin banyak blogger yang ikut matrikulasi IIP, yang membuatku semakin mupeng karena membaca pengalaman di blog mereka.
“IIP buka pendaftaran batch 6, lho, pasang reminder, ya.” tulis mbak Susi. Dua minggu sebelum pendaftaran datang.
Aku kurang memperhatikan karena saat itu tengah rempong dengan puasa yang hebring. Puasanya emak-emak dengan anak toddler super aktif berasa jihad dobel-dobel, malam begadang, siang ngantuk poll-pollan, anaknya masih seratus watt. Hahaha.
“Pantengin ya, jam 10.00 mulai dibuka pendaftarannya.” seru mbak Susi, woro-woro di grup. Aku sedang mudik di kampung kala itu, mencoba membuka website IIP lamanyaaaa, nyaris putus asa.
“Mbak-mbak, boleh titip daftar?” tanyaku di grup, khawatir ketinggalan kereta karena sinyal internet yag aduhai.
Mbak Rani menawarkan bantuan, masalah datang ketika… harus transfer dulu sebelum mendaftar. Bhahahaha. Akhirnya, aku mencoba mengakses website IIP dan i banking sambil deg-degan, didorong dengan rapalan sholawat, plus gumaman, “Allah, please atuhlah, jika rejekiku, tolong mudahkan.”
Form pendaftaran terbuka, i banking lancar. MasyaAllah. Padahal biasanya untuk membuka gmail saja harus menunggu tengah malam, Alhamdulillah, masih keangkut, padahal kala itu kuota seribu closed kurang dari satu jam. Di grup Arisan Link, aku bareng dengan mbak Alfa Kurnia, hanya beda regional saja.
Kelas Foundation Batch 6 Jateng 1 yang Mengharu Biru
Rame!
Begitulah kesan pertamaku dengan kelas IIP batch 6 Jateng 1 ini. Saat rumah mati listrik dari pagi sampai sore, aku harus lmbur membaca 500++ chat dari grup ini. Enggak bisa buka tanpa membaca satu persatu, karena diskusinya sarat dengan ilmu, dengan kata lain, penuh daging.
Dari Literasi hingga CoC-Code of Condut, bukan CoC game lhoh-, dibahas tuntas di dalam grup dengan pendampingan observer; mbak Noor Halimah, mbak Ririn Febriani dan mbak Yunita Rahmah. Peserta tersebar dari Semarang, Salatiga dan sekitarnya, Jepara, Pati. Peserta dari Salatiga sendiri berjumlah tujuh orang, salah satu diantaranya adik tingkat di IAIN Salatiga, Rahmah Zuleha. Peserta dari kota lain aku enggak hafal jumlahnya. Heuheuu.
Yang membuatku terharu, peserta di grup SSJP Jateng 1 ini terdiri dari berbagai latar belakang. Ada Ibu dengan special needs yang pantang menyerah untuk berjuang. Ibu dengan anak yang kecanduan gadget yang bertekad untuk menghentikan kecanduannya, Ibu yang berjuang menyatukan persepsi pengasuhan dengan suami, keluarga maupun mertua. Juga Ibu yang ngegalau melulu kayak emak K. HAHAHAHA
Materi-materi sarat ilmu dari kelas foundation bakal kuuraikan di blogpost terpisah, sesuai dengan tema yang dibahas ramai-ramai, karena jika dijadikan satu bakal puanjaaaang banget.
Semalam, kami resmi meninggalkan kelas foundation dan memasuki kelas matrikulasi. Fasilitator di kelas matrikulasi adalah mbak Marita Ningtyas, kakak kelas SMA entah selisih berapa tahun, yang juga seorang blogger, emak K jad berasa ketemu Mbak temu gedhe. Ekekeke, moga enggak dijitak karena kepedean.
Si K sudah bangun, waktunya nulis sudah habis. Hihihi. See you soon, ya.
Salam!
Emak K, deaf mommy