Site icon Widi Utami

Jungkir Balik Mood Ibu Hamil di Trimester Pertama, Ayah Perlu Tahu Apa yang Harus Dilakukan

Jungkir Balik Mood Ibu Hamil di Trimester Pertama, Ayah Perlu Tahu Apa yang Harus Dilakukan

Jungkir Balik Mood Ibu Hamil di Trimester Pertama, Ayah Perlu Tahu Apa yang Harus Dilakukan

Trimester pertama kehamilan terbilang cukup berat pada beberapa orang. Perubahan fisik yang dialami, dari kembung, payudara mengeras, hingga mual-muntah yang dialami oleh beberapa Ibu hamil sangat mempengaruhi mood sehari-hari.

Apalagi jika Ibu adalah orang yang aktif bergerak atau masih ada anak yang membutuhkan perhatian, mood semakin berantakan karena ditunggangi rasa bersalah. Sungguh tidak mudah melewati hari-hari kelaparan tetapi semua makanan rasanya tidak ada yang lezat. Hari-hari ingin melupakan rasa mual dan muntah tetapi tubuh sungguh tidak bersahabat untuk sekedar diajak jalan-jalan.

Selain perubahan tubuh, pada trimester pertama emak K juga mengalami perubahan indera penciuman. Hidungnya kayak berubah jadi hidung macan yang bisa mendeteksi mangsa lezat pada jarak puluhan meter, bedanya, yang kudeteksi adalah mangsa yang membuat kepala pusing enggak karu-karuan.

Aku sangat sensitif membaui bumbu. Dapur adalah tempat pertama yang kuhindari ketika kehamilan trimester pertama. Masak? Enggak sama sekali. Bahkan saat jalan-jalan saja bau tumisan bumbu, bakaran ayam, sambel trasi membuatku ingin pingsan dan nangis diam-diam saking enggak kuatnya.

 

Drama Trimester Pertama Terparah

 

Kami sedang perjalanan pulang dari Salatiga menjelang maghrib. Sebenarnya saat itu adalah saat yang tidak tepat untuk melakkukan perjalanan panjang karena kondisiku saat sore-malam adalah kondisi yang tidak nyaman. Mual, muntah, pusing dan badan serasa habis dihantam. Aku sudah uring-uringan sejak di motor.

Setiap kali abah K menawarkan makan, aku hanya menjawab tidak tahu. Sungguh, jangankan memilih tempat atau menu makan, membayangkan makan saja aku sudah mual. Abah K menghentikan motor di sebuah resto. Kami menunggu di lesehan. Aku membayangkan ingin memesan es teller yang bisa menghalau mual.

Sepuluh menit berlalu, pelayan tak kunjung mendekat. Hari menjelang maghrib. Aku mulai lemas dan tidak bersemangat. Abah K mengajak untuk keluar karena resto terlalu lambat merespon pelanggan, mau sampai kapan menunggu, katanya.

Bom pertama dimulai. Aku stsress karena enggak jadi makan es teller. Hahaha.

Abah K memacu motor dalam kecepatan tinggi. Berhenti di sebuah warung penyetan. Aku bersungut-sungut menunggu, tersiksa dengan bau ayam goreng dan sambal trasi yang sangat menyengat. Tanpa berkata sepatahpun, abah K mengajak pulang ke kontrakan setelah bungkusan berada di tangan.

Si K kelaparan, meminta disuapi begitu sampai di rumah. Aku menyuapi si K sambil menahan mual. Sungguh, hanya melihat lele goreng saja kepalaku sudah keliyengan.

Bom kedua dimulai ketika aku melihat abah K hanya memesan dua buah lauk, lele untuk si K dan bebek goreng. Biasanya aku bisa makan bebek goreng, tetapi ini hanya dua lauk saja.

Apakah suamiku sengaja mengabaikan istrinya yang tengah kelaparan ini?

Aku bersungut-sungut, tersinggung berat. Kuabaikan abah K yang menyuruhku makan. Aku misuh-misuh di dalam hati; gimana mau makan wong lauk cuma dua. Mau makan sama garam?

Selepas menyuapi si K. Aku keluar, menangis meratapi nasib. Si K sampai kebingungan dan bolak-balik menenangkan; “Ibu, makan mangga sik wae.” Katanya, sambil mengulurkan mangga yang ia ammbil dari kulkas.

Dalam situasi biasa seharusnya tindakan si K ini membuat hati meleleh, tetapi dasar Ibu hamil yang super sensitif dengan suami, rasa super mangkel dengan suami sangat mendominasi dan si K sampai merasa tidak berdaya.

Tindakan Kecil Suami yang Mengembalikan Mood Ibu Hamil

Jangan dikira mengembalikan mood Ibu hamil sangat sulit. Sebenarnya, jika suami peka, mengembalikan mood Ibu hamil bisa dilakukan dengan tindakan-tindakan kecil yang tidak membutuhkan butuh effort. Hanya butuh sedikit mengesampingkan ego sebagai suami yang harus menang dalam segala kondisi.

Kenali Penyebab Mood Berantakan, Lakukan Tindakan Kecil untuk Menetralisir

Aku lupa jam berapa saat itu, yang jelas nangisnya sudah membuat mataku bengkak. Mungkin jam 9 malam. Aku duduk mengamati abah K yang masih saja selow. Rasanya pengen tak uyel-uyel karena aku merasa tidak dipedulikan sama sekali. Rasanya kayak disuruh menderita sendiri. HAHAHAHA

Abah K tiba-tiba menatapku, tanpa banyak kata, ia merentangkan tangannya, mengisyaratkan aku untuk mendekat dan saling berpelukan Rasanya? Kayak es yang langsung meleleh. Aku menangis misek-misek di pundaknya, sampai bajunya basah.

Si K yang melihat cuma bengong, terus melanjutkan nonton youtube di laptop.

Puas menangis, aku bercerita kenapa aku ngamuk uring-uringan. Sementara abah K terlihat menahan tawa, “Tadi tu aku pesan tiga, Yi. Tahu-tempe, Lele buat Kevin dan bebek buat kamu.”

Aku melongo. Ini hanya salah paham dan overthinking Ibu hamil. Hahaha. Biasanya aku langsung protes kalau tidak adil, tetapi entah kenapa saat kehamilan trimester pertama ini aku langsung overthinking seolah-olah dibiarkan menikmati drama hamil sendirian.

Lain kasus.

Aku sedang kesel banget dengan si K. Entah kenapa si K hari itu kayak sengaja melakukan hal-hal yang enggak kusuka. Dari njungkir walik hingga menghantam tubuhku sampai dikit-dikit marah. Aku kesel. Menghindar dari si K. Menenangkan diri.

Biasanya 5 menit sudah beres. Tetapi entah karena pengaruh hormon, satu jam pun aku masih kesel dengan si K. Abah K yang melihat kami perang dingin mendekati si K dan meminta si K meminta maaf kepada Ibunya. Mungkin pikirnya, aduh berat kali jadi laki-laki. Hahaha.

Lain cerita

Aku kesal dengan seseorang. Enggak tahu biasanya aku bisa mengendalikan sendiri. Tetapi saat hamil, aku merasa lemah, uring-uringan. Bersungut-sungut. Abah K yang sedang istirahat di kamar melihatku dan bertanya ada apa. Aku bercerita, semuanya. Termasuk apa yang aku rasakan.

Enggak, aku enggak butuh abah K untuk mencampuri urusan ini.

Abah K hanya menatapku, berkata pelan, “Memang kesel, tetapi mungkin jangan uring-uringan seperti itu. Sabar.” Sambil mengusap-usap kepalaku.

Bawaan bayi yang tukang ngalem, ya? Hahaha.

Iya, kenali penyebabnya. Lakukan hal-hal sederhana, sekedar memeluk dan mengusap-usap punggung. Temani untuk berbincang, dengarkan segala keluh kesahnya. Jangan dihakimi, jangan diceramahi. Its just about hormonal.

 

Exit mobile version