Site icon Widi Utami

Jika Belum Membayar Hutang Puasa Ramadhan Tahun Lalu

Jika Belum Membayar Hutang Puasa Ramadhan Tahun Lalu

Jika Belum Membayar Hutang Puasa Ramadhan Tahun Lalu

Beb, bener ya kalau belum bayar hutang puasa tahun lalu, nanti bayarnya jadi dua kali?

Tanya seorang sahabat, aku yang sedang santai merebahkan badan setelah momong si K langsung tegak. “HAH KATA SIAPA?” Aku menjawab pakai capslock, betapa aku kaget beneran. Membayangkan harus membayar hutang 17 hari kali 2? 34? Astaghfirullah…. Kudu qadha sebulan lebih, belum hutang puasa tahun ini. Pingin pingsan~

“Jare tanggaku,” jawabnya, singkat.

Aku mengingat-ngingat materi mengaji bab puasa dari Yai. Mencari kitabnya enggak ketemu-ketemu, sepertinya ketinggalan di rumah Emak Mertua. Perasaan, Yai enggak pernah dhawuh soal harus membayar puasa dua kali lipatnya?

Setelah memendam penasaran, aku pun mendapatkan jawaban dari seorang sahabat yang sering kutanyakan macam-macam. Hahaha. Lah piye, persoalan ini pan sering menjangkiti Ibu hamil-Ibu Menyusui. (((Menjangkiti))) Macam penyakit saja. Apalagi untuk Ibu macam emak K yang sering merasa lemes karena tekanan darah yang rendah, kadangkala ngalahi membatalkan puasa ketika lemas melanda daripada si K terlantar.

Aku tulis diblog, semata agar kelak tidak kebingungan lagi jika lupa–mak-emak pelupa.

Benarkah Harus Membayar Hutang Puasa Dua Kali Lipat?

Kalau menurut Yai NU, ENGGAK. Entah kalau mengikuti Mahdzab lainnya. Bagi yang enggak bisa membayar hutang puasa sampai datangnya puasa tahun berikutnya, terkena denda. Dendanya lebih sering disebut sebagai fidyah. Satu hari puasa yang belum terbayar, dihitung fidyah satu mud. Satu mud 0,6 kg. Tetapi emak K lebih suka membulatkan menjadi 1 kg daripada kurang, lebihnya dianggap sebagai sedekah. –Kama Qaala Bu Nyai–

Contohnya begini:

Sebut saja Tukiyem. Tukiyem mempunyai hutang puasa tahun lalu sebanyak 15 hari, belum dibayar sampai puasa tahun berikutnya datang. Maka, Sukiyem harus membayar 15 mud beras–kalau makanan pokoknya beras– alias 15 * 0.6 kg= 9 kg beras. Kalau mau dibulatkan 1 kg per hari, berarti 15 kg beras, yang 6 kg anggap saja sedekah.

15 hari puasa itu, HARUS TETAP DIBAYAR di tahun berikutnya. Enak bener kalau langsung gugur. Wkwkwkwk.

Kapan Harus Dibayar?

Kapanpun ketika mampu. Lebih cepat lebih baik. Boleh di bulan Ramadhan, boleh juga di luar bulan Ramadhan. Jika tahun ini keadaan ekonomi sedang enggak bagus, boleh dibayar dengan mencicil. Boleh juga dibayar ketika sudah merasa mampu, ketika keadaan ekonomi sudah membaik.

Kepada Siapa?

Fidyah dibagikan kepada fakir miskin di sekitar kita. Diserahkan kepada satu orang fakir miskin, boleh. Dibagi-bagi juga boleh.

 

Hehehe, persoalan agama memang harus ditanyakan kepada orang yang ahli di bidangnya. Catatan di atas hanya ringkasan dar diskusi dengan sahabat, loh. Bukan emak K yang bilang. Emak K masih cethek banget gini ilmunya, bahasa Arab saja sudah ambyar memorinya.

 

Salam!

Emak K

 

 

 

 

Exit mobile version