Jangan pakai BPJS, deh. BPJS itu pelayanannya rumit. Gabung dengan asuransiku saja, nanti kamu dapet banyak keuntungan. Sakit digaji, lhoo, jadi nggak perlu pusing mikir duwit buat bayar Rumah Sakit.
Pernah dengar percakapan semacam itu? Atau bahkan kamu sendiri yang memakai kalimat seperti itu untuk merekrut orang? Tobat, Cung. Istighfar banyak-banyak. Nggak semua orang mampu membayar asuransi yang nyaris menghabiskan gaji pokok pegawai toko sebelah.
Aku tetiba senewen saat tahu seorang agen update status yang menjurus kepada kesimpulan bahwa orang yang bergabung dengan BPJS Pemerintah adalah orang yang bodoh. Diaminkan oleh rekan-rekan agennya. Belum cukup sampai disitu, aku masih dibuat terbelalak dengan komentrar nan nylekit saat ts menanggapi komentar dari seseorang yang sepertinya adalah atasan atau seniornya, “kubully orang tadi, Bu!”
Boleh misuh, nggak sih?
No.
Aku sebenarnya bukan orang yang pantas tersinggung karena abah K memutuskan untuk tidak bergabung dengan BPJS ataupun asuransi manapun. Bukan apa-apa, kami masih belajar untuk mengelola keuangan keluarga. Whahaa tetapi aku begah dengan sikap yang sok yess. Marketting ala-ala yang sepertinya tidak punya etika. Om, saat training diajari etika marketing nggak ente?
Sudah, Dut. Misuhnya jangan diperpanjang. Ah, Kalian sebal nggak jika ketemu dengan kejadian seperti ini?
Contents
Long Time No See, Begitu Ketemu tanpa Ba Bi Bu Diprospek
Sudah lama nggak ketemu, tetiba ada tawaran untuk ketemu. Senang banget, dong. Apalagi sudah jadi Emak-emak, hiburan banget bisa ber-hahahihi dengan kawan lama. Eh, lha kok, begitu ketemu langsung disodorin aneka brosur. Obrolan pun menjadi searah, menjelaskan segala pernak-pernik keuntungan bergabung. Begitu selesai, langsung pamit karena ada agenda lain. Emaaaak, nggak jadi curhat ngalor-ngidul, deh.
Yaaa, minimal jangan terlalu buru-buru untuk merekrut, dong, Bro-Sis, kasih waktu untuk bernostalgia jugak. Jika seperti ini, rasanya bergabung di kawan sayang, tak bergabung kawan ditendang. Eh.
Long Time No See, Sebar BC Lima Kali Sehari
Iklan sih iklan, tetapi mbok ya jangan ngalah-ngalahin minum obat. Yang baca jadi overdosis. Jika abah K lebih kejam lagi, langsung delcon permanen sesiapa saja yang BC tak kenal waktu, sahabatnya sendiri sekalipun. Iklan seharusnya tetap bermartabat. Cukup update status secukupnya, nggak perlu sampai lima kali sehari. Salah-salah pada tertarik, malah di-unfollow. Kecuali jika medsosnya memang khusus untuk bisnis.
WiDUt mah gituuu, iya deh iya, nggak ngerti susahnya orang jualan.
Huhuhu, jangan gitu dong, Cyn. Eike sebenarnya juga jualan. Tuh, undangan ada, mainan ada, boneka ada, souvernir juga ada. Tetapi WiDut jarang ngiklan kan? Alhamdulillah, orderan tetap ada. Karena, ya, ketika orang merasa butuh, maka ia akan mencari kita, dan cara ini adalah jualan yang asik. Iklan bisa soft selling, bisa lewat media apapun dengan cara yang elegan tanpa harus BC lima kali sehari, tanpa harus bikin orang lain ‘sakit mata’ karena postingan iklan yang tak kenal waktu. Youtube, misalnya. Abah K dapat klien pun bukan dari BC, tetapi dari jalan yang tak terduga. Tahu sendiri abah K pun jarang ngiklan di medsos personalnya. Ya, memang rejeki entah darimana jalannya.
Promosi dengan Menjelek-jelekkan Rival
INI YANG PALING MENYEBALKAN! Bukannya membuat orang lain segan, tetapi semakin eneg dan ingin segera berlari menjauh. Bukannya terbangun branding, malah membuat jati diri di mata calon konsumen jatuh berkeping. Salah-salah malah kualat, suatu saat terdesak harus memakai produk rival yang dijelekkan. Ini sering terjadi, dan aku dengan jahatnya malah nyengir, “Kapokmu kapan, Cung?” Ya, sekali-kali biar kapok. Eh.
Jangan salah, aku pun sudah pernah, meski bukan dalam lingkup rival bisnis. Wkakakakak.
Dulu, saat masih hamil si K, aku bertekad untuk tidak memberikan makanan instan apapun kelak jika tiba waktu MPASI si K. Ya, namanya Emak-emak muda dengan ideologisnya yang tinggi. Hahaha, hasilnya? Kini aku paham betapa MPASI instan di situasi tertentu sangat membantu. Kapokmu kapan, Duuut? :p
Underestimate dengan Orang yang Tidak Mau Bergabung
Please, Om, tidak semua orang memiliki keahlian yang sama, dan kamu tidak boleh dengan bebasnya menuduh dia tak mau mengembangkan dirinya.
Please, Om, tidak semua orang memiliki prioritas yang sama, dan kamu tidak pantas menuduhnya tidak mau meluangkan waktunya.
Please, Om, tidak semua orang memiliki kemampuan untuk membelah diri hingga bisa memerankan berbagai peran dalam satu waktu yang sama, dan kamu tidak berhak untuk membandingkan dengan orang lain yang memiliki seabreg kegiatan dengan pencapaian gemilang. Dan kamu tidak berhak untuk menuduhnya sebagai orang yang malas.
Kadangkala kami memilih diam, bukan karena kami tak punya jawaban atas semua tuduhan, tetapi kami paham jika semua jawaban hanya akan membuatmu semakin bersemangat untuk menyebutkan rekan-rekan yang berprestasi gemilang.
Apalagi jika sampai di-update di medsos, sungguh, sakitnya tuh disini…
Ya, semoga sahabat-sahabat Emak K tidak ada yang jualan tanpa etika. Cukup sudah curhatnya, gawean menunggu untuk segera dituntaskan. Salam.