Site icon Widi Utami

Jadwal Praktek Dokter Anak Salatiga

Buka Bersama dengan Membawa Toddler

Buka Bersama dengan Membawa Toddler

Tempo hari, kami kelelahan karena mencari Jadwal Praktek Dokter Anak Salatiga dari satu RS ke RS lain. Di kota kecil ini, belum ada jadwal praktik dokter yang disusun secara terpadu. Semacam website pencarian jadwal praktik dokter gitu, loh. Coba DInas Kesehatan bikin, ya, pasti saudara-saudara di Salatiga enggak perlu bingung nanya kesana-kemari.

Setelah dapat jadwalnya, kutulis disini agar catatanku enggak cuma untukku seorang, tetapi juga untuk sesiapa yang membutuhkan. Emak K enggak berafiliasi dengan RS manapun, masa yo kober ngurus afiliasi dengan RS. Yang ada mah harap-harap cemas, semoga si K sakitnya cuma untuk istirahat sejenak dari aktivitasnya yang usil, enggak perlu dirujuk ke dokter spesialis anak. Aamiin.

Oh ya, Jadwal dokter spesialis anak di bawah ini aku dapatkan per Juni 2018, mungkin ke depan kurang valid akalau ada dokter spesialis anak yang pindah atau kenapalah. 😀

Contents

Dokter Spesialis Anak RSUD Salatiga

Senin-Jum’at pukul 9.00-11.00

di Poli Eksekutif

Sabtu Pukul 8.00-11.00

di Poli Anak

 

Dokter Spesialis Anak RSU Puri Asih Salatiga

Senin-Sabtu pukul 16.00-18.00

Senin-Sabtu pukul 07.00-09.00

Senin-Kamis pukul 18.00-20.00

Senin-Jum’at Pukul 07.00-08.00

Senin-Jum’at Pukul 16.00-18.00

Sabtu Minggu kedua setiap bulan Pukul 08.00-10.00

 

Jadwal Praktik Dokter Spesialis Anak RSIA Mutiara Bunda Salatiga

Senin-Sabtu Pukul 08.00-09.00

Senin-Sabtu Pukul 18.00-20.00

Senin-Jum’at Pukul 07.00-08.00

Senin-Jum’at Pukul 16.00-18.00

Sabtu Minggu kedua Pukul 07.00-08.00

 

Memilih Dokter Anak

Memilih dokter anak bisa dibilang kayak jodoh, cocok-cocokan. Dokternya si K belum tentu cocok dengan mbak Diba. Si K ini cocok banget dengan dokter anak di kampung, kalau di Salatiga, paling mentok dengan bidan di puskesmas. Wkwkwk, sungguh kaupengertian, Nang. Kebetulan bidan di puskesmas orangnya jenius dan humble banget.

Dalam hal memilih dokter atau bidan, aku biasanya memilih berdasarkan kriteria berikut:

  1. Dekat dengan rumah, agar si K yang sedang sakit enggak terlalu lama di perjalanan.
  2. Tenaga Kesehatan informatif. Mau menjelaskan secara detail tentang keadaan si K, juga obat-obatan yang diresepkan. Kadang jika kami bertanya, “Apakah boleh tanpa antibiotik?” Bidan bakal menjelaskan plus minus jika enggak pakai antibiotik. Beberapa kali AB kami tiadakan karena enggak beresiko jika tanpa AB tapi kadangkala juga kami harus tetap menyetujui menggunakan AB karena sakitnya si K membutuhkan antibiotik untuk melawan sumber penyakit yang disebabkan oleh bakteri.
  3. Resep obatnya seminimal mungkin. IYA! Dalam memilih dokter, dokter apapun. Kami lebih memilih dokter yang meresepkan obat seminimal mungkin. Bahkan, bidan favorit kami, kadangkala sengaja tidak memberikan obat karena yakin si K baik-baik saja dan akan sembuh dengan sendirinya. Waktu itu si K sedang sakit demam tinggi, hanya saja enggak sampai membuatnya muntah dan kejang, demam masih sebatas 38 dercel. Beneran, paginya dia sudah ngider ceria menyapa teman-temannya.

Bagaimanapun jenius dan canggihnya dokter, kita sebagai orang tua tentu saja lebih berharap anak sehat-sehat selalu.

 

 

 

Exit mobile version