Marhaban ya Syahru Ramadan. Apa kabar akhir Ramadanmu, Mak? Riweh dengan printilan mudik? Atau jangan-jangan sudah siap-siap bebikinan kue untuk menyambut lebaran? Apapun itu, semoga Ramadan ini berlimpah berkah dan maghfirah.
Dulu, setiap menjelang Ramadan,Yai selalu dhawuh untuk menjadikan Ramadan sebagai momentum memperbaiki diri. Waktunya pas, pas berada di bulan maghfirah, bulan dimana Ampunan Robbuna berlimpah, waktu mustajab untuk berdoa bertebaran, dan suasana sekitar mendukung untuk berbenah dalam ketaatan.
Sepanjang tahun ini,apakah kita pernah mengingat-ingat dosa kita kepada-Nya, lalu menyesalinya dan memohon ampun kepada-Nya dengan sepenuh hati dan jiwa? Sepanjang tahun, pernahkah kita menyadari kenikmatan hidup, mensyukuri dan berserah diri kepada-Nya?
Jika belum, Ramadan menjadi momentum yang tepat, inilah saatnya untuk hijrah.
Tanpa menunggu nanti, tidak kenal tapi. Jika bukan Ramadan ini, mau hijrah kapan lagi?
Hijrah, dhawuh Yai, ada dua macam. Hijrah zahir, fisik, seperti kanjeng Nabi hijrah dari Makkah ke Madinah, hijrah yang berpindah tempat. Hijrah yang kedua, hijrah spiritual, berpindahnya keadaan jiwa ke arah yang lebih baik. Saking pentingnya Ramadan sebagai momentum untuk hijrah, Yai sudah sounding Ramadan semenjak bulan Rajab dengan kidung-kidung setiap ba’da adzan, “Allahumma Bariklana, Fii Rajaba wa Sya’bana, wa balighna ramadhana.”
“Alon-alon wae, sithik-sithik. Saiki ditekuni sholat wajib, wulan ngarep ditambah sholat dhuha rong rekaat. Yen wis istiqomah, nambah maneh. “ Dhawuh Yai, menyarankan kami untuk berubah sedikit demi sedikit. Sekarang ditekuni sholat wajib, bulan depan ditambah sholat dhuha dua rekaat.Kalau sudah istiqomah, baru ditambah lagi.
Hijrah dimulai dari yang termudah. Definisi mudah setiap orang berbeda. Siapa yang bisa menentukan sejauhmana perubahan yang harus ditempuh? Kita sendiri, ukur kemampuan sendiri. Jika mampunya tilawah selembar, jangan dipaksakan tilawah lima juz dalam sekali duduk.
Kala itu emak K masih nyeleneh,sekarang juga masih, ding. Wkwkwk. Yai tahu kalau aku belum kuat untuk sholat sunnah tahajud 8 rekaat, lha wong dzikir ae keturon, Rek, apalagi mau langsung perubah drastis sholat tahajud,witir, langsung lanjut tilawah sehari 5 juz. Mbayangin doang sudah remuk badanku. Makanya disarankan dhuha dulu 2 rekaat sampai istiqomah dan menjadi habbit yang mandarah daging baru menambah amalan lain.
Apakah hijrah hanya terkait dengan amalan yang terlihat seputar sholat, jilbab, puasa, tilawah dan amalan lain? Apakah hijrah hanya seputar dulunya enggak berjilbab,sekarang berjilbab? Dulunya pakai style jilbab A, sekarang berubah menjadi style jilbab B?
Enggak. Makna hijrah itu luas. Pada bulan Ramadhan ini misalnya, kita bisa hijrah dengan menahan jari-jemari untuk mencaci-maki dan menebarkan berita bohong. Memulai makan dengan basmallah setelah sebelumnya asal samber. Istighfar setiap melihat anak yang sedang tantrum setelah sebelumnya ingin njedotin kepala setiap kali anak tantrum. Hahaha, yang terakhir pengalaman pribadi, ya Mak?
Saking luasnya makna hijrah, seluas makna ibadah dalam islam, hijrah tidak mengenal kata berhenti kecuali mati. Ya, hijrah hanya bisa dihentikan oleh datangnya malaikat untuk mencabut nyawa.
Sedikit-dikit, aku mulai memperhatikan apapun yang dikonsumsi oleh keluarga harus halal dan thayyib. Mulai menggunakan produk halal sebisa mungkin. Termasuk urusan pasta gigi. Lhoh?
Bulan Ramadan sangat dianjurkan untuk sikat gigi setelah sahur. Aku jadi ingat dhawuh Ustadz Ma’ruf Khozin, bahwa sangat dianjurkan untuk membersihkan gigi sesudah makan sahur untuk menghilangkan sisa-sisa makanan di sela-selagigi yang berpotensi tertelan saat kita makan.
Dulu, sih, kanjeng Nabi membersihkannya dengan siwak. Siwak pada masa itu bisa berupa kayu Arok (Salvadora persica), dahan pohon kurma, pohon zaitun, pohon yang berbau wangi, dan urutan terakhir ialah semua jenis pohon kayu dan benda lain yang memiliki tekstur yang kasar.
Diantara bermacam alat untuk bersiwak tersebut, Kayu Arok (Salvadora Persica) lah yang paling utama karena mempunyai rasa dan bau yang sedap serta serabut-serabut kecil yang mampu membersihkan sela-sela gigi.
Apakah kita harus bersiwak dengan kayu Arok untuk mengikuti sunnah Nabi? Iya, di-sunnahkan, tetapi karena ribet bersiwak dengan menggunakan kayu Arok, emak K memilih untuk mengambil yang paling ringan, sekedar untuk membersihkan gigi.
Tetapi itu dulu, sekarang ada Pasta Gigi Sasha yang mempunyai kandungan siwak asli. Ehm, maksudnya, siwak kayu Arok yang dianjurkan kanjeng Nabi. Kita bisa merasakan manfaat siwak kayu Arok seperti yang dipakai kanjeng Nabi tanpa harus ribet dengan kayu.
Asik nih, Ramadan gini Hijrah Bareng Sasha dengan sikat gigi menggunakan pasta gigi yang mengandung siwak setiap selepas sahur agar bau mulut lebih segar dan gigi bersih. Robbuna menyukai ummat yang bersih daripada ummat yang abai dengan kebersihan diri.
Siwak Salvadora Persica yang terkandung dalam Sasha Toothpaste Pasta Gigi Halal ini mampu membunuh bakteri, menghilangkan plak mencegah gigi berlubang serta memelihara gusi.
Mengantongi sertifikat halal sejak 2012 dengan nilai Excellent dari LPPOM MUI, Pasta Gigi Halal Sasha menyediakan dua variant yang bisa kita pilih sesuai dengan kebutuhan. Sasha Toothpaste Herbal Anti Bacterial dan Sasha Toothpaste Whitening.
Sasha Toothpaste Herbal Anti Bacterial terbuat dari siwak dan esktrak daun sirih untuk membunuh bakteri penyebab plak dan bau mulut, juga membuat nafas segar dan tahan lama. Cocok untuk sikat gigi selepas sahur nih,emak K suka dengan kesegaran baunya.
Sementara, Sasha Toothpaste Whitening terbuat dari serbuk siwak, lemon dan garam. Sasha Toothpaste Whitening memberikan perlindungan ganda dan membuat gigi tampak lebih putih.
Masing-masing variant tersedia dalam kemasan 65 gram seharga Rp.7500 dan kemasan 150 gram seharga Rp.15.000. Bisa kita dapatkan di marketplace, beberapa supermarket juga sudah menyediakan Pasta Gigi Halal Sasha.
Penasaran? Cuss, kepoin:
IG : @sashaindonesia
Facebook: Sasha Pancaran Aura Islami