Site icon Widi Utami

Hi, Mak, Stop Mompetition, Nasib 33 Juta Anak Indonesia Ada di Tangan Kita

Sekitar 33 juta orang berada pada rentang usia 0-6 tahun, emak K berdecak kagum ketika membaca Data Profil Kesehatan Indonesia yang diterbitkan Pusat Data Informasi (Pusdatin) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada 2017. 15-20 tahun mendatang masa depan bangsa ada pada anak-anak ini, termasuk anak kita.

Piramida penduduk Indonesia didominasi oleh 33 juta anak rentang usia 0-6 tahun, peluang Indonesia untuk menjadi negara maju terbuka lebar. Emak-emak macam kita, apakah bisa mengambil peran penting dalam mendukung Indonesia maju? BISA! Dengan memastikan nutrisi anak kita sendiri sehingga ia menjadi satu diantara 33 juta anak Generasi Maju.

Bagaimana pemuda yang melanjutkan titah penting bangsa ini 15-20 tahun mendatang dimulai dari sekarang, dari tangan kita emak-emak yang kadang menganggap dirinya enggak bisa berbuat untuk negara hanya karena kita sibuk dengan anak-anak.

Satu Daintara 33 juta Anak Indonesia

Itu mah cuma emak K aja, ye kan?

Bhahaha. Baiklah. Allright, emak K kadang merasa tidak berguna hanya karena sibuk mengasuh si K. Enggak sekeren si A yang sibuk mengukir masa depan murid-muridnya, si Z yang sibuk menganalisis keuangan negara; penyelamat uang negara, Bro! Looks so sexy. Sedangkan aku? Sibuk dengan umbah-umbah, korah-korah, resik-resik omah, masak dan momong anak.

Rasa iri ini mendadak lenyap setelah baca-baca perihal 33 juta anak yang akan menjadi penentu masa depan Indonesia 15-20 tahun mendatang. Duhai, emak K, apakah kamu akan menyia-nyiakan nasib satu diantara 33 juta anak Indonesia ini? 

Tentu saja tidak! Dear, K, menjadi apapun kamu kelak, tugas Ibu sekarang adalah memastikan nutrisimu tercukupi untuk menunjang perjuanganmu kelak.

Mendadak jiwa patriotik keluar, menyanyikan Padamu Negeri sambil menulis blogpost ini. Bagimu Negeri, Jiwa Raga Kami… Baiklah, Duhai Negaraku tercinta, demi engkau, aku bertekad untuk menjalani peran sebagai Ibu dengan sebaik-baiknya. Mengabdi padamu, bisa dari rumah, kan?

Wanita adalah tiang suatu negara, apabila wanitanya baik maka negara akan baik dan apabila wanita rusak maka negarapun akan rusak. -Hadist-

Mengetahui jika nasib 33 juta anak Indonesia ada di tangan kita, masihkah kita tega menyibukkan diri dengan mompetition? Jangan karena terlalu sibuk dengan mompetition persoalan yang sebenarnya tidak perlu, lantas kita melupakan jika anak kita membutuhkan asupan nutrisi yang cukup untuk menyongsong masa depan negara.

Mengenal Gizi Seimbang untuk Anak Tersayang

Departemen Kesehatan RI mensosialisasikan Pesan Gizi Seimbang yang tersebar dalam berbagai media, baik flyer, media online maupun jurnal.
Menu Piring Gizi Seimbang terdiri atas 35% karbohidrat, 35% sayuran, 15% buah-buahan dan 15% protein.

Pemenuhan nutisi anak dengan gizi seimbang enggak perlu mencari bahan yang mewah dan mahal. Kita cukup menggunakan bahan makanan yang mudah didapatkan di sekitar, warung atau di pasar dengan memperhatikan empat pilar gizi seimbang; 3-4 porsi karbohidrat, 3-4 porsi sayuran, 2-3 porsi buah-buahan dan 2-4 porsi sumber protein.

Pentingnya pemenuhan nutrisi anak enggak bisa dianggap sepele. Gizi yang optimal sangat penting untuk pertumbuhan normal serta perkembangan fisik dan kecerdasan bayi, anak-anak, serta seluruh kelompok umur. Gizi yang baik membuat berat badan normal atau sehat, tubuh tidak mudah terkena penyakit infeksi, produktivitas kerja meningkat serta terlindung dari penyakit kronis dan kematian dini.

Gizi yang tidak optimal berkaitan dengan kesehatan yang buruk. Gizi yang tidak baik adalah faktor risiko PTM, seperti penyakit kardiovaskular (penyakit jantung dan pembuluh darah, hipertensi dan stroke), diabetes serta kanker yang merupakan penyebab utama kematian di Indonesia. Lebih separuh dari semua kematian di Indonesia merupakan akibat PTM. [Depkes, 2008]

Tumbuh kembang anak sangat dipengaruhi oleh asupan nutrisi yang ia peroleh. Asupan nutrisi masa kecil juga sangat mempengaruhi kesehatan dan kecerdasannya untuk menunjang masa depan anak. Sayang banget jika kita menyianyiakan Generasi Maju untuk Indonesia lebih maju 15-20 tahun mendatang.

Tantangan Pemenuhan Nutrisi Anak

Jadi Ibu memang kesabaran dan akalnya harus berlipat-lipat. Ekspektasinya masak empat pilar gizi seimbang, anak makan dengan lahap tanpa drama, emak senang dan gembira. Eh, realitanya makanan yang sudah susah-susah dimasak dan ditata sedemikian rupa cuma dilirik saja, kalah dengan jajanan coklat dan bolokurawa-nya. Hiks hiks. Kamu gitu juga enggak, Mak? Mari berpelukan.

Kamu gitu juga enggak, Mak? Mari berpelukan. Masih syukur kita bisa beli bahan makanan untuk memenuhi nutrisi anak, meskipun ngasih ke anaknya harus penuh perjuangan. Its okay, emak kuat kok, Nang, yuk, mau sampai kapan ngasih tantangan perihal makan?

Ada Banyak Drama Di balik Lahapnya si K makan

Aku sempat sengaja stop si K jajan apapun di saat ia susah makan. AKu menegaskan kepada si K jika makanan dan camilannya hanya yang Ibu masak di rumah, enggak ada jadwal jajan.

Reaksi si K sudah bisa ditebak, nangis gerung-gerung, teriak minta jajan hingga tetangga ada yang nyamperi dan menawarkan jajan, mengira emak K sedang krisis uang. Khawatir si k malnutrisi mah iya.

Aku berulangkali harus meyakinkan diri jika enggak boleh kalah dengan rengekan si K. Halo, emak K, milih melihat si K nangis barang 10 menit atau kekurangan gizi di masa yang akan datang?

“Nang, lihat, deh. Brokoli ini enak. Hijau, segar. Bikin badan Kevin kuat, kalau kuat bisa manjat dinding itu.” rayuku, si K sedang suka panjat-memanjat.

Berhasil?

Enggak semudah itu, Mama. Si K geleng-geleng dan menutup mulutnya dengan tangan. Melanjutkan permainannya. Aku memandangnya dengan penuh harap, please atuh, Nang.

“Ibu, lapay. Maem, maem yoti soklat.”

“Ndak ada roti coklat, adanya nasi, ikan, brokoli, wortel, gimana?”

“Yoti soklat, Ibu.” Si K memelas, “Tolong, Ibu, Kepin tumbas yoti soklat.”

“Ndak, Nang. Ndak ada roti coklat.”

Si K menyambut suapan nasi, sayur dan ikan dari tangan Ibunya dengan lemas, tanpa semangat. Emak K aslinya ngenes, merasa jadi Ibu diktator, tetapi demi masa depan si K yang menjadi salah satu 33 juta anak Indonesia, aku menahan rasa getir di hati, mengenyahkannya jauh-jauh.

Kami, Ibu dan Abahnya juga ikut memperbaiki nutrisi. Enggak cuma anaknya doang yang disuruh makan sehat tetapi Abah dan ibunya makan sak penake dhewe. Kami ajak si K duduk bareng saat kami makan dengan berbagai menu. Kami tampakkan padanya jika sayur, buah, karbohidat dan protein yang dimasak Ibu tidak kalah lezat dengan jajanan di luar sana.

Menu Sehari-hari Keluarga si K, Kami Tunjukkan Jika Menu ini Tidak Kalah Lezat

Pelan-pelan, si K ikut makan. Awalnya hanya mencicipi brokoli rebus, lama-lama ia mencoba sayur dan menu yang lain. Sekarang, Alhamdulillah, si K mau makan menu empat pilar Gizi Seimbang.

Perjuangan Emak baru dimulai, masih ada stimulasi kognitif afektif dan psikomotorik. Pemenuhan nutrisi menjadi pijakan dasar penunjang stimulasi perkembangan yang lain. Dua-duanya sama-sama menantang, sama-sama pentingnya, tidak boleh mengabaikan salah satunya.

Daripada sibuk berkubang dalam mompetition, lebih baik tenaganya disimpan untuk memenuhi nutrisi dan stimulasi perkembangan anak secara maksimal. Peluk penuh tjinta untuk emak 33 juta anak Indonesia, calon generasi maju penentu masa depan bangsa.

Exit mobile version