“Segera beli rumah, harga rumah dari tahun ke tahun semakin mahal.” titah kebanyakan orang kepada keluarga muda yang masih gamang memilih mengontrak atau mengambil Kredit Pemilikan Rumah. Terlepas dari pro kontra kredit rumah riba atau bukan, memutuskan untuk memilih mengontrak atau KPR enggak segampang memilih menu MPASI lengkap, menu 4 bintang, BLW atau menu tunggal.
Lha bukannya memilih MPASI sudah bikin tidur enggak nyenyak, bagaimana dengan memilih mengontrak atau KPR, tentu butuh diskusi panjang, pertimbangan yang matang dan enggak bakal selesai dalam satu-dua hari. Di keluargaku sendiri sampai sekarang masih banyak pertimbangan untuk mengontrak atau KPR, ujung-ujungnya balik ke rumah orang tua. Hahaha.
Kestabilan adalah Kunci
Sebagai keluarga muda yang belum banyak pengalaman, kami sering berdiskusi dengan berbagai kalangan. Awal tahun 2020, saat kontrakan lama habis, kami sempat terbesit keinginan untuk mengambil KPR rumah subsidi. Rasanya tuh lebih mahal ngontrak dibanding mengambil KPR rumah subsidi yang cicilannya enggak ada 1 juta.
Survey sana-sini, rumah subsidi dengan berbagai pilihan model dan bentuk perumahan membuat keinginan untuk mempunyai rumah sendiri semakin menggebu. Membayangkan punya rumah sendiri keren banget enggak sih? Apalagi teman-teman sudah banyak yang punya rumah sendiri.
Hahaha, pertimbangannya sudah keliru ya? Masa sih memutuskan untuk memiliki rumah sendiri karena teman-teman sudah punya rumah sendiri. Padahal, kan. Kebutuhan, kondisi setiap keluarga unik, enggak bisa disamaratakan.
Abah K sempat konsultasi dengan pak Boss. Meminta pertimbangan beliau yang sudah punya pengalaman cukup banyak perihal rumah dan bangunan lainnya. Salah satu pertimbangan yang betul-betul membuat kami berpikir cukup keras adalah kestabilan. Kestabilan yang membuat kami bisa bekerja dengan nyaman dan produktivitas meningkat. “Jangan sampai rumah membuat produktivitasmu menurun drastis, terutama jika rumah dan tempat kerja jauh. Eman waktu yang habis di jalan.”
Bukan apa-apa, saran pak Boss tentu karena mempertimbangkan kondisi finansial kami yang baru memungkinkan untuk mengambil KPR rumah subsidi saat itu. Rata-rata rumah subsidi lokasinya cukup jauh dari pusat kota dengan koneksi internet yang belum terjamin kestabilannya. Membayangkan kami harus njungkir walik hanya untuk bekerja kok rasanya ngilu.
Pertimbangan kestabilan membuat kami menunda untuk memiliki rumah sendiri. Mengontrak di rumah petak yang dekat dengan kantor abah K adalah pilihan yang kami anggap paling tepat karena saat itu kantor sedang membutuhkan kehadiran abah K 24 jam/ 7, saking seringnya ngantor sampe tengah malem. Hahaha.
Sebaiknya jangan mengambil tempat tinggal yang jauh dari kantor. Jika memungkinkan, ambil tempat tinggal yang dekat dengan tempat bekerja karena waktu untuk menempuh perjalanan bisa digunakan untuk istirahat atau menikmati waktu bersama keluarga. Akan lebih menyenangkan jika pekerjaan kita adalah pekerjaan yang tetap, tidak berpindah-pindah sehingga bisa dipertimbangkan untuk memiliki rumah di dekat kantor.
Pertimbangkan Waktu Menetap, Apakah akan Nomaden atau Menetap?
Tidak apa-apa jika memang tidak memungkinkan untuk memiliki rumah karena pekerjaan menuntut kita untuk berpindah dari satu daerah ke daerah lain. Mengontrak bukan sesuatu yang hina, kok. Dalam beberapa kesempatan, mengontrak cukup menguntungkan karena kita tidak perlu memikirkan biaya renovasi dan pajak.
Untuk yang bekerjanya pindah dari daerah satu ke daerah lain, bisa juga mengambil KPR di daerah di mana kita ingin menghabiskan masa pensiun nanti. Namun, tentu saja, kita tidak bisa mengharapkan keuntungan dari rumah KPR yang dikontrakkan karena di beberapa kasus, rumah KPR yang dikontrakkan nilai sewanya lebih rendah daripada jumlah cicilan kredit yang harus kita bayarkan.
Beberapa financial planner menganjurkan untuk menempatkan slot investasi rumah di beberapa instrumen investasi seperti antam, reksadana atau saham, sesuai dengan risk profil yang kita miliki sehingga kelak ketika kita sudah bisa menetap atau sudah pensiun, kita memiliki dana yang cukup untuk membeli rumah.
Apakah enggak khawatir harga rumah melambung tinggi kelak ketika uangnya sudah terkumpul? Khawatir juga sih, tetapi enggak bisa disamaratakan juga semua daerah harga rumahnya melambung dari tahun ke tahun, kita masih bisa cari rumah harga 50 juta di Bandung saat ini, lho.
Tentu, masing-masing memiiki resiko sendiri. Jika mengambil KPR saat berada di daerah lain, kita harus siap dengan kemungkinan penurunan nilai rumah yang mengharuskan kita mempunyai dana untuk renovasi. Jika memutuskan untuk mengontrakkan rumah di saat kita tugas di daerah lain, resiko rumah yang dikontrakkan dengan segala dramanya harus siap dihadapi.
Pun, dengan tabungan rumah yang kita taruh di beberapa instrumen, resiko investasi dan godaan untuk menggunakan slot tabungan rumah harus kita taklukkan dengan tangguh. Eh, macam sedang bertarung saja, ya? Hahaha.
Sediakan Waktu yang Panjang untuk Memilih Rumah
Ketika mengontrak, kita bisa bersabar sedikit saat menemukan lingkungan rumah yang kurang cocok untuk kemudian pindah ke lingkungan yang lebih cocok. Lain hal saat membeli rumah, kita tidak bisa memutuskan untuk pindah begitu saja saat mendapati lingkungan rumah yang kurang cocok.
Urusan lingkungan rumah ini benar-benar menghabiskan energi. Aku dulu ngontrak di rumah super sederhana, sempit namun tetangganya asik. Rasanya tuh kalo boleh, rumahnya mau kubeli saja lalu direnovasi biar sesuai dengan rumah impian kami.
Kadang sudah ketemu rumah yang cocok, lingkungan cocok, eh, jauh banget dari tempat kerja. Bisa dibilang urusan rumah ini jodoh-jodohan. So, sediakan waktu untuk memilih rumah sebelum memutuskan untuk membeli rumah. Ada baiknya mengontrak dulu beberapa lama saat mencari rumah yang cocok untuk keluarga.
Jangan terburu-buru untuk membeli rumah, kecuali jika kamu dan keluarga sudah benar-benar mantab dengan rumah tersebut atau kebetulan rumah yang sudah diincar lama tiba-tiba dijual dan dana yang kamu punya sudah cukup.
***
Urusan rumah emang enggak simpel, ya. Semoga rejekinya lancar dan barokah, bisa punya rumah yang membuat nyaman penghuninya, rumah yang berlimpah-limpah barokah, rumah yang sangat nyaman digunakan untuk ibadah, rumah yang di dalamnya penuh cinta dan kasih sayang.
Sehat-sehat semuanya. See you~