Site icon Widi Utami

Hal-hal Sederhana yang Membuatku Jatuh Cinta Ke Sejuta Kali

Hal-hal sederhana yang Membuatku jatuh Cinta

Hal-hal sederhana yang Membuatku jatuh Cinta

Mempunyai suami dengan tipikal plegmatis ternyata membuatku harus menyelidiki sendiri dimana letak keromatisannya. Emosinya datar, enggak meledak-ledak. Jika raut wajahnya murung dambil duduk bersandar dan memutar video lucu di handphone-nya, maka itu pertanda sensasi GERD-nya sedang menyapa.

Lain waktu, ketika aku mengajak berbincang tetapi jawabannya hanya sekedar, itu pertanda jika ada sesuatu yang membuatnya enggak berkenan. iya, oranglain enggak bakal menyadari jika abah k sedang marah kepadaku, lha wong tetap menyapa, tetap berekspresi seperti biasa.

Begitu pula dengan sisi romantisnya. Seperti halnya ekspresi marah, sedih yang cenderung kalem, ekspresi keromantisannya pun kalem. Lupakan tentang rayuan seperti rayuannya Dilan ke milea, Romeo ke Juliet, mempunyai suami yang tidak romantis kamu harus pintar-pintar mencari sendiri dimana letak keromantisannya.

Ehm, mungkin lebih tepat disebut sebagai keromantisan yang tersembunyi. Tipikal suami plegmatis lebih menyukai menunjukkan keromantisan pada sikap daripada rayuan kata-kata.

Empat tahun lebih kami bersama, melalui hari-hari dengan perasaan yang beraneka rupa. Aku yang dulu berekspektasi bakal digombali abah K, menurunkan standar ke yang paling sederhana; sekedar dipanggil ‘Ayi’ dan i love you di blogpost saja rasanya dunia hanya milik berdua.

Empat tahun lebih kami saling mengenal. Memperbaiki pola komunikasi antar pasangan, hingga kami tidak lagi sempat menengok bagaimana romantisme pasangan lain, tidak sempat lagi membanding-bandingkan. Hingga aku diam-diam terhanyut dan tidak lagi menggebu-gebu seperti dulu. Ah, tidak, bukan karena cinta tak lagi menggebu. Justru semakin dalam dalam diam.

Contents

Ayi, Bangun, Jeruk Nipis

“Ayi, bangun. Jeruk nipis.” kulihat abah K membawa segelas jerk nipis hangat.

Empat bulan kami beralih ke pola makan Food Combining. Rutinitas setiap pagi yang tidak boleh dilewatkan adalah memebuat jeruk nipis hangat. Sekali waktu, abah K membangunkan aku dengan membawa segelas jeruk nipis hangat, aku langsung bangun dengan hati yang cerah dan senyum merekah.

Apalagi ketika aku bergegas untuk mandi dan menyiapkan diri sholat shubuh, abah K mencuci semua perkakas dapur dan bersiap-siap membersihkan penjuru rumah. Senyumku mengembang sempurna, lahir bathin.

Percayalah, membiarkan istri libur dengan pernak-pernik rumah barang sehari bisa membuatnya jatuh cinta untuk yang kesejuta kali. Senyumnya akan mengembang paling tidak seminggu lamanya. Oh, terimakasih, Cinta.

Sekali-kali Bebaskan istri dari Tugas Dapur

Dukung Hobinya, Pupuk Rasa Cintanya

Aku sedang suntuk parah. Sejak pindah ke kontrakan semarang, aku belum menemukan ritme yang pas. Si K tidurnya belum beraturan. Nge-blog yang biasanya menjadi penyemangat hari lebih sering kutelantarkan.

Maka, ketika abah K menawarkan diri mengajak si K keluar ke Taman Bumirejo di siang hari dan menyuruhku mengisi blog, aku langsung mengiyakan dengan semangat yang membara.

Jatuh cinta lagi untuk ke sejuta kali. Merasa didukung hobinya saja sudah membuatku menangkap cinta yang tersembunyi. Ya, meski sekali-kali masih membutuhkan kata-kata rayuan verbal.

Ada Cinta Dibalik Kresek

“Yi, nih, buka.” ujar abah K sepulang meeting. Aku senang bukan main, padahal isinya cuma gorengan yang bisa dibuat sendiri di rumah. Gorengan maratusan yang enggak boleh dimakan abah K karena mengandung terigu–abah K diet terigu sampai ususnya benar-benar sehat—.

Aku merasa masih diperhatikan, masih diingat sepanjang harinya karena ia menyempatkan mampir ke angkringan demi membawa gorengan kesukaan istrinya. Thank you, Bah.

Biarkan Ia Menikmati Apa yang Disukai, Meski Kamu tidak Menyukainya

“Yi, mau makan mie?” tanya abah K suatu sore. Aku nyengir, sudah lama banget ingin makan mie ayam, tetapi enggak tega makan di depan abah K yang lagi ikhtiar menyembuhkan GERD.

“Ayo, ke Bakso Ono.”

Antara tidak tega dan pengen nge-mie ayam, kuikuti juga langkah abah K keluar rumah smabil menggendong si K. Sampai di Bakso Ono, abah K memesankan mie ayam untukku dan bakso untuk si K

Enggak cukup disitu, beliau juga menyuapi si K dan membiarkanku menikmati mie ayam di depannya. Heuuuu, maafkan Ayi yang makan mie ayam di depanmu, mana minta dibayarin pulak. Big big thanks, besok-besok lagi ya. Heuheuu

Dengarkan Ocehannya, Sekali pun Kamu tidak Menyukainya

Sore selepas Ashar dan selepas Maghrib adalah salah satu waktu yang kutunggu-tunggu, waktu dimana abah K melepas semua pekejaannya dan menyediakan kedua telinganya untukku. Salah satu kegiatan yang tidak boleh terlewat sekalipun kami sedang di luar kota atau abah K sedang sibuk luar biasa. Enggak bisa diutak-atik.

Kami mendiskusikan banyak hal. Tentang perkembangan si K dalam sehari, tentang proyek-proyek kami, evaluasi produktivitas sehari-hari, obrolanku di WAG, obrolanku dengan tetangga, hiruk-pikuk media sosial, hingga ketidaknyamanan yang mengendap di hati.

Sebuah rutinitas yang terlihat sepele namun sangat berpengaruh terhadap kewarasan emak k. Hahaha, iya, bagaimanapun perempuan harus berbicara minimal 20.000 kata agar tetap waras. 20.000 kata lho, 40 kalinya standar kata blogpost emak K. Nulis blogpost saja baru 1/40 kalinya. Ngahahaha.

Cinta ternyata bukan hanya sebatas kata-kata, ya. Meskipun gitu, kita-kita para istri juga tetap butuh digombali. Suami juga, ding. Hahaha, jadi ingat saat ditegur #BloggerKAH buat sekali-kali ngegombalin abah K. Baiklah, kalian enggak mau nyimak Pria Romantis versi mbak Ran di My Simple Love?

Exit mobile version