Site icon Widi Utami

CerNak#1| Gara-gara Permen Karet

Holaaa! Selamat pagi Rabu yang seru! Sudah tanggal 19, nih. Saatnya BloggerKAH posting serempak. Kali ini tema kolaborasi kami adalah cernak. Yaaaa, kami belajar untuk menulis cernak yang apun-ampunan susahnya ini. Hihihi. Kritik dan sarannya ya, temans semua. 🙂

***

“Iqbal, ayo kita beli permen karet lagi!” seru Farhan saat bel istirahat berbunyi.

Tanpa menunggu lama, Iqbal dan Farhan berlari ke kantin sekolah untuk membeli permen karet. Farhan membeli permen karet sebanyak sepuluh bungkus. Iqbal hanya membeli dua bungkus karena uang sakunya hanya tersisa seribu rupiah. Farhan mengunyah permen karet dengan cepat dan mengajak Iqbal segera kembali ke kelas.

***

Suasana kelas masih sepi. Anak-anak kelas tiga tengah asik bermain lompat tali dan bola basket. Farhan masuk ke kelas dengan mengendap-endap.

“Hush, pelan-pelan dong, Bal.” Bisik Farhan.

Iqbal heran dengan tingkah laku Farhan. Tetapi Iqbal tidak berniat untuk bertanya lagi kepada Farhan. Sepertinya Farhan akan melakukan sebuah misi rahasia.

Olala… Farhan ternyata sedang menaruh permen karetnya di kursi Adiba. Karena merasa belum cukup, Farhan mengunyah kembali permen karetnya yang lain dan menaruh di kursi Alivia, Najwa dan Abidzar. Iqbal menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah laku Farhan. Mereka berdua tersenyum saat bersitatap.

Bel berdentang tiga kali, pertanda istirahat telah usai. Iqbal dan Farhan segera duduk di kursi masing-masing sambil menahan tawa. Pak Gun, guru Matematika yang asik masuk ke kelas disambut anak-anak dengan riang.

“Selamat Pagi, anak-anak!”

“Selamat pagi, Pak!” jawab anak-anak dengan nada yang riang.

Pak Gun membawakan pelajaran Matematika dengan sangat menarik. Hari ini pak Gun mengajarkan berhitung menggunakan Jarimatika. Dengan Jarimatika yang diajarkan Pak Gun, anak-anak kelas tiga hanya menghafalkan perkalian dari satu sampai lima. Perkalian dari angka enam sampai sembilan, anak-anak bisa menggunakan jarimatika dengan cepat dan mudah. Tentu saja, anak-anak sangat senang karena tidak perlu menghafalkan perkalian angka enam sampai sembilan.

Setelah berlatih perkalian dengan menggunakan Jarimatika, Pak Gun menulis soal di papan tulis dan meminta siapa saja  untuk mempraktikkan perkalian dengan Jarimatika di depan kelas. Pak Gun sudah menyiapkan smile keaktifan bagi anak-anak yang maju ke depan kelas.

Najwa segera maju ke depan setelah pak Gun selesai menulis soal. Saat ia menuliskan jawabannya ke papan tulis, anak-anak kelas tiga tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. Najwa kebingungan, memperhatikan jawaban yang ditulis. Najwa yakin jika jawaban yang ditulis sudah benar.

Lalu, kenapa teman-teman tertawa?

Melihat anak-anak tertawa, pak Gun berdiri dan memperhatikan seisi kelas. Anak-anak diam. Pak Gun menghampiri Najwa. Memberitahu jika ada permen karet di rok belakang Najwa dan meminta Najwa segera ke kamar mandi untuk menghilangkan permen karetnya. Najwa berjalan keluar kelas dengan kepala menunduk karena malu.

Di deretan bangku tengah, Iqbal dan Farhan menahan tawa sembari memegang perut.

“Sudah, Diam. Sekarang siapa yang akan mengerjakan soal selanjutnya?”

Alivia mngangkat tangannya. Pak Gun mempersilahkan Alivia untuk mempraktikkan jarimatika di depan. Anak-anak kembali tertawa, permen karet juga menempel di rok belakang Alivia. Menyadari keanehan di kelas, pak Gun segera meminta anak-anak berdiri dan memeriksa seragam masing-masing. Abidzar dan Alivia pun menyusul Najwa ke kamar mandi untuk menghilangkan permen karet.

“Siapa yang menaruh permen karet di bangku?” tanya pak Gun.

Anak-anak menunduk. Tidak ada satu pun yang mengaku. Pak Gun akhirnya mempersilahkan anak-anak untuk kembali meneruskan pelajaran.

“Hihihi, seru, ya!” bisik Farhan saat bel berdentang pulang. Iqbal dan Farhan berjalan beriringan menuju rumah.

***

“Ibuuu, Adek pulang!” seru Farhan ketika memasuki pagar.

Farhan segera berlari menuju kamar. Tetapi, tunggu! langkah Farhan terhenti. Ayam kate kesayangan Farhan rebah ke tanah di dekat pot mawar milik ibu. Nafas ayam kate satu-dua. Lemas. Farhan panik.

Farhan menjerit, menangis keras sembari memanggil-manggil Ibunya. “Ibuuuuuu… Ibuuuuuu. Ayam Adek, Ibuuuu!”

Ibu yang sedang menggoreng tempe di belakang segera mematikan kompor dan berjalan cepat ke depan rumah.

“Ayam adek kenapa?” tanya Ibu sambil duduk jongkok di sebelah Farhan.

Ibu mengambil ayam kate Farhan. Paruh ayam kate terkunci. Ibu pun berusaha untuk membuka paruhnya. Ada permen karet yang melekat kuat di paruh ayam kate. Ibu berusaha untuk menghilangkan permen karet di mulut ayam kate. Rekatannya sangat kuat, Ibu kesulitan untuk mengilangkan.

“Sebentar, Ibu ambil pisau kecil dulu.”

Tetapi terlambat, ayam kate tiba-tiba tidak bernafas. Tangis Farhan semakin keras.Apalagi ayam kate kesayangannya mati karena makan permen karet yang dibuang Farhan ke halaman.Rekatan permen karet di paruh ayam kate membuat ayam kate tidak bisa makan.

“Farhan yang membuang permen karet di halaman?” tanya Ibu.

Farhan mengangguk. Menangis sesunggukan teringat ulahnya saat di sekolah. Ternyata, selain membuat Najwa, Alivia dan Abidzar malu, permen karet juga membuat ayam kate kesayangannya mati. Farhan berjanji untuk tidak lagi usil menaruh permen karet di bangku atau membuangnya sembarangan di halaman. Farhan bertekad akan menyimpan bungkus permen karet untuk digunakan sebagai tempat membuang bekas permen karetnya.

*END*

Yihaaa, sudah? Masih kurang? Hehe, kalian bisa baca lagi cernak-cernak milik mbak Arin disini. Mbak Rani disini. Dannn. mam Ira yang tengah ulang tahun di bulan ini pun berkenan untuk menjadi blogger tamu, cernak mam Ira ada disini.

 

 

 

Exit mobile version