Site icon Widi Utami

Dokter THT Supartinah, Sp. THT Salatiga

Dokter THT Supartinah, Sp. THT Salatiga

Dokter THT Supartinah, Sp. THT Salatiga

Menjadi seorang Hard of Hearing membuatku harus berurusan dengan dokter THT. Aku baru diperiksa di dokter THT Salatiga pada waktu menginjak bangku kelas 6 SD. Saat itu, Ibu membawaku ke dokter THT untuk memastikan ada apakah gerangan dengan telingaku, setelah bertahun-tahun menjalani pengobatan alternatif, tetapi tidak ada perkembangan yang berarti. Iya, bisa dibilang Ibu terlambat membawaku ke tenaga medis, tetapi enggak apa, daripada tidak sama sekali.

Contents

Dokter Spesialis THT Ibu Supartinah, Sp.THT Salatiga

Ibu Supartinah, namanya. Pertamakali berjumpa dengan beliau, beliau terlihat sangat sabar untuk memeriksa telingaku, bertanya tentang kondisi telinga dan riwayat kesehatan telinga. Beliau memintaku untuk langsung tes frekuensi pendengaran setelah mendiagnosis bahwa telingaku tidak ada sumbatan, juga tidak ada kerusakan yang harus diobati.

Aku tercengang, kukira yang menyebabkan aku sulit mendengar adalah gendang telinga. Namun oleh bu Supartinah, gendang telingaku baik-baik saja. Bu Supartinah menduga jika yang membuat telingaku mengalami gangguan adalah syaraf.

Aku pun masuk ke dalam bilik untuk memeriksa frekuensi pendengaran. Petugas sampai memintaku mengulang dua kali prosedur karena heran dengan hasilnya.

“Kalau dengar suara, tolong pencet tombolnya.” katanya, pelan.

“Sudah aku pencet, Pak.”

Petugas baru yakin untuk menghentikan tes frekuensi pendengaran setelah melihat hasil tes pertama dan kedua tidak jauh berbeda. Ketika Ibu Supartinah menjelaskan hasil tesnya, barulah aku memaklumi kenapa petugas heran dengan hasilnya.

“Hasilnya nyaris Tuli total. Umumnya, dengan frekuensi setinggi ini, gaya berbicaranya cenderung kaku dan sengau. Lah, adik ini bicaranya lancar-lancar saja, bahkan logat medok-nya kental.” jelas bu Supartinah. “Kamu juga nyambung kalau diajak bicara, saat Ibu panggil tadi tidak menengok. Pintar membaca gerakan mulut, ya?”

Aku hanya tersenyum. Bengong.

“Kalau mau, beli alat bantu dengar, ya.” lanjut beliau. Ibu bertanya berapakah harga alat bantu dengar untukku.

“Macam-macam, harganya dari satu juta dua ratus ribu, tergantung modelnya.”

Kulihat Ibu bergetar dan berpamitan dengan bu Supartinah. Satu juta dua ratus ribu di tahun 2004 adalah jumlah yang sangat bombastis untuk kami, paling tidak, kami harus menjual dua ekor kambing untuk mendapatkan uang sebanyak itu.

“Nduk, mau beli?”

Aku menggeleng kuat, entahlah, sejak awal aku malas membayangkan memakai alat bantu dengar. Ribet. Kelak, di tahun 2008, aku kembali menemui ibu Supartinah untuk membeli alat bantu dengar, yang harganya dua kali lipat daripada harga di tahun 2004, yang kusimpan di locker rapat-rapat setelah dua bulan percobaan karena merasa tidak ada gunanya memakai alat bantu dengar. HAHAHA.

Alamat Praktik dr Supartinah, Sp.THT

Alamat praktiknya di Jalan Osamaliki  nomor 26a, dekat dengan RSUD Salatiga. Jika kamu berangkat dari arah Solo, turun di paket Kobra Express. Tempat praktiknya kiri jalan kalau dari arah Solo.

Jadwal Praktik dr Supartinah Sp.THT

Jadwal praktik dr Supartinah, Sp.THT setiap Senin-Sabtu. Pagi jam 7.20-11.00. Sore jam 17.00-20.00. Untuk info atau memesan nomor antre, bisa menghubungi  (0298) 325505.

Biaya Periksa dr Supartinah, Sp.THT

Jaman aku periksa pertama kali, tahun 2004, kami dikenakan biaya Rp. 120.000,00 untuk periksa dokter spesialis THT dan Rp.100.000,00 untuk tes frekuensi pendengaran. Cukup mahal, ya. Hehehe, beberapa orang menceritakan per tahun 2018 biaya periksa di dr Supartinah, SP.THT paling tidak Rp. 500.000,00. Tetapi setara sih dengan pelayanan beliau yang prima.

 

Semoga sehat-sehat selalu, ya. Sakit memang mahal biaya pengobatannya. Heuheuu.

Salam!

Emak K, deaf mommy

 

Exit mobile version