Site icon Widi Utami

Doa Selapanan Bayi Islam

Selapanan bayi, tradisi di masyarakat suku Jawa yang masih lestari hingga kini. Dilakukan saat bayi berusia 35 hari. Biasanya diisi dengan cukur rambut bayi, potong kuku, kadangkala juga digabung dengan aqiqah. Umumnya peringatan selapanan bayi, kami menggunakan bancakan selapanan, diantaranya : tumpeng weton, sayur 7 macam semua boleh dipotong kecuali kangkung dan kancang panjang, telur ayam direbus sebanyak 7, 11, atau 17 butir, cabai, bawang merah, bumbu gudangan tidak pedas, kalo / saringan santan dari bambu, buah-buahan sebanyak 7 macam, harus dengan pisang raja, kembang setaman, bubur 7 rupa. Bancakan ini hendaknya dimakan minimal 7, 11 atau 17 orang.

Sederet bahan itu harus ada dan persis plek-ketiplek? Enggak. Adakalanya kami mempermudah dengan hanya menyediakan tumpeng dengan 7 macam sayur, 7 buah telur, buah-buahan, dan 7 macam bubur. Yang paling penting disini adalah doa untuk bayi.

Contents

Doa Selapanan untuk Bayi Islam

Doa selapanan untuk bayi beragam, tergantung pada adat-istiadat daerah. Keberadaan pesantren/ Kiai juga mempengaruhi doa apa yang dibaca pada waktu selapanan. Emak K mencoba mendata doa-doa yang kerap digunakan saat selapanan bayi.

Tahlil

Rangkaian tahlil dibacakan sebelum anak dicukur rambutnya. Umumnya selamatan di Salatiga selalu didahului dengan tahlil.

Membaca Surat Tujuh, surat Al Mulk, Ar Rohmah, Al Fatah, Kahfi, Surat Maryam, Surat Yusuf, Surat Waqiah

Membaca surat tujuh, yakni surat Al Mulk, Ar Rohmah, Al Fatah, Kahfi, Surat Maryam, Surat Yusuf, Surat Waqiah bertujuan untuk mendoakan bayi kelak ia menjadi anak yang pandai, penuh kasih sayang, kuat, lembut, rupawan serta murah rejeki.

Membaca Mahalul Qiyam

Membaca mahalul qiyam ini dilakukan ketika bayi akan dibawa keliling untuk dimintakan doa kepada orang-orang yang hadir. Doanya ditandai dengan mencukur sedikit rambut bayi.

Saat mencukur rambut bayi, doa yang diucapkan adalah sebagai berikut:

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ أَللهم نُوْرُ السَّمَاوَاتِ وَنُوْرُالشَّمْسِ وَالْقَمَرِ, اللهم سِرُّ اللهِ نُوْرُ النُّبُوَّةِ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Bismillâhirrahmânirrahîm. Alhamdulillâhirabbil ‘âlamîn. Allâhumma nûrus samâwâti wa nûrusy syamsyi wal qamari, Allâhumma sirruLlâhi nûrun nubuwwati RasuluLlâhi ShallaLlâhu ‘alaihi wasallam walhamduliLlâhi Rabbil ‘âlamin.
“Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, Ya Allah, cahaya langit, matahari dan rembulan. Ya Allah, rahasia Allah, cahaya kenabian, Rasululullah SAW, dan segala puji Bagi Allah, Tuhan semesta alam.”

Doa Islami Mencukur Rambut Bayi

Setelah dicukur, kita dianjurkan untuk meniup ubunubun bayi dengan doa sebagai berikut:

 

اللَّهُمَّ إِنِّي أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
Allâhumma innî u’îdzuhâ bika wa dzurriyyatahâ minasy syaithânir rajîm
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon perlindungan untuk dia dan keluarganya dari setan yang terkutuk.”

Doa Meniup Ubun-ubun Bayi Islami

Doa Walimah Aqiqah Bayi Islam

Umumnya masyarakat Jawa, aqiqah bayi dilaksanakan pada saat bayi berusia selapan. Namun adapula yang menyelenggarakan aqiqah saat bayi berusia 7 hari. Meskipun berbeda pelaksanaannya, doa walimah aqiqah yang dibacakan tetap sama.

Berikut ini doa walimah aqiqah yang dibaca:

اللهم احْفَظْهُ مِنْ شَرِّالْجِنِّ وَالْإِنْسِ وَأُمِّ الصِّبْيَانِ وَمِنْ جَمِيْعِ السَّيِّئَاتِ وَالْعِصْيَانِ وَاحْرِسْهُ بِحَضَانَتِكَ وَكَفَالَتِكَ الْمَحْمُوْدَةِ وَبِدَوَامِ عِنَايَتِكَ وَرِعَايَتِكَ أَلنَّافِذَةِ نُقَدِّمُ بِهَا عَلَى الْقِيَامِ بِمَا كَلَّفْتَنَا مِنْ حُقُوْقِ رُبُوْبِيَّتِكَ الْكَرِيْمَةِ نَدَبْتَنَا إِلَيْهِ فِيْمَا بَيْنَنَا وَبَيْنَ خَلْقِكَ مِنْ مَكَارِمِ الْأَخْلَاقِ وَأَطْيَبُ مَا فَضَّلْتَنَا مِنَ الْأَرْزَاقِ اللهم اجْعَلْنَا وَإِيَّاهُمْ مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ وَأَهْلِ الْخَيْرِ وَأَهْلِ الْقُرْآنِ وَلَا تَجْعَلْنَا وَإِيَّاهُمْ مِنْ أَهْلِ الشَّرِ وَالضَّيْرِ وَ الظُّلْمِ وَالطُّغْيَانِ
“Allâhummahfadzhu min syarril jinni wal insi wa ummish shibyâni wa min jamî’is sayyiâti wal ‘ishyâni wahrishu bihadlânatika wa kafâlatika al-mahmûdati wa bidawâmi ‘inâyatika wa ri’âyatika an-nafîdzati nuqaddimu bihâ ‘alal qiyâmi bimâ kalaftanâ min huqûqi rububiyyâtika al-karîmati nadabtanâ ilaihi fîmâ bainanâ wa baina khalqika min makârimil akhlâqi wa athyabu mâ fadldlaltanâ minal arzâqi. Allâhummaj’alnâ wa iyyâhum min ahlil ‘ilmi wa ahlil khairi wa ahlil qur`âni wa lâ taj’alnâ wa iyyâhum min ahlisy syarri wadl dloiri wadz dzolami wath thughyâni.”
“Ya Allah, jagalah dia (bayi) dari kejelekan jin, manusia ummi shibyan, serta segala kejelekan dan maksiat. Jagalah dia dengan penjagaan dan tanggungan-Mu yang terpuji, dengan perawatan dan perlindunganmu yang lestari. Dengan hal tersebut aku mampu melaksanakan apa yang Kau bebankan padaku, dari hak-hak ketuhanan yang mulia. Hiasi dia dengan apa yang ada diantara kami dan makhluk-Mu, yakni akhlak mulia dan anugerah yang paling indah. Ya Allah, jadikan kami dan mereka sebagai ahli ilmu, ahli kebaikan, dan ahli Al-Qur’an. Jangan kau jadikan kami dan mereka sebagai ahli kejelekan, keburukan, aniaya, dan tercela.”
Wallahu’alam Bish-Shawab.
Exit mobile version