Site icon Widi Utami

Deteksi Dini Gangguan Perkembangan Anak Usia 2-3 Tahun

Deteksi Dini Gangguan Perkembangan Anak Usia 2-3 Tahun 1

Salam, Mak.  Ditulisan Keempat tentang Deteksi Dini Gangguan Perkembangan Anak Usia Dini ini kita sudah sampai pada Deteksi Dini Gangguan Perkembangan Anak Usia 2-3 Tahun.

Siapa disini anaknya yang berusia 2-3 tahun? Sedang usil-usilnya, ya. Hahaha. Tetapi sudah lumayan, kan, usia 2-3 tahun biasanya sudah mampu menepati sebuah kesepakatan. Lumayan, bisa disambi mengerjakan sesuatu, ye, kan? 🙂

Sebelum melakukan pengamatan dan penilaian, sebaiknya baca-baca dulu prolog tentang Deteksi Dini Gangguan Perkembangan Anak Usia Dini, ya. Karena, jika tidak memahami dasarnya, dikhawatirkan kita sembrono mengambil kesimpulan.

Baca Juga: Deteksi Dini Gangguan Perkembangan Anak Usia Dini

And here it is, Asesmen perkembangan anak usia 2-3 tahun. Sebelum melakukan penilaian, seperti biasanya harus memperhatikan hal-hal berikut ini:

Deteksi Dini Gangguan Perkembangan Anak Usia 2-3 Tahun Aspek Bahasa

  1. Mengerti pertanyaan “Apa” dan “Mengapa”
  2. Mampu mendengarkan cerita pendek
  3. Mampu mengenal benda dengan kegunaannya
  4. Mampu mengucapkan kalimat yang terdiri dari tiga kata
  5. Mampu menyebutkan nama anggota keluarga
  6. Mampu membuat kalimat penolakan

Deteksi Dini Gangguan Perkembangan Anak Usia 2-3 Tahun Aspek Sosial

  1. Mengamati anak-anak lain
  2. Bermain dengan teman sebaya
  3. Mempertahankan benda miliknya sendiri

Deteksi Dini Gangguan Perkembangan Anak Usia 2-3 Tahun Aspek Kognitif

  1. Memberikan reaksi terhadap perintah sederhana
  2. Menggunakan benda di sekitarnya sesuai dengan fungsinya
  3. Dapat menyebutkan nama sendiri secara lengkap
  4. Mampu bercerita dan memusatkan perhatian

 

Pada aspek sosial, ketiga poinnya sama dengan tugas perkembangan usia 1-2 tahun.

Baca juga: Deteksi Dini Gangguan Perkembangan Anak Usia 1-2 Tahun

Pantesan, si K dan mbak Diba, sepupunya yang berusia 2.5 tahun rebutaaaan melulu. Sampai pusing emaknya. Si K megang mainan kuda, mbak Diba pengen juga. Giliran dibelikan yang sama, tetapi kebetulan warnanya beda, teteuuuup aja rebutan, karena menganggap barang itu miliknya.

Setelah baca asesmen ini, terjadinya rebutan barang-barang malah membuat emak lega, apa pasal? Karena masing-masing anak mempertahankan barang miliknya sendiri. Hihihi. Tetapi kadangkala salah satu bisa ngalah, dengan bahasa patah-patah, si K biasanya menyuruh mbak Diba memakai mainan miliknya dan si K pinjam mainan mbak Diba. Lucuk.

Nah, Mak. Selamat mengamati perkembangan anak, ya. See you soon. 🙂

Exit mobile version