Site icon Widi Utami

Dear Me, Terimakasih Sudah Menikmati Hidup

Dear Me, Terimakasih Sudah Menikmati Hidup

Dear Me, Terimakasih Sudah Menikmati Hidup

Hidup memang penuh dagelan, ya. Kadang kita berencana A, ternyata yang terjadi justru z. Bukan lagi melenceng, tetapi menikung tajam. Kalau bisa menikmati indahnya tikungan tajam di kelok 99, kenapa tidak? Kamu memutuskan untuk menikmati hidup dan perencanaan-perencanaan yang melenceng jauh bisa kamu nikmati dengan hati yang lapang.

Contents

Dear me, terimakasih untuk memberikan kesempatan diri menikmati emosi negatif

Aku tahu, tidak mudah untuk tetap memutuskan untuk menikmati hidup apapun yang terjadi di hadapan. Ada kalanya ingin marah dan berontak. Kadang-kadang mempertanyakan kenapa. Tidak jarang kamu meminta ijin untuk menepi sejenak, memungut satu persatu tanya yang menggelegak di kepala.

Kamu membiarkan emosi negatif bersarang sejenak, menikmati rasa marah, sedih, takut dan kecewa. Lalu, ketika kamu sudah merasa cukup, membuangnya ke tempat sampah yang tepat. Kembali keluar dan bersiap menghadapi tantangan berikutnya.

Ada kalanya di separuh perjalanan kamu berhenti untuk mengambil nafas karena luka belum sepenuhnya luruh. Teringat yang telah lalu karena duri yang kamu temui sepanjang perjalanan. Terimakasih, kamu tetap membiarkan diri untuk mengakui bahwa luka itu masih ada dan mengambil tindakan agar luka itu tidak melebar meski membutuhkan waktu yang tidak singkat.

Dear me, terimakasih untuk tidak lelah berproses

Hidup memang tidak sepenuhnya mulus. Terimakasih untuk tidak lelah berproses. Memberikan diri waktu sejenak untuk menikmati kegagalan dan sandungan-sandungan yang kamu temui sepanjang perjalanan. Memang, adakalanya kamu merasa lelah karena tidak mudah untuk menjadi baik.

Terimakasih,

Kamu tidak putus asa untuk terus berproses menjadi orang baik. Tidak putus pengharapan untuk menjadi hamba yang patuh pada-Nya meskipun berkali-kali membangkang. Kadang kala kamu sadar kamu telah membangkang, kadang kala memang tidak disengaja.

Dear me, terimakasih untuk tidak melupakan sisi manusiawi

Mudahnya mendapatkan informasi seringkali membuat kita terlalu mengejar ke-ideal-an, berdebat mana yang paling ideal dan melupakan bahwa kita adalah manusia, yang mempunyai rasa lelah, lemah, malas, sakit dan perasaan manusiawi lainnya.

Tidak jarang merasa tertekan karena serentet list ideal yang ingin dicapai. Merasa berdosa karena tidak menjalankan peran dengan ideal. Bahkan, seorang Ibu bisa saja merasa sangat sedih dan drop hanya karena merasa diri tdak seideal parenting selebgram.

Dear me, terimakasih untuk tidak melupakan sisi manusiawi. Sisi seorang Ibu yang tetap merasakan lelah dan ngantuk. Sisi seorang istri yang tidakmelulu meraih ridho suami. Sisi seorang anak yang masih membutuhkan kasih sayang orang tua sampai setua ini.

Dear me, terimakasih untuk tidak melupakan sisi manusiawi. Memaklumi keterbatasan diri dan orang-orang di sekitar, sehingga tidak terlalu sakit hati manakala terjadi gesekan dan menimbulkan luka.

Dear me, terimakasih untuk tetap mencintai diri-sendiri

Terimakasih, kamu tak lelah untuk terus mencintai diri-sendiri, apapun dan kemanapun takdir mengantarmu. Terimakasih untuk tidak lupa menyenangkan diri-sendiri di samping segala tanggung jawabmu. Untuk asupan gizi yang kamu perhatikan, disamping asupan gizi keluargamu. Terimakasih atas waktu istirahat yang cukup yang membuatmu tetap segar.

Tidak mengapa jika sesekali kamu mengesampingkan hak tubuhmu, tetapi terimakasih kamu terus berusaha untuk tetap on the track sehingga kamu tidak dzolim berlama-lama. Terimakasih sudah menikmati hidup. Bersyukur dengan apa-apa yang telah menyapa diri. Menikmati ke-Maha-annya dengan syukur yang penuh. I love you, diriku.

Exit mobile version