Site icon Widi Utami

Cerita Cinta dari WhatsApp Group IIP SSJP Jateng 1

Ketika tidak sedikit curhatan tentang group WhatsApp yang menghubungkan seseorang dengan masa lalunya, tidak sedikit pula yang sampai berantem dengan pasangannya, aku mempunyai WhatsApp Group yang penuh dengan positive vibes-nya. Sepertinya hanya WhatsApp dengan energi yang positif yang kupertahankan, sebab jika sampai menemukan grup WhatsApp yang mengijinkan anggotanya berbagi hoax, aku memilih hengkang saat itu juga.

Awal Juli lalu, Group WhatsAppku bertambah satu: MIIPB #6 Jateng 1 SSJP, Matrikulasi Institut Ibu Professional Batch 6 Jateng 1 Semarang, Salatiga, Jepara Pati. Dawane, Rek~ Aku enggak akan bercerita bagaimana aku bergabung dengan WAG di thread ini karena sudah pernah menuliskan sebelumnya, nanti kalian bosan. :p

Baca juga: Kelas Foundation Institut Ibu Profesional; Karena Ibu adalah Arsitek Kehidupan

Kelas Matrikulasi baru akan dimulai pekan depan, namun grup yang beranggotakan 70-an orang ini entah kapan sepinya. Aku off pagi-siang saat menemani si K bermain saja chatnya langsung mbrudul 200++, jereng, Bok! Meski begitu, aku selalu sabar manjat satu-persatu, sangat sayang melewatkan chat para penghuni SSJP Jateng 1 ini, semangat untuk berbenah, berbagi, melayaninya itu, loh. Jempol.

Baca Juga: Serunya Membuat Kontrak Belajar IIP SSJP 1

Marita Ningtyas, Fasilitator SSJP Jateng 1

Mbak Ririt, mbak Marita, kadang juga kupanggil bu walikelas, menggunakan a proud fasilitator dalam biodatanya di Google Classroom, and i am is one of your proud students, dear our lovely teacher! Tinggal di Semarang, dengan dua orang anak yang masih kecil, tidak membuatnya mengurungkan diri untuk menjadi fasilitator dari 70++Ibu-ibu yang mempunyai latar belakang berbeda-beda.

Kalau aku? Hiks-hiks, mlipir di pojokan. Cuma handel anak-anak Sanggar Pelangi saja sudah membuatku gelagepan mencari bala bantuan, padahal anak-anaknya paling poll cuma 15 orang. :p

Sabar dan telaten, beliau tipikal guru yang mau susah-payah mengajari satu persatu, bahkan beliau masih sempat membuat printilan-printilan penyemangat untuk kami para mahasiswi, juga untuk kami para perangkat kelas. Betapa tidak bersyukurnya aku jika tidak bangga bisa kenal dengan mbak Marita ini.

Surat Cinta dari mbak Marita

Dear, mbak Marita, semoga istiqomah mengayomi kami semua, ya. Allah yang Membalas segala kebaikanmu. Love You!

My New Family, Anggota Grup WAG SSJP Jateng 1

Anggota grup ini tipe-tipe pembelajar yang pantang menyerah, enggak pandang tua, enggak muda, semuanya ingin meng-upgrade diri agar menjadi Ibu yang lebih baik lagi. Saking semangatnya untuk mempermudah mengumpulkan tugas NHW, enggak sedikit yang rela belajar membuat blog.

BELAJAR, sampai ku-bold segala. Iya, beliau-beliau minta diajari untuk membuat blog, bukan minta dibuatkan blog. Kentara kan bedanya? Yang satu ingin belajar sendiri, ingin mengembangkan kemampuan diri, yang satu terima jadi. Hehehe.

Ibu-ibu dengan urusan domestik yang tidak mengenal sudah, Ibu-ibu dengan anak berkebutuhan khusus yang membutuhkan perhatian ekstra, Ibu-ibu dengan segambreng pekerjaan kantor, tidak menyurutkan keinginan untuk belajar dan meraup ilmu sebanyak-banyaknya, demi siapa lagi jika bukan demi keluarga, terutama suami dan anak-anak.

I am so proud with you, dear my new family.

Jangan harap menemukan bully-an disini. Kami terlalu lelah menghadapi bully-an di luar sana, di grup ini, apapun curhatan yang dilempar, apapun tema yang ditanyakan, sesepele apapun pertanyaannya, tidak ada yang mem-bully, support moril akan kaudapatkan bertubi-tubi.

Masih sangat lekat dalam ingatan, kala aku sedang lelah karena si K yang semakin lasak, naik turun selokan, main tanah sampai mandi empat kali sehari, main bola sampai lecet dimana-mana. Aku menenangkan diri, sembari membuka WAG barang sebentar. Hingga… kutemukan pembicaraan tentang harapan untuk segera memiliki anak, dengan segudang cerita ikhtiar di dalamnya.

Mataku kabur.

Kupeluk si K, kuciumi ia berulang-ulang. Aku berbisik kepadanya yang tengah tertidur di pangkuan, “Nang, maafkan Ibu, nggih. Maaf, maaf jika Ibu belum sepenuhnya bersyukur dengan tindakan dan ucapan atas anugrah tidak ternilai dari Robbuna.”

Dear Robbuna,

Terimakasih telah Mempertemukanku dengan mereka yang semakin membuat syukurku bertambah-tambah atas Nikmat-Mu.

Salam!

Emak K, deaf mommy

 

 

Exit mobile version