Site icon Widi Utami

FF| Ceret Merah Kekinian

Hi, bulan ini challenge #BloggerKAH adalah membuat flash fiction. Hahahhaa. Aku sedang belajar, nih. Terbiasa menulis panjang kali lebar, dipaksa menulis pendek rasanya… krik krik krik, maafkan kalau garing yaaa. 😁

Harusnya pagi ini saya sudah berada di sawah menemani Bapak nandur pari. Tetapi, sampai satu jam setelah Bapak berangkat, saya masih tertahan di rumah, mencari ceret merah untuk dibawa ke sawah.

Segala penjuru rumah sudah saya sisiri, tetapi tidak saya temukan jejak si ceret merah sedikit pun. Padahal biasanya ia bertengger manis di bawah pogo.
Matahari sudah semakin tinggi, ceret merah belum juga menampakkan lekuk belalainya. Khawatir Bapak kehausan di sawah, saya bergegas mencari tas anyaman rotan untuk wadah kendi sebagai pengganti ceret merah. 
Saya bergegas keluar rumah sembari menenteng tas anyaman rotan dan memakai jilbab lusuh. Di pojok latar, sesosok perempuan berjilbab tengah sibuk membenahi aneka tanaman.
Ah iya, saya lupa bercerita tentang menantu.  Rumah ini semakin asri semenjak anak saya yang ketiga menikahinya. 
Ia masih kaku menggunakan pawon. Memasak telur dadar saja gosong, tetapi saya tidak tega memarahinya demi melihat mukanya yang belepotan arang. Saya maklum, di tempat asalnya ia terbiasa memasak menggunakan kompor gas yang tidak perlu bersusah payah mengakrabi larakan untuk menyalakan api.
“Nduk, Mak ke sawah nyusul Bapak, yo?” 
“Nggih, Bu.” ia segera membalikkan badan, menyalami tangan saya yang keriput.
Tetapi tunggu, ketika menantu saya membalikkan badan, ada sesuatu yang tidak asing bertengger bersama pot-pot tanaman peliharaannya.
Ceret merah.
“Lho, kuwi gawe apa, Nduk?”
Menantu saya tersenyum, ia menyodorkan handphone layar sentuh yang mirip sabak semasa saya sekolah, “Niki lho, Mak, ceretnya untuk menanam bunga.  Kayak di foto ini. Kekinian.”
Bagaimana? Berapa nilai untukku? 😂

Masih kurang karena terlalu pendek? Yuk, baca punya mbak Arin disini dan mbak Ran disini yak.

Exit mobile version