Site icon Widi Utami

Bunga Mawar Merah dan Pengolahan Sampah

What? Emak K dikasih bunga mawar sama abah K? Hahaha, lebih tepatnya, beli bareng. Dua hari yang lalu, abah K tetiba mengajak keluar, sampai-sampai enggak diijinkan untuk ganti baju dulu. Padahal aku pakai gamis jersey buluk.

“Kemana, Bah?”

“Beli bibit, ” jawab abah K singkat. Aku hanya mengangguk, sambil menebak-nebak bibit apa gerangan yang akan ditanam abah K. Di toko pertanian, kami membeli polybag dan bibit sayur, ya, kami berencana untuk menanam sayur dalam rangka memanfaatkan kompos hasil pengolahan sampah organik untuk mendukung #zerowaste.

Setelah membeli bibit, abah K mengajak membeli bunga-bungaan, kami pun memutar haluan ke arah pasar kota. Seingatku, ada penjual bunga di deretan pasar raya. Benar saja, terlihat bunga-bunga segar yang nongkrong cantik di depan pasar raya.

“Ini, ya, Yi?” tanya abah K, sambil menunjuk mawar merah yang tengah berbunga dua kuntum. Cantik dan anggun.

“Boleh, Bah. Udah?”

“Ayi milihlah.”

Aku melihat-lihat bunga, bertanya kepada ibu penjual, “Bu, mana yang mudah dirawat?”

“Semua bunga ini mudah, Mbak. Cukup disiram dua kali sehari.”

Hahaha, aku tertawa tipis. Asal Ibu tahu, aku tipe perempuan yang enggak telaten merawat tanaman. Dulu pernah beli anggrek ungu, matikarena lama tidak kusiram. Pernah juga beli mawar putih, mati karena kutinggal ke kampung halaman dan enggak ada yang menggantikan untuk menyiram.

Sekarang aku bertekad untuk menjadikan agenda merawat tanaman sebagai sarana refreshing agar tetap waras. Doakan ya, Gengs.

Saat kami memilah-milah bunga, datanglah Ibu berwajah orientalis, tersenyum riang sambil memilih bunga dan mengajak berbincang.

Bunga Krisan

“Nanti, kalau sudah layu bunganya, dipotong. Cepat berbunga lagi. Mawar ini mudah merawatnya, asal jangan lupa disiram dua hari sekali.” jelas Ibu berwajah orientalis sambil tersenyum, “Dipupuk juga, subur.”

“Ibu pakai pupuk apa?” tanyaku, basa-basi.

“Ibu pakai pupuk apa itu ya, pupuk yang kayak tanah gembur itu, beli di sana.” jawabnya, sambil menunjuk sebuah toko.

“Pupuk kompos? atau pupuk kandang?”

“Ah iya, pupuk kandang. Cukup pakai pupuk kandang. Cantik-cantik kalau sedang musim bunga.” katanya, berbinar-binar.

Eh, ini katanya beli mawar merah, kok gambarnya krisan? Hihihi, selain mawar merah, kami juga membeli bunga krisan ungu tua, juga bunga yang entah namanya apa, berwana ungu muda. Tiga puluh ribu untuk tiga bunga. Murah-meriah.

Pengelolaan Sampah untuk Pemula

Sudah sebulan lebih kami melaksanakan uji coba pembuatan pupuk kompos untuk mengolah sampah organik. Aku belum mampu menerapkan zerowaste, tetapi bertekad untuk mengurangi sampah semampu kami. Langkah yang paling pertama kami lakukan adalah mengolah sampah organik, mengingat di sekitar kami begitu banyak pepohonan dan sampah organik yang didapatkan dari aktivitas di dapur.

Sampah-sampah organik itu kami kumpulkan di samping rumah. Disiram larutan EM4 sebagai straternya. Ditutup dengan plastik agar terjaga kelembapannya. Dua minggu kemudian, sampah organik sudah berubah menjadi pupuk kompos yang gembur.

pengelolaan sampah

Emak K hepi, kami makin semangat memilah-milah sampah. Mawar merah menjadi salah satu penanda mulainya tanam-menanam untuk memanfaatkan pupuk kompos ini bersama bibit sayur lainnya.

Soal proses pembuatan pupuk kompos, emak K akan menulisnya lain kali, ya. Hihihi.

 

Salam!

Emak K, deaf mommy

Exit mobile version